Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

15 November 2016

Ibu Guru PAUD

Dalam sebuah pertemuan dengan guru-guru yang mengajar di lembaga pendidikan pra sekolah beberapa waktu yang lalu, saya sedikit terkesima dengan testimoni 'keberhasilan' seorang guru dengan metodologi mengajarnya. Ibu guru itu tergolong senior dibandingkan dengan teman-temannya yang ada dalam forum itu.

"Di SD, peringkat 1 sampai dengan peringkat 20nya adalah alumni dari PAUD ini Pak. Karena anak-anak kami rata-rata sudah benar-benar siap masuk jenjang sekolah dasar. Mereka sudah 0andai membaca dan juga berhitung." Begitu Ibu guru tersebut menyampaikan di forum setelah saya memberikan kesempatan kepada peserta untuk menyampaikan apa yang bagus mereka alami bersama peserta didiknya. Dan setelah beerapa guru sebelumnya menyampaikan, giliran ibu guru itu.

"Dan untuk mengisi waktu saya di rumah, setelah urusan keluarga, saya membuka rumah les di rumah saya Pak." Begitu lanjutnya.

Dan untuk testimoninya yang pertama, tentang membaca, menulis, dan berhitung, saya sempat menyampaikan bahwa usia pra sekolah tiga keterampilan tersebut bukan menjadi standar kelulusannya. Karena nanti dapat mengacaukan pertumbuhan dan perkembangannya. Dan saya menyampaikan serta mengajak mereka mempraktekkan keterampilan yang selalu menjadi ruang bahagia untuk.anak-anak, yaitu bercerita dan bernyanyi. 

Namun Ibu itu mencoba memberikan ilustrasi metodologinya sebagai langkah untuk membuat apa yang disampaikannya di kelas menjadi mudah diingat dan dimengerti siswa dan siswinya.

"Saya selalu mengkaitkan materi menulis dan membacanya dengan benda nyata yang ada di kehidupan terdekat siswa Pak. Misalnya untuk angka 4, saya personifikasikan sebagai kirsi yang dibalik. Angka 8 untuk kacamata saya dengan posisi berdiri. Jadi jika ada kebingungan, personifikadi itu saya kemukakan. Sehingga anak-anak secara bertahap akan mengerti dan menguasai itu." Demikian Ibu guru itu mempromosikan keberhasilannya dalam memintarkan membaca, menulis, dan berhitung ketika siswanya menjelang usia 6 tahun.

Lalu saya sampaikan perranyaan kepada farum;

"Bapak dan Ibu, siapa disini yang pernah kuliah?" Hanya satu Ibu guru yang mengangkat tangannya. Beliaulah penanggungjawab di sekolah itu. Dan itu memberikan gambaran kepada saya tentang fenomena pendidikan di bangku pra sekolah yang pasti ada di pelosok sekalipun!

Jakarta, 15.11.2016.

08 November 2016

Belajar Menginap #20; Kampung Lebaksaat, Pengalengan

Seperti tahun sebelumnya, pada tahun 2016 ini, sekolah juga menyelenggarakan kegiatan 'Siswa Menginap di Desa' sebagai upaya pengembangan karakter positif siswa. Antara lain karakter mandiri, tabah atau tidak mudah menyerah, santun, bekerja keras, dan peduli.

Hal ini dimungkinkan karena sepanjang 3 hari anak-anak akan tinggal di rumah orangtua asuhnya masing dan hidup sebagaimana orangtua asuh tersebut menjalani hidup sehari-hari. Maka ada beberapa profesi orangtua asuh yang dijalani oleh anak-anak perserta didik kami.

Desa yang menjadi lokasi kegiatan Siswa Menginap di Desa adalah desa yang terletak di ketinggian 1.200 diatas permukaan air laut. Dengan udara yang berkisar antara 17 derajat celcius. Dengan kontur tanah yang berlereng-lereng. Dan dimana ketika kami datang bersama siswa dalam musim hujan yang turun sepanjang hari.

Lokasi yang selalu berbeda pada setiap tahunnya. Sehingga kami selalu mengenal.orangtua asuh baru. Perangkat desa baru. Tokoh masyarakat baru. Juga karakter warga desa baru. Dan untuk tahun 2016 ini lokasi yang kami pilih adalah Kampung Lebaksaat, Desa Tribaktimulya, Kecamatan Pengalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Sebuah Desa, pak kepala desanya bernama Pak Cahya, berada tidak jauh dari lokasi PLTA Lamajan, Pengalengan. Dengan lanskap pemandangan lataknya ada di atas awan ketika kita memandang lurus ke utara. Sedang arah barat akan tampat Gunung Tiga yang hijau lebat tanaman hutan yang menjadi sumber air bagi PLTA.

Dengan lapangan pekerjaan bagi warganya yang berfariasi, seperti peternak.sapi perah, petani, petani penggarap, buruh perkebukanan, pedagang pasar, dan pegawai. Dan dengan demografi seperti itulah siswa kami dapat memperoleh kegiatan yang beragam selama tiga hari keberadaan mereka dalam menginap di rumah orangtua asuhnya. 

Sebuah desa yang penghuninya nyaris berasal dari satu keturunan. Maka tidak heran kalau satu dengan yang lainnya memiliki hubungan darah yang telatif masih dekat.

Jakarta, 8.11.2016.

07 November 2016

Belajar Menginap #19; Menyaksikan PAUD Ibu Aisah

Ketika kami.sampai di lokasi baksos, yaitu.di sebuah lembaga pendidikan untuk anak usia 4 sampai 6 tahun, segera kami temui penanggungjawab sekolah yang kebetulan sedang berada di tempat.  Kami sampaikan tujuan kedatangan kami kepada beliau dan staf guru untuk apa saja. Beberapa perlengkapan yang kami bawa memang sudah kelihatan nyata seperti karpet kelas, yang akan dipasang di.setiap lantai kelas karena anak-anak memang belajar tidak dengan menggunakan kursi tetapi duduk di lantai dengan membuka alas kaki terlebih dahulu, meja dan kursi untuk guru, white board, serta beberapa lembar tripleks pelapis.

Juga, yang belum.disbutkan di atas, yaitu; dua dus lemari buku knock down, alat bermain anak-anak, dan perlengkapan kerja pertukangan. 

"Mimpi apa kami.Bapak, tidak menyangka akan mendapat begini banyak bantuan dari Bapak. Nuhun... Terimakasih Bapak." Demikian Ibu Aisah, sebagai penanggungjawab sekolah PAUD itu menyambut kedatangan kami. 

Walau memang kedatangan kami kali ini bukan yang pertama kali. Karena sebelum kami datang dengan begitu banyak membawa bantuan dari para donatur, yang adalah para orangtua siswa dari peserta didik kami di Jakarta, ada tim survey yang melakukan peninjauan sebelumnya dengan memberikan laporan apa saja bentuk bantuan yang dapat disampaikan kepada masyarakat daerah tujuan kami menginap bersama siswa, yang berada di ketinggian 1.200 diatas permukaan air laut tersebut.

Bapak dan Ibu Guru di PAUD sedang mengikuti pelatihan.
Artinya, Ibu Aisah masih juga berkaca-kaca air mukanya ketika menyaksikan apa yang kami lakukan di ruang-ruang kelas lembaga pendidikannya sebagai rasa kesyukurannya. Didampingi staf gurunya, beliau membersihkan sisa plastik dan kardus serta tali ravia yang merupakan bungsus dari perabot yang sedang kami pasang.

Dan pada catatan saya ini, meski saya berposisi sebagai bagian dari penyalur donasi pihak.lain kepada lembaga PAUD yang menjadi tanggungjawab Ibu Aisah tersebut, memberikan rasa haru. Menyaksikan dan melihat langsung ekspresi syukur Ibu-Ibu guru di sebuah wilayah desa atas sumbangan untuk lembaga dimana mereka bekerja memberikan pelayanan edukasi kepada peserta didiknya yang diterimanya.

Jakarta, 7.11.2016

05 November 2016

Kemana Akhir Cerita Perjalanan Saya?

"Bapak mestinya melakukan apa yang Mas itu sudah jalani. Kenapa? Karena menurut saya apa yang sudah Bapak lakukan memungkinkan bagi Bapak untuk naik tangga berikutnya. Bapak jangan berada di sini. Saya punya keyakinan bahwa lokasi Bapak sekarang adalah halte transit." Begitu teman saya menyampaikan 'bujukan' kepada saya ketika kami dalam satu perjalanan.

Saya cukup merenungi kata-katanya. Tidak berani menyampaikan balasan apalagi ulasan. Saya menyadari siapa sebenar-benarnya saya. kekuatan dan juga kelemahan serta kekurangannya. Dan karena itu maka saya hanya merenungi pendapat teman,  yang memiliki maksud agar saya 'melanjutkan' perjalan karir berikutnya. Namun, sekali lagi, sungguh saya memahami harus seperti apa saya di 'perjalanan' berikutnya.

Teman saya memberikan gambaran dan mungkin dorongan ke arah yang mereka bayangkan bahwa saya berada  di atas panggung dengan tepuk tangan yang meriah setalah pembawa acara menyebutkan siapa saya. Namun, sekali lagi, saya justru tidak melihat orang yang memberikan sabutan dan teriakan applaus meriah di atas panggung.

Yang terbayang bagi saya di lokasi berikutnya adalah sambutan hangat orang-orang yang tidak beralaskan kaki serta bertutup kepala khas warga pedesaan. sebuah bayangan yang saling tidak bertemu. Bayangan yang justru memberikan persepsi yang saling bertolak belakang tentang makna naik tangga. Konsep yang tidak berkesinambungan. Dan saya tetap kepada bayangan saya sebagaimana yang telah saya ungkapkan. 

"Bagaimana Pak? Saya siap support." tambah teman saya lagi dengan sedikit memberikan tekanan pada kata bagaimana?

Jakarta, 6 November 2016.

Belajar Menginap #18; 3 Hari di Lebaksaat

Senin, 31 Oktober 2016 hingga Rabu, 2 Nopember 2016, saya berkesempatan mengantar tim advance kegiatan Siswa Menginap di Desa dari sekolah untuk peserta didik SMP. Juga menunggui para peserta didik itu berkegiatan hingga hari kedua kegiatan. Kegiatan berlangsung di Kampung Lebaksaat, Desa Tribaktimulya, Kecamatan Pengalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Inilah bentang alam kampung Lebaksaat yang menjadi tujuan kegiatan peserta didik kami menginap di rumah-rumah warga; 
https://www.youtube.com/watch?v=rqP5BTDtlmE

Begitu hadir di kampung Lebaksaat, maka kegiatan pertama yang kami lakukan adalah menurunkan semua logistik kegiatan, termasuk, yang sebagian besarnya adalah bahan donasi untuk warga setempat. Beginilah kesibukan kami, anggota tim bersama warga yang menyambut kami; 
https://www.youtube.com/watch?v=YCpWXdCHF6Q

Sore hari hingga esok paginya, kami melakukan bantuan perbaikan mebeler untuk RA Al Barokah, yang berada di tengah-tengah kampung tersebut. Juga memberikan kegiatan pencerahan untuk para guru yang bergiat di RA/TK dan TPA yang barada dan tersebar di desa tersebut. Beginilah penampakan kegiatan kami; 
https://www.youtube.com/watch?v=ZZmpOjWv57w

Jakarta, 5 Nopember 2016