Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

16 January 2013

Menyimak Cerita dengan Bingo

Dalam dua pekan terakhir ini, saya sedang senang membacakan cerita kepada para peserta kegiatan seminar yang kebetulan saya diminta untuk mengisi. Baik pada akhir pekan pertama pada tahun 2013 di Kalimantan Timur, dan juga di mahasiswa program S1 PGSD di Jakarta Timur. Dan untuk membuat para perserta itu nurut dan sekaligus menyimak dengan apa yang saya sampaikan, maka saya menggunakan kotak bingo.

Maka selama cerita yang saya bacakan itu mengalir melalui sound system, para peserta itu tekun menyimak dan kemudian mencoret kata-kata yang ada dalam kotak bingo pada saat kata-kata itu saya sebut. Rata-rata para peserta tidak sadar kalau bingo itu hanya saya gunakan agar supaya mereka semua menyimak dengan baik!

Namun apakah hanya karena kotak bingo saja yang membuat para peserta itu begitu tekun menyimak cerita saya. Setidaknya inilah buktinya. Ketika diantara para peserta tersebut ada yang berteriak BINGO karena kata-kata yang dicoretnya telah membentuk garis lurus, apakah itu garis horisontal, vertikal, atau garis diagonal, dan saat itu juga saya menghentikan cerita saya untuk kemudian saya bertanya kepada peserta; "Cukup sampai disini ceritanya?" Maka serentak para peserta berteriak; "Lanjut Pak sampai tuntas!".

Dengan teriakan mereka yang kompak itu sya dapat mengambil kesimpulan bahwa, apa yang saya bacakan kepada mereka adalah juga sesuatu yang menarik untuk para peserta semua itu menyimaknya. Dan memang, saya memilih cerita yang menarik yang akan saya sampaikan kepada peserta. Dan cerita yang saya bacakan pada dua kegiatan itu adalah sebuah episode yang ada dari Novel Ahmad Tohari yang berjudul Ronggeng Dukuh Paruk.

Episode yang saya bacakan adalah episode perang batin atau kegelisahan dari para seniman ronggong dari Dukuh Paruk ketika harus terlibat dengan intens pada kegiatan propaganda dari kelompok Bakar Cs. Dimana dalam setiap penampilan Srintil, sebagai tokoh utama dalam novel itu, sekaligus adalag sebagai ronggeng dari kelompok seni itu, para penontonnya akan 'mabuk' dan pada saat 'kesurupan' itulah para massa yang terbakar emosinya itu 'merojeng' padi menguning di sawah yang entah milik siapa. Maka peristiwa itu akan berakhir dengan perseteruan yang kadang berdarah. Yaitu antara petani yang mempertahankan haknya dengan para 'perojeng'.

Peristiwa-peristiwa itulah yag membuat para 'pemangku kekuasaan' kesenian ronggeng dari Dukuh Paruk itu gundah dan gelisah amat sangat. Sebuah kearifan diri yang akhirnya harus kalah dan mengalah karena kebaikan Bakar selama ini kepada mereka.

Sebuah peristiwa yang menjadi sebab bagi para 'korban' dari perojengan itu untuk membalas, ketika hingar bingar politik tersebut mencapai garis 'kemenangannya' pada menjelang akhir tahun 1965. Juga karena keikutsertaan Srintil dan rombongan ronggengnya sebelum tahun itulah yang menyebabkan terseretnya ia dan Kartareja harus berurusan dengan pihak berwajib.

Itulah sepenggal cerita dari Ronggeng Dukuh Paruk, yang saya bacakan kepada para peserta kegiatan saya di awal Januari 2013 ini.

Jakarta, 16 Januari 2013.

No comments: