Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

17 January 2013

Siswa Dipulangkan

Pagi ini, sekitar pukul 07.25, saya masih berada di jalan menuju sekolah. Antri untuk masuk ke gerbang sekolah karena hujan lebat mengguyur sejak saya berangkat dari rumah pukul 06.09. Ini sesuatu yang lumrah karena semua orangtua atau pengantar siswa hanya menurunkan siswa persis di bawah kanopi sekolah. Sehingga antrian akan menjadi semakin lambat dan berimplikasi kepada kendaraan yang ada di belakangnya.

Dalam kondisi demikianlah,memungkinkan saya untuk membuka hp, karena sejak saya masih berada di jalur jalan tol, ada beberapa bunyi pesan masuk. Saya menemukan beberapa pesan yang mengabarkan tentang keberadaan tman-teman yang masih berada di jalan raya menuju sekolah. Saya balas seperlunya mengingat saya masih ada di kendaraan yang dalm antrian.

Namun ada satu pesan yang masuk yang merupakan masukan bagi kami di sekolah. Dikatakan bahwa dalam situasi hujan yang demikian lebat sejak dini hari, maka ada satu putranya yang tidak masuk sekolah karena sekolah memutuskan untuk libur. Sekolah meliburkan sejak pukul 05.00 melalui jaringan komunikasi yang ada.

"Pak, cuma mau sharing, hebat tuh Sekolah *****, sekolah diliburkan karena cuaca hujan deras yang tidak berhenti-berhenti. Ini supaya orangtua tidak khawatir..." Begitu tulis sebuah pesan dari salah seorang orangtua yang saya kenal betul.

Meliburkan (Memulangkan) Siswa diluar Jadwal Umum

Kenyataan bahwa sekolah dapat meliburkan sebagaimana yang disampaikan oleh salah seorang orantua siswa kami itu, tentu  tidak mudah untuk dilakukan di sekolah  kami. Meski untuk kepentingan atau meski dengan argumentasi keamanan siswa. Maka langkah aman bagi kami adalah membuat libur sekolah yang sesuai dengan jadwal libur sekolah pada umumnya. Ini tentu untuk menghindari pernyataan-pernyataan yang tidak enak di telinga. Misalnya sebagaimana yang  saya terima pagi itu; "Kenapa kok harus dipulangkan Pak?" atau "Siswa dipulangkan kok dadak Pak?"

Pernyataan atau pertanyaan itu mungkin masuk akal jika memang kondisi dan situasi normal-normal saja. Namun pada pagi ini, tepatnya pada pukul 07.50, hujan yang sangat lebat yang belum juga reda, dan tepat pada pukul 08.10, jalan arteri yang menjadi akses menuju sekolah dengan sangat cepat digenangi air yang terus bertambah. Sehingga kendaraan yang melintasi hanya terlihat bagian atas dari rodanya, maka kekhawatiran akan tertutupnya jalur jalan itu menjadi pertimbangan utama kami. 

Maka keputusan untuk memulangkan siswa secara bertahap menjadi keputusan terbaik kami pada situasi dan kondisi yang demikian. Oleh karenanya, jika situasi dan kondisi itu di komparasi dengan pada saat pukul 11.00 siang harinya, maka akan menjadi sulit diterima akal sehat atas pemulangan siswa kami itu. 

Catatan ini tidak menjadi argumentasi atas legalitas pemulangan siswa, tetapi hnya ingin mendudukkan sebuah keputusan pada situasi dan kondisi yang terjadi pada saat keputusan itu dibuat. Inilah yang menurut saya sebagai bagian inheren kita dalam melihat sebuah akibat secara arif dan bijaksana. Semoga.

Jakarta, 17 Januari 2013.

No comments: