Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

29 November 2017

Kampung Batik Pesindon, Pekalongan

Jalan masuk Kampung Batik Pesindon. Yang kalau di peta nama jalannya Pesindon Raya. Jalan ini hanya muat untuk satu kendaraan kecil. Jalan Pesindon Raya masuk melalui Jalan Hayamwuruk, Pekalongan.
Saya sempat memiliki persepsi yang salah berkenaan dengan lokasi dari dua kampung batik yang ada di Kota Pekalongan. Yaitu kampung batik Kauman dan kampung batik Pesindon. Ini tidak lain karena informasi yang saya dapat dari laman blog tentang dua kampung batik yang ada di Pekalongan tersebut. Hingga akhirnya saya membuka kembali peta dan mendatangi keduanya. Meski sama-sama berhubungan dengan Jalan Hayamwuruk, Pekalongan, jelas dua kampung batik ini berbeda lokasi. Namun tetap memungkinkan untuk dikunjungi dalam satu waktu yang beruntun. Mengingat kedua lokasi itu bersebelahan dengan dibatasi oleh Jalan Hayamwuruk dan Sungai yang relatif lebar. 

Batik Larissa yang ada di Pesindon Raya. Abang becak yang membawa kami menyarankan untuk mengetuk pintu toko yang masih tertutup rapat. Meski pada kaca pintu toko terpasang BUKA atau juga OPEN.
Yang ingin saya sampaikan disini adalah kampung batik Pesindon. Lokasinya berada di sebuah gang yang masuknya melalui Jalan Hayamwuruk, Kota Pekalongan. Saya datang di lokasi ini dengan diantar oleh abang becak dari hotel. Dimana kami berangkat masih relatif pagi seusai kami menonton kesibukan para nelayan yang sedang bongkar muat di Dermaga Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pekalongan.

Batik Suci punya Ibu Hajjah Tuti dan batik Asti di Pesindon Gg II. Karena kedatangan kami  tergolong masih pagi, dan kebetulan uang cash yang ada tinggal 100 ribu, maka jalan satu-satunya adalah debet. Dan karena juga Ibu Hajjah Tuti dan putrinya yang menemani kami memilih batik-batik andalannya terkendala untuk mengoperasikan pembayaran melalui debet, jadilah Ibu Tuti naik motor untuk menjemput putranya.
Saya bersyukur bahwa di lokasi ini saya mendapat cerita bagus dari Haji Ferdy dan Ibu Hajah Tuti, yang memiliki rumah tinggal dan tempat usaha sekaligus sebagai pengusaha batik di daerah tersebut.



Jakarta, 29 November 2017.

Mangrove Park, Pekalongan

Akses jalan masuk lokasi yang relatif permanen. Ini tidak lain karena keberadaan taman mangrove ini ada dana pemerintah. Bahkan pengelolaannya pun oleh dinas pemeritahan setempat. Kondisi ini sangat kontras dengan apa yang saya lihat pada Taman Mangrove Gedangan yang terdapat di Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo. Dimana seluruh design dan dana merupakan swadaya dari warga desa setempat.

Ini perjalanan saya berikutnya setelah menyelesaikan melihat koleksi batik Indonesia di Museum Batik Pekalongan. Yaitu wisata alam di Pekalongan Utara, Taman Mangrove atau Mangrove Park. 
Transportasi online menjadi tumpuan untuk semua perjalanan saya di Pekalongan. Meski sampai pinggir pantai. Baik ketika saya berangkat dari kota atau juga ketika saya pulang dari lokasi wisata untuk kembali ke 'kota'.
Lokasi mangrove park berada di Kecamatan Pekalongan Utara, yang dapat dengan mudah ditempuh dengan kendaraan sewa, taksi atau transportasi online yang sekarang sudah ada di Pekalongan. Saya berdua istri datang ke lokasi sekitar pukul 16.00. Namun pada hari Sabtu pada jam itu, loket tidak buka dan pengunjung boleh bebas masuk. Hanya tukang parkir yang akan meminta kendaraan kita untuk diparkir dilokasi yang tersedia. Saya melihat lokasi isata ini seperti kurang bergairah.
Hutan mangrove berada di sisi pantai Laut Jawa. Sementara di tengah tambak masih belum ditanami mangrove. Atau mungkin memang design-nya seperti itu? Allahu'alam.
Padahal, akses jalan masuk lokasi ini relatif permanen. Ini tidak lain karena keberadaan taman mangrove ini ada dana pemerintah sebagaimana yang terdapat pada prasasti peresmian yang ada di auditoriumnya. Bahkan pengelolaannya pun oleh dinas pemeritahan setempat. Kondisi ini sangat kontras dengan apa yang pernah saya lihat dan datangi pada Taman Mangrove Gedangan yang terdapat di Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, dimana seluruh design dan dana merupakan swadaya dari warga desa setempat. Dan dengan seperti inilah maka masyarakat desa terus bergotong royong menyemarakkan. Hasilnya, pengunjung selalu datang.

Pengunjung melintasi jembatan permanen. Ini merupakan daya tarik yang bagus bagi pengunjung. Namun tata letak jembatan belum mengakomodasi pengunjung yang dewasa ini gemar swafoto. Kalau itu tersedia, mungkin akan menjadi lokasi bagus bagi yang akan menkah dengan menjadikannya tempat foto sebeum melaksanakan pernikahan.


Jakarta, 29 November 2017.

27 November 2017

Mononton Aktivitas Dermaga TPI Pekalongan

Saya sampai di lokasi TPI bersama istri pada Minggu tanggal 26 November 2017 pukul 06.00. Ya, hari itu kami keluar hotel sekitar pukul 04.50. Meski jam tangan menunjukkan waktu yang masih sangat pagi, tetapi jalanan telah terang benderang. Aktivitas warga Pekalongan di sekitar Jalan Cipto Mangunkusumo juga telah mulau kelihatan bergeliat. Abang becak terlihat mengayuh becaknya yang berisi tenda untuk berjualan di tepi jalan. Juga terlihat abang becak yang mengangkut dagangan.
Ternyata jarak yang kami tempuh untuk menuju wisata pantai dari hotel adalah 4,7 km
sebagaimana yang tertera di aplikasi online yang kami pesan.

Yang jelas, pagi itu kami telah mendapat driver online yang akan membawa kami menuju Wisata Pantai Pasir Kencana. Lokasinya berada di tepi pantai utara Jawa, yang wilayahnya masuk Kecamatan Pekalongan Utara. Yang menurut Panduan Peta Wisata yang kami dapatkan dari hotel hanya berjarak 3 kilometer saja.

Driver online segera membawa kami menyusuri Jalan Cempaka dari Jalan Cipto Mangunkusumo hingga ujung, kemudian kendaraan berbelok ke kiri hingga kami berada di bundaran Jatayu, untuk kemudian mengambil jalan lurus ke utara menuju pantai. Mungkin karena masih pagi, maka satu-satunya lokasi wisata disitu yang telah membuka pintu untuk kami kunjungi adalah Wisata Bahasa PPNP (Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan).

Perjalanan kami lanjutkan dengan berjalan kaki menuju ke dermaga dan sekaligus TPI (Tempat Pelelangan Ikan). Tentunya setelah saya meminta izin dari pegawai yang berjaga di rumah jaga PPNP tersebut.

Kunjungan kami ke TPI pada pagi itu merupakan pengalaman pertama saya. Tampak dua kapal nelayan sedang bongkar muatan. Ikan-ikan dalam plastik yang telah membeku terus menerus keluar dari lambung kapal kayu yang kemudian ditata berderet menurut jenisnya di pelataran pelelangan yang luas. Sementara dua kapal telah bongkar muatan, datang lagi kapal nelayan ke dermaga itu yang menunggu giliran untuk bongkar. Juga tampak para pekerja sedang menaikkan keranjang-keranjang tempat ikat ke atas kapal.

Sementara kami menonton aktivitas pekerja di dermaga itu, terlihat oleh kami dua sosok yang berbeda berdiri pada posisi yang berbeda. Seorang berdiri dekat dengan lokasi kapal yang sedang bongkar muatan, sementara yang seorang lagi berada di dekat kapal yang sedang menaikkan perbekalan ke atas kapal yang akan berangkat. "Itu anak pemilik kapal Pak." Kata seorang pekerja yang menemani saya.

Jakarta, 27 November 2017.

Museum Batik Pekalongan

Setelah berjalan kaki tidak kurang satu setengah kilometer di sepanjang Jalan Agus Salim untuk makan siang dengan menu Indonesia dan belanja batik cuci mata di dua toko batik yang terdapat di jalan itu, saya akhirnya melanjutkan perjalanan dengan menumpang becak untuk menuju museum batik yang ada di bunderan Jatayu, Pekalongan.


Tampak depan gedung Museum Batik Pekalongan.
Terdapat beberapa bangunan tua atau bangunan peninggalan Belanda di perjalanan dari Agus Salim hingga lokasi museum. Bangunan tua ini menjadi tanda dan sekaligus saksi sejarah bahwa Kota Pekalongan adalah salah satu kota di Indonesia yang pernah dihuni bangsa Belanda. Termasuk diantaranya bangunan museum itu sendiri.

Beruntung, ketika sampai di museum, saya ikut serta menjadi bagian dari rombongan anak-anak sekolah. Mendapatkan penjelasan tentang berbagai rupa dan jenis motif batik serta filosofi yang terkandung di dalamnya masing-masing. Penjelasan yang saya yakin tidak menjadi perhatian anak-anak itu. Juga saya. Karena begitu dihadapan kepada display kain batik yang ada, saya langsung mengeluarkan kamera untuk merekam penjelasan-penjelasan dari setiap kain yang di-display.



Harus diakui pula bahwa peran museum batik yang ada di Kota Batik Pekalongan tersebut, meski dengan tiket masuk 5000 rupiah, merupakan peran luar biasa strategis bagi saya dan semua pengunjung. Selain pengetahuan tentang hal ihwal batik, sejarah batik, juga daya tarik bagi masyarakat untuk terus menjadikan batik sebagai bahan pakaian yang khas Indonesia.



Jakarta, 27.11.2017.

Sate Kambing Pak Boy, Pekalongan


Berbekal informasi wisata yang ada di hotel, saya mencoba untuk membuktikannya selama dua hari berada di kota Pekalongan, saya pergi ke Sate Kambing Pak Boy, yang lokasinya ada di ujung Jalan Cempaka, yang ada di sebelah timur taman Sorogenen. Lembaran informasi itu sendiri berupa peta di sisi halaman yang saya dan informasi berkenaan dengan wisata di balik yang lain itu, disediakan hotel dengan cuma-cuma persis di sebelah pintu lift.


Namun sebelum kami berangkat, terlebih dulu saya melihat seberapa jauh lokasi warung sate Pak Boy dengan penginapan saya yang ada ada di Jalan Cipto Mangunkusumo. Dan setelah mantap bahwa jarak itu tidak begitu jauh dan memungkinkan untuk dijangkau dengan berjalan kaki, saya keluar hotel untuk segera makan malam dengan sate kambing muda.

 Rencana berjalan kaki terpaksa saya urungkan. Proyek saluran air yang ada di kanan dan kiri jalan Cempaka membuat saya khawatir untuk berjalan kaki. Maka kepada Abang becak, saya meminta batuan untuk sudi mengantarkan kami ke lokasi.

Buat Anda, yang ada di sekitar alun-alun Kota, ada baiknya jika mencoba untuk memesan sate kambing mudanya Pak Boy, yang satu porsinya ada lima tusuk. Dengan potongan daging yang lumayan besar serta empuk di mulut, sebaiknya Anda memsan dua porsi untuk sekali makan dengan nasi setengah!

Jakarta, 28.11.2017


Pekalongan

Saya bener-benar penasaran dengan Pekalongan. Salah satunya karena saya hanya transit ketika melalui Pekalongan. Apakah karena saat pulang kampung, yang kadang perjalanannya saya buat melingkar-lingkar meski tujuan mudik saya ada di wilayah selatan Jawa Tengah. Atau juga ketika saya kembali ke Jakarta via Semarang atau via Banjarnegara. Dua-duanya, atau beberapa kesempatan itu terhitung transit. Sehingga Pekalongan tetap menjadi wilayah yang belum saya ketahui lebih baik.
Peta Kota Pekalongan yang saya dapat di hotel di Jalan Cipto Mangunkusumo.

Hingga ketika waktu dan kesempatan  itu tiba. Dan juga meski hanya 2 malam saya berada di Pekalongan dan hanya dengan 8 trip menggunakan transportasi online serta 4 kali naik becak. Pengalaman itu harus saya syukuri sebagai anugerah yang membuat saya lebih tahu tentang Pekalongan.

Mulai dari alun-alun dan 'mall' serta Majid Kaumannya. Tentang Makanan yang ada di seputar Taman Sorogenen, yang kebetulan malam itu berdangdut dengan liputan dari tivi Batik. Tentang batik yang ada di ruko tua di Jalan Sutomo dan ruko moderen yang konsepnya luar biasa super keren. Juga gelaran batik butik di sekita jalan Agus Salim. Serta batik masyarakat yang berdenyut kencang di Kauman atau Pesindon. 

Juga tentang taman mangrove yang wah dan kosong dari penjagaan tiket meski diresmikan oleh Pak Menteri. Dan wisata pantai serta Tempat Pelelangan Ikan yang di pagi hari itu sibuk menurunkan ikan-ikan dari kapal nelayan yang baru sandar untuk kemudian siap lelang.


Pendek kata, saya bersyukur berkesempatan ke Pekalongan dalam dua hari.

Jakarta, 27.11.2017

20 November 2017

Pahawang #2

Ada yang masih ingin saya sampaikan berkenaan dengan kepergian saya dan teman-teman ke Pahawang, Pasewaran, Provinsi Lampung, pada Sabtu, 25 Oktober 2017. Tidak lain adalah kegembiraan saya untuk melihat secara langsung, sekaligus merasakan, hangatnya dan bersihnya habitat bawah laut di lokasi wisata laut tersebut.
Perjalanan dari Jakarta kami tempuh dengan kendaraan bis. Dan karena kedatangan kami di lokasi masih bagi buta, sekita pukul 02.00, maka kami masih sempat tidur di masjid yang ada di Dermaga Ketapang, Pasewaran.

Meski kami sebenarnya kurang tidur, mengingat sejak dari Merak selepas waktu Isyak, maka kami justru memanfaatkan waktu di kapal ro-ro untuk bercengkerama. Tetapi semangat untuk segera menuju spot snorkling yang menjadi tujuan ami yang utama, membuat semua yang terhitung kurang sirna entah kemana.

Inilah perahu yang akan membawa kami sepanjang perjalanan wisata kami di Pahawang hingga kembali lagi ke Derama Ketapang esok harinya. Tidak tampak wajah lelah karena kurang istirahat.
Dan benar saja. Sebelum tukang perahu benar-benar menghentikan perahunya dan melepaskan jangkarnya, kami telah bersiap untuk langsung meloncaat ke dalam  air yang biru dengan karang-karang laut yang terlihat berbayang.

Ambil nafas dan sekaligus diambil gambarnya.
Termasuk ketika petugas yang membawa kami untuk mengabadikan gambar ketika kami menyelam tanpa pelampung dan juga tanpa alat menyelam. 





Jakarta, 20 November 2017.

Jalan Halal

Saya mendapat kesempatan untuk memenuhi undangan sekolah, berkenaan dengan kegiatan dialog sekaligus juga kegiatan pentas anak-anak. Jadi kegiatan itu selain kegiatan dialog yang fokus saya ikuti sejak awal, juga ada kegiatan pameran hasil karya siswa, kegiatan perlombaan siswa dari beberapa cabang lomba, serta kegiatan penampilan seni siswa. 

Khusus untuk kegiatan dialog, yang menjadi topiknya adalah tentang makanan halal. Yang membahas darai berbagai sudut pandangnya. Misalnya untuk sisi syar'i, maka tampil DR Tuan Guru Bajang Madjdi, yang juga adalah seorang Gubernur untuk provinsi NTB. Pada sesi ini, Tuan Guru menukilkan kisah Nabi yang ketika mengutus Muadz bin Jabal untuk berdakwah ke Negeri Yaman memberikan pesan berkenaan dengan halal.

Sementara Ibu Aisha Maharani, yang adalah lulusan dari IPB, dan pernah bekerja penuh waktu untuk sertifikasi hahal di MUI, serta CEO dari Halal Corner, memberikan testimoni berkenaan dengan pentngnya menginternalisasi konsep berpikir, serta berperilaku halal sejak dari keluarga. Karena inilah yang membuatnya tersadar akan beberapa perilaku masa lalunya.


Sedang Ibu Nonon, yang adalah psikolog dari sekolah lebih memberikan pandangan dan testimoni tentang penanganan peserta didik dalam lingkup perilakunya. Serta hubungannya antara perilaku anak dengan pola hidup halal. Dan sebagai penampil terakhir adalah seorang dokter ahli syaraf, yaitu dr Andre. Dimana beliau menjelaskan bahwa terbentuknya sel-sel dalam tubuh manusia berawal dari makanan dan minuman yang dikonsumsinya. Dan selain sel-sel, beliau juga menjelaskan bahwa DNA juga berawal dari asupan makanan dan minuman. Yang dengan demikian maka jalan hidup halal harus menjadi bagian inheren bagi keselamatan dan kesejahteraan dunia hingga akherat.

Diskusi tentang halal ini dikemas dalam bentuk talk show yang diselenggarakan di Gedung Smesco pada Minggu, 19 November 2017.

Jakarta, 20 November 2017.

18 November 2017

Rapat Reuni

Beginilah situasi rapat kami yang berlangsung di salah satu rumah alumni SPG tahun 1985. Rapat berlangsung di daerah belakang terminal bis Cilacap yag ada di Gunungsimping.

Tidak seperti biasanya untuk kegiatan rapat reuni teman-teman SPG kali ini. Setidaknya ini yang saya sendiri alami. Hal ini mengingat kegiatan pertemuan berlokasi di daerah yang jauh dari tempat tinggal saya, tepatnya di kota Cilacap, Jawa Tengah. Dan juga peserta pertemuan tidak hanya yang berada di Cilacap saja, tetapi dari Jakarta seperti saya dan tekan saya, dari Purworejo, dan juga dari daerah lain meski masih masuk dalam wilayah Cilacap. Pertemuan awal ini berlangsung pada Minggu, 12 November 2017. Maka berangkatlah saya menuju Cilacapuntuk keperluan rapat tersebut, sekaligus berwisata. Maka kehadiran saya ke Cilacap ditemani oleh anak laki saya. Pertemuan awal itu untuk mendiskusikan pertemuan besar yang juga akan diselenggarakan di Gunungsimping, Cilacap pada Sabtu, 30 Desember 2017 mendatang.

Foto bersama seusai rapat. Diantara kami ada yang merupakan alumni SPG lulus tahun 1984, tahun 1985, dan bahkan yang lulus tahun 1990.

Jakarta, 18 November 2017.

Menginap di Sekolah

Bersamaan kegiatan dengan berkemah yang dilakukan oleh unit sekolah Taman Kanak-kanak, di unit SMP siswi kelas VII juga memiliki kegiatan yang sama namun dengan fokus kegiatan yang berbeda. Kegiatan menginap di sekolah bagi anak-anak putri di kelas VII SMP adalah peningkatan karakter Islami. 

Penampakan saya diantara siswi kelas VII SMP yang sedang melaksanakan kegiatan menginap di sekolah dengan fokus pembelajaran karakter Islami. Saya, sebagaimana tampak dalam gambar tersebut, sedang memaparkan perjalanan sejarah seorang Jendral yang bernama Nuruddin Az Zanki.

Kegiatan menginap yang dilaksanakan oleh kakak-kakak yang duduk di kelas VII SMP terfokus di ruangan kelas. Baik dalam kegiatan mereka shalat atau juga berdialog. Ini memungkinkan karena jumlah mereka hanya 25 siswi. Sementara guru yang mendampingi anak-anak SMP pada hari itu ada 5 Guru, atau enam guru termasuk saya, yang mendapat tugas memberikan kisah sejarah Islam.




Jakarta, 18 November 2017.

Perkemahan TK #2

Saya masih akan menulis catatan tentang perkemahan yang dilakukan di sekolah bagi anak-anak yang masih duduk di bangku Taman Kanak-kanak. Perlu saya jelaskan bahwa kegiatan yang berlangasung pada Jumat, 17 November hingga Sabtu, 18 November 2017 merupakan kelanjutkan dari kegiatan perkemahan yang dilakukan oleh Kelompok Bermain hingga TK A di dua hari sebelumnya. Yang membedaan antara kegiatan perkemahan untuk KB dan TK A dengan perkemahan yang dilakukan oleh Kelompok TKB adalah bahwa kelompok TKB menginap di sekolah bersama guru dan perwakilan orangtuanya.

Ini adalah salah satu acara dari kegiatan berkemah anak-anak TK B, yaitu makan malam yang disetting di halaman sekolah. lay out tempat makan di bawah lampu taman yang dibuat lebih terang dari hari biasanya, serta dibangun pula tenda-tenda kemah sungguhan.

Tujuan perkemahan menginap yang dijalani oleh anak-anak yang ada di kelompok TK B adalah untuk memberikanpengalaman kepada anak-anak akan kemandirian dalam satu putaran hari penuh. Tidur berpisah dengan orangtuanya. Tidur tidak menggunakan pempres. Melakukan kebutuhan hidup seperti membuat susu sebelum tidur sendiri. Mencuci piring dan gelas setelah sarapan pagi sendiri.



Sementara perwakilan orangtua yang tergabung dalam WOTK atau Wakil orangtua tingkat kelas, akan mendampingi anak-anak dari jarak jauh. Para orangtua akan memberikan bantuan kepada guru dalam berkomunikasi dengan semua orangtua. Perwakilan orangtua juga akan mendampingi anak-anak bersama guru ketika anak-anak diajak berjalan kaki di pagi hari di seputar sekolahan.



Jakarta, 18 Nove,ber 2017.

17 November 2017

Perkemahan TK

Di sekolah, pada Rabu, 16 November 2017, anak-anak dari Kelompok Bermain dan anak-anak Taman Kanak-kanak melaksanakan kegiatan tahunan mereka berupa berkemah. Dan perkemahan itu memiliki tema, yaitu pantai. Seru. 
Ini adalah lay out kelas yang super duper. Idenya hebat. Diluar imaginasi saya sendiri!
Saya pribadi senang sekali dengan apa yang telah guru upayakan dalam mempersembahkan kegiatan untuk peserta didiknya agar mereka mendapatkan pengalaman yang menyenangkan sekaligus menantang. Yaitu skenario kegiatan dan lay out kelasnya. 
Salah satu aktivitas anak-anak adalah belajar bersama Bunda.
Saya memahami bahwa upaya guru sebelum kegiatan berlangsung hingga kegiatan itu sendiri berjalan, merupakan usaha dan ikhtiar yang tidak begitu saja lahir. Mereka terlihat begitu fundamentalis dalam mengupayakan kegiatan yang spektakuler.
Ditonton antara lain oleh 35 pendidik dari Negeri Selangor, Malaysia.
Alhamdulillah, apa yang menjadi impiannya tersebut benar-benar terwujud dalam perjalanan proses kegiatan yang berlangsung sepanjang hari tersebut. Termasuk juga dalam memberikan keterlibatan para Bunda untuk menjadi bagian dari kegiatan berkemah itu. Salut!

Jakarta, 17 November 2017

16 November 2017

Pantai Teluk Penyu dan Benteng Pendem Cilacap


Pagi hari pada Sabtu, 11 November 2017, begitu kami sampai di kota Cilacap, dan setelah menitipkan tas jinjing ke petugas hotel mengingat kami baru mendapatkan izin untuk masuk hotel tengah hari nanti, maka kami segera membuka peta agar memudahkan kai untuk kemana tujuan awal yang tidak meyesatkan kami. Maklum ini adalah kunjungan kami kali pertama ke Cilacap, meski kota ini di beberapa wilayahnya selalu kami lewati ketika melakukan perjalanan mudik.

Berbekal inilah kami menyusuri Jalan Penyu untuk kemudian masuk wilayah pantai dan kemudian lanjut ke Benteng Pendem. Setelah kembali ke hotel untuk beristirahat di siang harinya, kami kembali ke pantai ini untuk bertemu dengan Pak Subuh yang memiliki perahu guna membawa kami menyeberang ke Pulau Nusa Kambangan.
Seperti yang terdapat dalam peta panduang tersebut, kami memang berjalan kaki dari lokasi hotel ke dua tujuan yang kami ingin kunjungi. Menyehatkan, meski itu hanya berjarak 3,4 km. Sebuah jarak total yang harus ditempuh ketika melaksanakan sa'i antara Sofah ke Marwah ketika ibadah Umroh.

Dan meski kondisi pantai relatif kotor mengingat musim penghujan yang membawah hampir semua sampah yang berasal dari muara sungai yang tidak jauh dari bibir pantai, namun kelapa muda yang kami pesan memberikan kenyamanan tersendiri. Juga ikan asin jambal roti tidak kalah memberikan semangat untuk oleh-oleh yang di rumah.


Jakarta, 16 November 2017.

15 November 2017

Cilacap di Hari Sabtu

Pada saat kedatangan saya di Cilacap, pada Sabtu, 11 November 2017, untuk sebuah pertemuan yang diinisiasi oleh teman-teman dari Purworejo dalam rangka persiapan sebuah acara pertemuan silaturahim teman-teman sekolah di hari Sabtu, 30 Desember 2017, inilah penampakan kota Cilacap.

Hari itu saya telah berada di terminal bis Cilacap yang ada di daerah Gunung Simping, tepat pukul 02.00. Karena tidak ada kamar hotel yang kami book untuk hari itu, maka warung makan yang ada di terminal tersebut menjadi tujuan kami. Selain memesan air teh manis yang panas, mendoan menjadi penghangat suasana. Beberapa orang dengan sepeda motor datang silih berganti untuk menyantap nasi rames di warung itu. Mereka tampaknya warga lokal yang lokasi tinggalnya tidak jauh dari terminal. Ini tampak dari pakaian mereka yang hanya mengenakan oblong dan tanpa helm.

Dan ketika matahari telah terbit menerangi udara yang ada di terminal bis, saya bersama anak sulung segera meninggalkan terminal menuju tugu Cilacap yang lokasinya berada di perempatan alun-alun Cilacap dengan meminta tolong abang becak.
Inilah slogan kota Cilacap, yang dikala malam akan memancarkan cahaya yang indah.
Sudut yang lain dari pusat kota Cilacap.

Perjalanan kami lanjutkan dengan menyusuri jalan tersebut hingga sampai pada Jalan Budi Utomo. Dan kami kembali lagi di lokasi semula ketika waktu magrib telah berlalu. Meski tujuan utamanya adalah untuk makan malam, tidak pelak lagi, melihat lokasi yang menjadi pusat kumpul warga kota di Sabtu malam menarik untuk kami saksikan.

Air mancur yang ada di tengah perempatan pusat kota dengan latar belakang menara masjid.
Inilah lokasi titik kumpul warga di Kota Cilacap di hari Sabtu malam.

Jakarta, 15 November 2017.

14 November 2017

Benteng Pendem Cilacap

Ketika googleng tentang Benteng Pedem, ternyata muncul Benteng Pendem yang lokasi ada di beberapa tempat di Indonesia. Dan semuanya menyisakanaroma penderitaan masa lalu generasi bangsa. Ini tidak lain karena Benteng Pendem merupakan benteng pertahanan yang sekaligus berfungsi juga sebagai markas tentara dan juga penjara yang dioperasinalkan oleh penjajah.

Untuk hal itu, maka ketika Googling, nama Benteng Pendem Cilacap adalah nama satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Ia menjadi satu nama. Kalau menulisnya tanpa kata Cilacap, maka akan menemukan benteng dengan nama sama tetapi dengan lokasi yang dimaksud berbeda.

Berkunjung ke Benteng Pendem Cilacap, merupakan kesempatan berharga bagi saya, yang bermula oleh rasa penasaran. Ini tidak lain karena Cilacap adalah wilayah yang hampir selalui saya lalui ketika mudik ke Purworejo. Tetapi berkunjung ke kota Cilacap yang ada di wilayah pesisir pantai selatan, belum juga pernah saya lakukan.

Maka ketika teman-teman mengajak saya untuk bertemu guna membahas reuni di Desember nanti di Cilacap, kesempatan itu saya gunakan sekaligus untuk melihat langsung Cilacap. Dan Benteng Pendem yang ada bersebelahan dengan Pantai Teluk Penyu serta Pertamina area 70 merupakan pengalaman menyenangkan.
Gerbang masuk utama.
Lokasi penjara yang ada di dalam area Benteng, yang luasnya 6,5 Hektar.
Lubang-lubang yang terdapat di dinding benteng sebagai sarana untuk dapat melihat kedatangan musuh.
Lorong-lorong lebar dan kokoh menjadi penghubung antar ruangan. Kondisi ketika saya datang di November 2017.
Berikut adalah link youtube saya; https://www.youtube.com/watch?v=I5xnyo1oQOE

Jakarta, 14 November 2017.

09 November 2017

Pahawang

Ada yang sangat saya syukuri pada akhir bulan Oktober lalu, tepatnya Sabtu, 28 Oktober 2017. Saya dan istri tentunya. Karena dalam obrolan kami di rumah bersama anak-anak di dua bulan sebelumnya, kami sedang merancang untuk pergi bersama ke Lampung, dengan tujuan akhirnya adalah kampung halaman saya di saat lahir hingga remaja, di Metro dan di Sritejokencono, Punggur, Lampung Tengah. 

Antusiasme luar biasa ketika perahu sewa membawa kami menuju spot pertama untuk lokasi snorkling.

Tidak perlu perlu merasa takut untuk benar-benar menikmati indahnya bawah laut Pahawang. Ayo!
Dalam perencanaan tersebut, tentu ada destinasi wisata yang akan kami hampiri. Diantara yang kami sebut adalah Pahawang, Pasewaran, Lampung. Di lokasi tersebut kami akan melihat habitat dalam laut di sekitar Pulau tersebut. Dan waktu juga telah kami tentukan.


Tetapi langit rupanya telah mencatat keinginan kami, sehingga beberapa waktu sesudahnya datang berita tawaran kepada saya untuk ikut serta dalam trip ke Pahawang. Maka tidak terlalu lama berpikir, saya segera memutuskan untuk ikut serta dalam rombongan trip gratis dari kantor Yayasan dimana saya ikut serta. Alhamdulillah. Saya begitu menikmati perjalanan ke Pahawang ini. 
Indah sekali pantai yang kami pijak, dan latar gunung yang kami belakangi!

Jakarta, 9 November 2017.

03 November 2017

Bertemu Guru TPA di Pengalengan

Rabu, 1 November 2017, berlokasi di Masjid Jami' di Kampung Cibereum Empe, Desa Pengalengan, Kecamatan Pengalengan, Bandung, Jawa Barat, bersamaan dengan kegiatan LIVEin SMP Islam Tugasku Chapte IV, kami bertemu dan berdialog seputar pendidikan dengan Guru dan Pengurus TPA yang ada di kampung Cibereum Empe. Pertemuan dan dialog berlangsung di Masjid diikuti oleh 25 orang. 
Peserta dialog yang terdiri dari Guru dan pengurus TPA.

Bersamaan dengan kegiatan dialog, pada siswa SMP perserta LIVEin sedang melaksanakan aktivitas cross country menuju ke gunung perkebunan teh.

Guru dari Tugasku yang memandu dialog adalah Pak Syarif yang juga adalah ketua Pelaksana kegiatn LIVEin Chapter IV. Sementara saya memberikan game tentang sejarah Islam. Alhamdulillah kagiatan dialog berlangsung dengan lancar dan memberikan jalinan silaturahim antara kami dengan masyarakat setempat.
Foto bersama diakhir kegiatan.
Saya bersyukur bahwa pertemuan ini berlangsung dengan baik. Dan juga berharap sekali semoga pertemuan singkat yang bersifat dialog ini dapat menjadi salah satu simpul keberlanjutan dari silaturahim kami. Semoga.

Jakarta, 3 November 2017


Gudang Cerita

"Pak Agus sekarang saja Pak ceritanya Pak. Saya ngeri kalau kita tidak melakukan aktivitas apa-apa." Demikian siswi saya menyampaikan permohonan kepada saya sebelum acara penerimaan pos satu. Yang lokasinya berada di persimpangan jalan desa yang di sekelilingnya terdapat sayuran lobak dan wortel. Sementara dari kejauhan tampak dua gedung yang hampir sama panjang dan lebarnya, yang ditandai dengan lampu-lampu terang.

Kami memang berada di tengah-tengah perkebunan yang ada di Kampung Cibereum Empe, Kelurahan Pengalengan, Kecamatan Pengalengan, Kabupaten Bandung Selatan, Jawa Barat.

"Cerita apa yang dapat Pak Agus sampaikan di tengah lahan perkebunan dan di tengah malam seperti ini?" Kata saya. Karena terus terang keberadaan kami dalam kegelapan dan hanya dengan cahaya senter, tentu tidak akan nyaman bagi kami untuk dapat menyimak apa yang sedang kami perbincangkan. Oleh karenanya saya terus terang keberatan jika harus menyampaikan cerita. Sementara selain kami, saya dan lima siswa, ada empat tokoh masyarakat setempat yang ikhlas menemani kami. Mereka adalah Pak RW 20 dan Pak RT, Pak Yanto yang merupakan pendamping pemberdayaan masyarakat Desa Pengalengan, serta Pak Ustad.

"Cerita apa saja Pak. Bapak kan gudangnya cerita Pak. Saya serem kalau kita hanya diam-diam di tengah kegelapan alam." Desak siswa saya yang lain. Dan saya tetap tidak akan cerita karena memang situasi dan kondisinya sedang tidak tidak dalam mood untuk berdialog atau bercerita.

Jakarta, 3 November 2017.

Piknik Guru #6; Membuat LPJ

Sudah menjadi kultur kalau selesai pelaksanaan program, meski piknik guru dengan biaya dari swadaya, membuat laporan kegiatan dalam format LPJ menjadi bagian yang penting. Hal ini sebagai upaya untuk transparansi bagi peserta piknik. Dan juga untuk menjadi acuan bagi panitia berikutnya yang akan mengemban tanggung jawab yang sama.

Dalam catatan kali ini berkenaan dengan laporan pertanggungjawaban, saya bermaksud menyampaikan hal-hal yang seharusnya dilakukan oleh anggota panitia kegiatan yang dananya bersumber dari swadaya. Terutama memang berkisar disekitar kejelasan dari penggunaan dana yang ada serta keberlangsungan dari kegiatan.

Prinsipnya semua peserta piknik tidak akan menjadikan hal-hal yang terjadi dalam pelaksanaan selain karena adanya yang mereka nilai atau rasakan tidak nyaman. Seperti misalnya makanannya yang kurang pas. Atau bahkan penyajian makanannya ketika makan siangnya kurang sip. Atau lokasi wisata yang dituju kebetulan pas terjadi hujan atau kotor sehingga mereka berkomentar karena acara menjadi tidak berjalan sesuai dengan apa yang ada di round down.

Dan jarang peserta akan memberikan penilaian tentang penggunaan uang. Karena dalam kegiatan wisata seperti piknik tersebut, kita memang sama-sama faham tentang bagaimana saja yang harus dibelanjakan. Oleh karenanya, secara riil apa yang telah terjadi menjadi bagian dari pertanggungjawaban panitia trip.

Namun sebagaimana yang saya sampaikan di depan, bahwa menjadi hal yang seharusnya bahwa seusainya kegiatan maka panitia memberikan laporan...

Jakarta, 3 November 2017.