Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

23 January 2013

K-13 #3; Berpusat kepada Siswa

Dalam draft uji publiknya, terdapat empat eleman perubahan dalam Kurikulum 2013, yang akan dilaksanakan di Indonesia di tahun pelajaran depan. Empat elemem perubahan itu adalah (1). Standar Isi, (2). Standar Kompetensi Lulusan, (3). Standar Proses, (4). Standar Penilaian. Empat standar yang juga terdapat dalam elemen Kurikulum sebelumnya. Sehinga meski terdapat kesamaan wadah antara Kurikulum 2013 dengan yang kami jalani (KTSP), tetap menjadi bagian pembelajaran bagi kami agar lebih siap lagi.
Kami butuh kesiapan untuk mampu melayani peserta didik.
Khusus dalam standar proses, yang diinginkan oleh Kurikulum baru adalah pelayanan guru terhadap kebutuhan siswa. Hal ini dirumuskan dalam bentuk perubahan dari proses pembelajaran yang berpusat pada guru atau teacher centered learning menjadi pembelajaran yang berpusat kepada siswa atau student centered learning.

Sebuah istilah, konsep, dan paradiga yang mudah diungkapkan, dikatakan, namun ketika guru harus melakukannya atau menjabarkan konsep, paradigma tersebut ke dalam kelas pada saat berinteraksi dengan peserta didiknya dalam proses pembelajaran pada bahasan keluarga di kelas 1 SD, misalnya, akan menjadi bagaimana bentuk kegiatan pembelajarannya di dalam kelas itu? Bagaimana jga dengan pembelajaran pada kompetensi yang lain dalam semua mata pelajaran yang ada?

Pada titik itulah sebenarkan kami, para guru yang perlu diberdayakan. Kami paham bahwa guru tidak lagi mungkin menjadi pusat pembelajaran karena memang keterbatasan kami lebih banyak dibandingkan siswa didik kami. Namun dari mana memperoleh keterampilan untuk menjadi pintar dan canggih dalam mengejawantahkan konsep pembelajaran yang berpusat kepada siswa?

Apakah dengan mengikuti sosialisasi sebagaimana yang selama ini kami terima sudah dapat dikatakan bahwa keterampilan kami dalam menjadikan siswa sebagai subyek belajar telah sukses? Demikian pula dengan kegiatan pelatihan yang telah kami terima. Menurut saya sebagai pelaku di dalam kelas, maka yang kami butuhkan sekarang ini adalah pertemanan dari ahli kepada kami hingga lima, sepuluh kali bahasan belajarhingga akhirnya kami dapat di lepas. Itulah yang banyak teman kami menyebutnya sebagai coaching. Dan kepada siapa coaching tersebut dapat kami minta?
Jakarta, 23 Januari 2013.

No comments: