Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

28 March 2018

Pak Agus, Saya Tutup Pintunya ya...

Pagi ini, beberapa siswa dari kelas Bahasa Inggris datang ke ruangan saya untuk memberikan interviu berkenaan dengan perasaan saya hari ini dengan memberikan alasan. Tentunya dalam Bahasa Inggris karena mereka memang sedang dalam pelajaran Bahasa Inggris. Dengan Bapak Gurunya yang mondar-mandir mengiuti pergerakan para siswa dan siswinya di sepanjang koridor kelas lantai 1.

Juga ada beberapa anak yang kelasnya sedang menjalani pelajaran olahraga. Satu kelas ada di halaman luar sekolah yang pada pagi ini cerah dengan matahari yang tegas sehingga cepat membuat badan mereka berkeringat. Dan yang satu kelas lagi sedang melakukan aktivitas olah raga di hall sekolah yang ada di dalam gedung. Namun dua-duanya memberikan aura semangat kepada saya yang hanya dapat memantau mereka semua lewat CCTV yang layarnya saya pasang di salah satu meja saya.

Dan diantara situasi yang seperti itulah ada tiga anak laki-laki yang mengenakan seragam olah raga dengan memegangi bola muncul di pintu ruangan kerja  saya. Saya semula berpikir bahwa anak ini akan masuk mendekati saya yang sedang mengetik di depan komputer untuk meminta waktu guna mengetahui aspirasi saya melalui wawancara. tetapi setelah saya benar-benar dapat mengenali siswa saya yang datang dan berdiri di pintu masuk ruangan, dia segera mengemukakan maksud dan tujuannya mengapa ia berada di depan pintu ruangan saya tersebut.

"Pak Agus, bolehkah pintunya saya tutup?" Katanya dengan santun. Membuat saya senang dan bahagia sebelum akhirnya saya sampaikan:

"Boleh Nak. Boleh ditutup pintu Pak Agus. Terimakasih banyak ya."

Jakarta, 28 Maret 2018.

22 March 2018

Alor Food Corner

Teman merekomendasikan agar kami datang tidak terlalu malam di Alor Food Corner. Karena memang tidak punya ide, maka sebagian besar kami mengikuti saja saran tersebut, sekaligus mempersiapkan diri untuk tidak menjadi penyebab bagi keterlambatan keberangkatan kami dari hotel.  Dan setelah sebelumnya memutar-mutar, sampai jugalah lokasi dimana kami tuju. 

"Nanti jangan lupa memilih makanan yang halal ya. Lihat yang dijual dan para penjualnya. Harganya miring." Begitu teman saya yang kali itu menjadi pemandu perjalanan kami. Tidak ada yang berkomentar atas apa yang menjadi pendapatnya selain memang mengiyakan. Hingga pertama kami menjejakkan kaki di ujung jalan tersebut, saya pribadi merasa kurang nyaman karena situasinya memang terlalu ramai oleh pejalan kaki yang berseliweran, suara bising orang-orang berbicara, juga pengamen dengan pengeras suara. Saya merasa bukan menjadi bagian komunitas seperti itu sehingga rasa kurang nyaman itu yang membuat saya kurang menikmati ada disitu.

Lalu, ketika semua telah selesai dan harus membayar, semua terbelalak bahwa makanan yangkami pesan tersebut jika harus dibebankan ke masing-masing kami, maka angkanya jauh melebihi apa yang kami sangka. Meski demikian, saya dan kami semua tetap menikmati perjalanan tersebut. Karena ada yang berbeda dari yang ada di tanah air.

Jakarta, 22 Maret 2018

21 March 2018

Geng Mabotik

Beberapa peserta didik saya bermain bola anak-anak TK, yang kecil warna-warni yang peruntukannya untuk mandi bola, di plasa atau di hall sekolah pada waktu sepulang sekolah. Dan ini telah menjadi perhatian kami semua agar mereka berhenti bermain bola dan mengembalikan bola tersebut ke lokasi dimana mereka ambil bola itu. Dan usaha ini memang terus menerus kami lakukan. Oleh siapa saja yang kebetulan pada hari itu bertugas sebagai guru piket. Anehnya, temuan kami tersebut memang terus menerus berulang terjadi. Dan para pemainnya, adalah mereka-mereka saja. 

Karenanya, pada suatu waktu, ketika saya menemukan mereka sedang bermain di plasa SD yang ada di bagian belakang sekolah, saya sampaikan kepada lima orang diantara mereka yang memang sebagai pemain tetap, yang selalu saya tegur pada hari-hari sebelumnya. 

"Kok kalian lagi kalian lagi yang menjadi pemain bola TK? Apakah bahasa Pak Agus ini sangat sulit dipahami oleh kalian atau mungkin bahasa kita berbeda sehingga apa yang telah Pak Agus sampaikan memang tidak dapat kalian mengerti?" Kata saya kala itu. Dan anak-anak itu tidak ada satupun yang mengomentari atas apa yang saya sampaikan selain tersenyum dan saling berpandangan diantara mereka.

Dan begitulah kenyataannya. Mereka selalu saja bermain ketika kami benar-benar sedang fokus hanya mengawasi hall dan lapangan luar. Mereka akan bermain di Plasa SD atau Plasa TK atau pendopo kantin lantai dua. Lokasi terakhir adalah lokasi yang paling kami tidak duga. Tetapi jika ada penjemput siswa yang adalah satu diantara mereka dan ami telah berkeliling tempat bermain yang ada dan belum juga ketemu, maka lokasi pendopo kantin menjadi lokasi akhir pencaraian kami.

Dan karena reputasinya itulah, maka kami semua, yang memiliki jam piket antara pukul 15.00-15.45, hafal akan aktivitas mereka. Hingga akhirnya kami berdialog dengan mereka ketika mereka terperangkap sedang bermain bola TK di Plasa TK. Akhirnya mereka mengaku bahwa mereka memang megelompokkan diri sebagai kelompok mabotik. Mabotik merupakan kependekan dari main bola TK!

Jakarta, 21 Maret 2018.

Naik MRT

Bersama teman-teman dari MIS, kami menggunakan transportasi umum yang ada di Kuala Lumpur. Tujuannya hanya satu, jalan-jalan. Karena bukan destinasi yang akan menjadi target kami ketika kami mengisi waktu week end kala itu, tetapi ingin sekali merasakan aura jalan-jalan dengan keliling kota menggunakan kendaraan yang berbiaya murah atau bahkan gratis seperti yang sebelumnya kami telah coba menggunakan GoKL.

Sebagaimana kita juga telah ketahui bersama, bahwa alat transportasi ini sekarang sedang digarap ngebut di negeri kita. Semoga segera kelar dan masyarakat dapat menikmatinya dengan nyaman dan aman serta terjangkau. Termasuk diantaranya berharap agar semua kendaraan Transjakarta sepenuhnya atas biaya Negara dengan APBN-nya atau Daerah atau dengan APBD-nya. Sehingga seluruh masyarakat dan pengunjungnya tidak membutuhkan lagi biaya transportasi. Semoga.

Kita bersyukur bahwa apa yang menjadi aturan dan tata cara ketika kami naik MRT dan monorail tidak gagap-gagap sekali. Ini karena memang setiap hari kami adalah pengguna CL yang menghubungkan rumah kami yang ada di luar Jakarta menuju kantor yang lokasinya ada di tengah-tengah kita.

Video itulah yang mungkin Anda akan ma\elihat bagaimana suasa perjalanan kami di KL dengan moda transportasi MRT dan LRT.

Jakarta, 21 Maret 2018.

20 March 2018

Naik GoKL

Naik GoKL, nama bis gratis dengan berbagai rute atau jurusan, yang rangkaiannya juga terdapat di peta jaringan yang lengkap dan luas, sebagaimana juga jaringan MRT dan kereta ringan yang ada di kota Kuala Lumpur, memudahkan bagi saya untuk jalan-jalan. Betul jalan-jalan yang sesungguhnya. Ini perjalanan yang mirip saya lakukan di sekitar akhir tahun 1984 ketika tiba di Jakarta. Bedanya, perjalanan saya di Jakarta di akhir tahun 1984, harus dengan membeli tiket. Dimana kala itu saya berangkat dari terminal bis Mangarai menuju ke Grogol. Kemudian dari Grogol saya memilih bis tujuan Blok M. Dari dari terminal Blok M saya melanjutkan perjalanan ke Pasar Rumput. Dan Jakarta hari ini jika menggunakan Tranjakarta, tiket tetap harus saya bayar bila perjalanannya sebagaimana yang pernah saya jalani puluhan tahun lalu itu. Meski kalau sekarang cukup membayar satu kali untuk semua rute yang ingin saya lakukan jika tidak keluar dari terminal.


Di Jakarta hari ini, ada tersedia bis gratis untuk keliling Jakarta tetapi bukan untuk mencapai tujuan sebagaimana yang kita ingnkan. Bis gratis Jakarta memiliki rute tersendiri. Berangkat dari depan Balaikota dan kembali lagi nanti ke Balaikota setalah mengitari tempat-tempat penting di Jakarta.

Sementara dengan GoKL, saya dapat mencapat berbagai lkasi yang saya inginkan setelah terlebih dahulu saya memperlajari jaringan GoKL yang ada. Kita berharap ke depan di Jakarta atau kota besar lainnya di NKRI, pemerintah memikirkan dan memanjkan patra tamunya yag sedang berkunjung. Semoga.

Jakarta, 20 Maret 2018.

19 March 2018

Malioboro

Setelah hari Sabtunya saya berada di Purworejo untuk bersilaturahim dengan keluarga yang tinggal disna, dan juga undangan khusus dari teman untuk datang langsung ke Somongari, Kaligesing, Purworejo, untuk menemukan langsung durian dari petaninya, maka pada malam harinya, dengan menumpang bis AKAP, saya menuju Jogjakarta. Kehadiran saya di Jogja, mengingat telah relatif malam, maka tidak ada lokasi yang menjadi janjian saya selain langsung beristirahat.

Hari Minggunya, saya telah berada di pusat Jogjakarta, yaitu Malioboro dengan menumpang kendaraan on line, saya minta diantar langsung ke kios buku yang lokasinya bersebelahan dengan Taman Budaya Jogjakarta untuk mencari koleksi buku saya yang kurang lengkap. Beberapa jilid buku telah saya punya, dan sekarang waktunya untuk mencari beberapa jilid yang belum saya miliki. Alhamdulillah koleksi tersebut saya temukan di toko deretan belakang di gerbang masuk utama sebelah kiri.

Dengan menenteng buku yang ada di dalam plastik, saya mengantar istri untuk membeli sesuatu di salah satu sisi di Jalan Malioboro, yang menjadi tujuan utama dari banyak wisatawan ketika berkunjung di Jogja, termasuk saya pada hari itu.

Saya memang tidak akan pergi kemana-mana di Jogja saat itu selain mengajak berenang dan dilanjutkan makan siang cucu. Karena malam harinya saya harus kembali ke Jakarta untuk masuk kantor. Maka memang jalan yang menjadi icon-nya kota Jogja itulah yang menjadi tujuan saya. Meski sebenarnya saya ingin sekali minta diantar untuk minum teh di kebun teh yang ada di Kabupaten Kokap. Tapi dengan sedikitnya waktu, maka niatan itu harus saya tunda.

Jakarta, 19 Maret 2018.

05 March 2018

Durian di Musim Durian

Sabtu, 3 Maret 2018 saya berkunjung ke desa Somongari yang ada di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Ini kunjungan saya untuk kali kedua setelah sebelumnya bersama rombongan teman sekolah datang ke Somongari untuk berkunjung ke Air Terjun yang lokasinya lebih kurang dua kilomater dari pusat desa pada tahun 1984!


Untuk itu, maka kehadiran saya dan teman-teman ke Somongari yang kedua itu setelah 34 tahun. Waktu yang sangat lama untuk melihat betapa berubahnya Somongari. Jalan yang kami lalui dari Cangkrep Kidul hingga Somongari dapat dikatakan baik. Dan ketika mendekati Somongari, yang berada di Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, sebagai penanda adanya tebing dan jurang diberikan batas besi dengan spot ligth juga marka jalan.

Dari desa Somongari, kami masih melanjutkan perjalanan menuju dukuh Harjo. Lokasinya menyusuri jalan Kaliharjo-Somongari. Yang kalau jalan itu saya teruskan, maka saya akan sampai ke desa sebelah, Hulosobo.

Di sepanjang jalan yang kami lalui itu, di tepi-tepi jalan kami temui Bapak atau Ibu dengan sepeda motor atau pikulan-nya, plus keranjang yang berisi durian atau duku atau manggis. Karena memang pada saat itu para petani di Somongari sedang panen buah khas mereka. Para petani itu sedang menanti pedagang yang akan membawa hasil panenannya. Saya sekali mencoba untuk bertanya kepada mereka apakah bisa duriannya kami beli. Mereka menjawab kalau buah yang ada di bawaan mereka sudah milik orang. Dan sekarang mereka menunggu pemiliknya datang.

Dan kepada kami ditunjukkan sekelompok durian yang bebas untuk dibeli. "Silahkan Pak diborong saja." Kata Ibu yang lokasi rumahnya bersebelhan dengan lokasi pegepulan durian, manggis, dan duku. "Semua diborong saja seratus lima puluh ribu." Lanjutnya sembari menunjukkan tumpukan durian sebanyak 11 buah. Tidak terlalu banyak. Tetapi cukup untuk kami makan ber-empat!

Jakarta, 5 Maret 2018.

Curug Cisurian

Perjalanan berikut setelah kami makan siang dengan menu bebek goreng dengan sambalnya yang pedas serta minum penutupnya segelas kopi Waja di Bubulak Resto yang maknyus, di bawah Sukageuri View, lokasi masih di wilayah Cigugur, Kuningan, adalah air terjun atau Curug Cisurian. Yang lokasinya dari Bubulak Resto tidak lebih dari 20 menit. Dengan jalanan desa yang menanjak.

Curug yang kami tuju di lokasi tersebut adalah curug yang paling dekat. Karena selain curug Cisurian, ada curug lain yang perjalananya mekakan waktu lebih lama karena jaraknya lebih jauh. Ini mengingat waktu kami di Kuningan harus berakhir pukul 16.00.

Dan tidak mengecewakan. Air curug yang kami kunjungi rellatif deras. Dengan lingkungan hutan yang relatif terpelihara. Kawanan monyet juga tidak ada yang mendekati kami untuk sekedar meminta limpahan makanan dari kami atau pengunjung lain. Ini mungkin juga dapat menjadi indikasi ekosistem bagi penyedia makanan kawanan tersebut masih lestari. Semoga.

Jakarta, 5 Maret 2018.