Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

08 March 2024

Pak Haji Bercelana Jean!

 

Selfi pada saat saya mendapat tugas untuk menjemur pakaian di roof top apartemen ketika kami tinggal di Apartemen yang ada di Aziziyah.

"Assalamu'alaikum Pak Haji bercelana jean." Begitu teman satu kamar saya menyebut dan mensifati saya. Pertama kali dia ungkapkan ketika kami masih berada di Madinah. DSimana Madinah menjadi etape 10 pertama dalam perjalanan haji maki. Etape 10 hari kedua kami tinggal di Mekkah, dan etape terakhir merupakan 10 hari dimana kami berada di Aziziyah.

Sebutan ini mungkin karena saya memang hanya mengenakan celana jean. Sebenarnya sebutan demikian tidak sepenuhnya benar. Karena celana yang saya bawa dalam perjalanan haji ini memang 3 potong yang semuanya dari bahan dengan model seperti blue jean.

Jadi tidak mengapa sebutan itu melehat pada saya sepanjang kami bercanda sesama jamaah ketika diwaktu segang. Baik saat di dalam kamar atau juga saat menemani jamaah lain yang sedang menghisab rokok di pintu masuk hotel.

Bukan tanpa alasan saya hanya bercelana seperti itu. Pertimbangan paling benarnya, menurut saya, adalah bahwa celana semacam itu memungkinkan saya mengenakan celana yang dapat saya cuci sendiri dan tanpa harus diseterika terlebih dahulu.

Walau pada kenyataannya, pada saat kami berada di Madinah, dimana harga laundry masih 11 real, maka dalam dua hari sekali saya akan menyetorkan pakaian kotor dan mendapatkan kembali pakaian-pakaian saya itu dalam keadaan yang sudah rapi jali.

Ata juga ketiika sudah berada di Aziziyah, dimana sudah memasuki bulan Dzulhijjah, maka memiliki kebebasan untuk mencuci sendiri dan bahka sekaligus menyetrikanya. Ini karena travel menyewa 1 apartemen penuh, yang terdiri dari 6 lantai. Dan pada lantai paling atasnya menjadi area buat kami menjemur pakaian.

Jakarta, 8 Maret 2024.

Menengok Teman yang Sakit

 Pagi itu, Saya janjian dengan teman satu kamar untuk pergi ke Hotel Al Khiswah, tempat dimana teman berada. Menjadi bagian dari rombongan haji yang berdiam di Zona 8, di wilayah Jarwal. Teman dari rombongan haji dari Provinsi Banten.

Saya mengunjunginya bersama teman dengan berjalan kaki. Sebelum berangkat, kami sudah membuka peta untuk mengetahui posisi hotel dan seberapa jauhnya dari lokasi dimana kami tinggal. Maka pagi itu, kami berjalan sebelum waktu sarapan pagi mulai. Kami meninggalkan kamar hotel sekitar pukul 06.00.

Perjalanan kami berbarengan dengan jamaah-jamaah yang juga menuju hotel setelah menunaikan shalat di Masjidil Haram. Ini perjalanan pertama bagi saya di luar rute rutin, yaitu antara kamar hotel ke masjid atau sebaliknya. Maka sebentar-sebentar kami harus membuka peta di seluler, terutama ketika kami menemui persimpangan atau perempatan, dan memastikan ke arah mana perjalanan selanjutnya.  

Setelah berjalan beberapa lama, saya beristirahat dengan mengambil tempat duduk yang berada di pinggir lapangan parkir yang lumayan luas. Udara pagi mulai mengirimkan hawa hangat ke seantero pandangan mata.

Beberapa orang Indonesia ada tidak jauh dari kami duduk dengan asyik sedang bercengkerama dengan temannya sembari menghisap rokok. Dan dari percakapan, saya memastikan bahwa Hotel Khiswah ada persis di seberang jalan tempat kami duduk.

Kami tidak mengenal bangunan itu sebelum mendapatkan informasi dari orang yang sedang merokok tersebut. Karena kami berada di samping hotel sementara identitas hotel ada di bagian depan.  

Benar saja, setelah berkomunikasi via telepon, saya berjumpa dengan teman yang memang masih terlihat belum sehat benar. Dan sakitnya sendiri sebenarnya sakit yang dia telah alami sebelum kami berjumpa itu. Penyakit bawaan dari kampung halaman yang kambuh ketika pelaksanaan haji. 

Setelah dialog utara selatan, foto bersama, bertukar cerita, maka kami segera pamit. Sementara di lobi hotel dan juga di halaman depan hotel, jamaah calon haji sedang bersiap-siap untuk menuju ke Masjidil Haram guna melaksanakan Shlat Dzuhur berjamaan. Saat itu, masih pukul 08.00 pagi.

Dalam kelompok-kelompok kecil, jamaah berdiskusi arah perjalanan sembari sibuk menerima ransum makan siang yang ada di dalam boks putih. ASda diantara mereka yang menju masjid dengan berjalan kaki, sebagaimana yang saya lakukan ketika saya pergi kesini. Sebagian lainnya menunggu bus.

Saat sudah berada di Jakarta beberapa waktu kemudian, saya mendapat kabar bahwa teman saya yang saya tengok di Al Khiswah itu meninggal dunia. 

Allahumaghfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fuanhu. Aamiin Allahumma Aamiin. (Kenangan untuk teman Pak Haji Sundarto yang alumni Unair.).

Jakarta, 8 Maret 2024.

 

07 March 2024

Membangun Impian, Menyambut Skenario IIlahi

Sering, saya dan istri berdiskusi tentang apa saja yang terkait dengan keberangkatan haji kami yang tertuda berangkat pada tahun 2022. Dan baru dapat kesempatan berangkat pada tahun 2023. Dengan komitmen untyuk melakukan pendaftaran dan pembayaran uang muka di tahun 2021 awal. 

Mengingat pada pelaksanaan haji tahun 2022, dimana pemerintah Saudi masih menjadikan Covid-19 sebagai transisi, antara pandemi dan endemi, sehingga membuatnya membolehkan pelaksanaan haji terlaksana dengan kuota haji 50%. Meski pihak travel sudah menghubungi saya untuk mempersiapkan diri berangkat, bahkan seluruh persiapan termasuk suntik miningitis telah saya lakukan, dan pada detik teralkhir, yaitu pada saat pemerintah Indoenesia menutup jadwal keberangkatan haji tahun itu, saya dan istri belum juga mendapat panggilan berangkat. 

Tertunda berangkat pada tahun 2022, antara lain karena selepas pandemi Covid-19, pemerintahan Arab Saudi membuka pelaksanaan haji secara normal. Baik dalam pelaksanaannya atau juga dalam kuota jumlah hajinya. Ini sesuatu yang saya dan istri syukuri tiada henti. Alhamdulillah.

Tidak jadi berangkat haji, saya meyakini bahwa memang itu yang terbaik untuk kami berdua. Tidak protes ketika pihak travel memberikan kabar tersebut via telepon. Keyakinan saya yang lain adalah, bahwa waktu berangkat nanti, Allah Swt pasti akan memberikan sesuatu yang terbaik. Pasti. Yakin sekali saya akan hal ini.

Beberapa waktu setelahnya, saya sedikit menemukan fenomena mengapa orang seperti saya tidak berangkat haji di tahun 2022 itu. Tahun dimana yang berhaji hanya 50% dari kuota normal. Yaitu pada saat saya menarik dana haji reguler yang telah kami setorkan untuk kemudian akan kami alihkan kepada anak.

Saat di depan loket kantor Dinas Kemenag Kodya, ada Bapak dan Ibu yang kebetulan mengurus hal yang sama. Maka bertanyalah kepada saya tujuan menarik uang muka ONH Reguler. Dengan tegas, beliau katakan bahwa beliau baru saja kembali dari hajinya. Diceritakan bahwa beliau bersama istri ikut haji Furoda, yang pendaftarannya baru beliau lakukan satu pekan sebelum berangkat.

"Wah, rezeki Pak Haji. Selamat! Sakti sekali Pak." Kata saya menimpali ceritanya yang membahagiakan.

"Harus berangkat Pak. Kalau tidak berangkat saya akan turunkan!" Tegasnya meyakinkan. Saya tersenyum saja. Dalam hati saya terbersit pikiran bahwa jatah saya yang sudah lunas, dan sudah dijadwalkan berangkat tahun itu mungkin tergeser dengan kepentingan seperti itu. Tapi tak apa-apa. Karena saya masih yakin dengan skenario Allah Swt. 

Bahwa Allah Swt akan memberangkatkan haji saya dan istri pada waktu dan kondisi serta situasi terbaik bagi saya. Pasti. Ikhtiar saya sudah saya penuhi dengan pembayaran ONH dua tahun yang lewat, juga manasik serta persiapan tambahan lainnya.

Maka saya sering pula dalam diskusi dengan istri itu mengemukakan ancang-ancang atau siap-siap untuk menyambut bagaimana skenario Allah Swt itu. Menabak, kira-kira apa yang terbaik yang akan suguhkan kepada saya ketika nanti saya benar-benar berangkat haji? Karena musim haji berikutnya masih menungguh 11 bulan lagi.

Nah, pada waktu menunggu itulah saya dan istri benar-benar membangun impian untuk menyambut skenario Ilahi yang masih menjadui misteri.

Jakarta, 8 Maret 2024.

05 March 2024

Rumah Kelahiran Nabi SAW

 Foto bersama pembimbing dan teman jamaah di pagar maka Ma'la pada 17 Juni 2023.
 
 
Teman jamaah yang bersama dalam rombongan perjalanan saya untuk acara ziarah di sekitar Masjidil Haram, mengajak diskusi kecil di sepanjang perjalanan kami di Ajyad. Pagi itu sekitar pukul 08.00an. Udara sudah mulai hangat di bawah terik matahari yang tertutup bayangan gedung hotel yang menjulang di ujung jalan Ajyad, dekap pintu masuk masjid.
 
Memperbincangkan tentang bangunan yang menjulang tinggi di samping Masjidil Haram, yang lokasinya di sekitar bukit Safa, lokasi dimana jamaah memulai hitungan sa'i nya. Juga tentang burung-burung merpati yang banyak dimana saja tempat.Kami berada di jembatan di samping gudung hotel tinggi itu hingga mendekati tempat atau perpustakaan yang dahulunya menjadi tempat kelahiran Nabi SAW, jalan itu turun.

Rumah tempat kelahiran Nabi SAW itu, sekarang diabadikan sebagai Perpustakaan.Mekah Al Mukaramah selalu ramai pengunjung, diantaranya kami serombongan dari Indonesia. Sebelum mendapat kesempatan untuk berdiri dekat pintu masuk gedung, harus menunggu dahulu sampai rombongan sebelumnya selesai menyimak informasi dari pemandu dan memanjatkan doa.

Allahumma shali ala Muhammad wa ala ali Muhammad.

Perjalanan berikut adalah menuju pemakaman Ma'la dengan tetap berjalan kaki. Melalui Masjid Jin yang pada saat itu sedang ramai oleh jamaah dari negara Turki. Saya mencoba untuk menaiki tangga menuju pintu masjid. Namun tidak menemukan informasi yang dapat memberiokan pemahaman lebih kepada saya. Dan akhirnya saya meninggalkan lokasi itu dan segera bergegas mengejar rombongan yang sudah meninggalkan saya menuju ke Ma'la yang berjarak lebih kurang 5 km dari hotel kami menginap di Mekkah.

Hal yang paling menarik bagi saya dalam rangkaian rihlah di seputar Masjidil Haram itu adalah mendengar langsung bagaimana orang menyampaikan penilaian terhadap saya. Sesuatu yang menjadi tantangan bagi kematangan emosi saya. Juga sebutan daru Ustadz Pembimbing rombongan, yang selalu senyebat saya sebagai Pak Guru.

Jakarta,  6 Maret 2024

04 March 2024

Acara Makan

           
Alhamdulillah makan bersama teman satu kamar di Al Ghufran, Mekkah pada 15 Juni 2023.
 

Waktu makan, apakah itu di saat sarapan, makan siang, atau makan malam, menjadi ajang para jamaah kompak berkumpul bersama di ruang makan atau di resto. Tentunya selain acara kajian bersama ustadz yang dilakukan beberapa kali baik pada saat kami berada di Madinah atau di Mekah seperti kala itu. 

Mungkin ini terjadi karena kegiatan makan hanya berlangsung di ruang makan dengan jadwal waktunya. Sehingga kami kompak berkumpul di satu tempat.  Dan jangan salah, kondisi dan situasi seperti ini tidak menjadi monopoli jamaah dalam rombongan saya, tetapi acara makan di resto sebelahpun, akan menemui fenomena yang sama. Kompak juga.

Seperti siang itu, saya bertiga, teman satu kamar keluar bersama, tanpa sahabat kami yang satu, Pak Ponimin. Beliau tetap berada di kamar hotel untuk beristirahat dan memulihkan kebugaran fisiknya setelah perjalanan dari Madinah ke Mekah melalui jalur bis yang memakan waktu lebih kurang 6 jam.

Banyak pilihan makanan yang tersaji di resto. Berbagai jenis makanan tersedia dan selalu mencukupi atau bahkan melimpah. Sekalipun itu makanan yang berupa nasi mandi dengan bongkahan daging dombanya. Juga pasta, buah, dan bahkan salad. Makanan-makanan enak yang selalu menjadi daya tarik bagi saya dan jamaah lainnya.

Bahkan ada banyak jamaah yang saat mengambil makanan tidak perhitungan banyaknya. Maka ketika sudah merasa cukup, piringnya masih tersisa makanan-makanan itu. Tidak peduli apakah jamaah itu berasal dari kota besar di tanah air, atau kota kabupaten, atau bahwa yang berasal dari desa-desa yang jauh dari kota. Ada beberapa karakter seperti itu masih menempel pada calon jamaah haji ONH Plus!

Dan pada soal makanan enak yang selalu tersedia melimpah itu, yang mungkin menjadi penyebab dimana jemari saya tiba-tiba mengalami kekakuan saat bangun tidur di pagi hari. Selain berat badan yang nambah 3 kg sejak saya berangkat dari Jakarta. 

Jadi memang keinginan untuk menghitung apa saja yang saya makan, sering khilaf sampai saya merasakan tidak mampu lagi mengunyah dan merasa harus selesai. Padahal saya selalu mengambil porsi kecil pada setiap jenis makanan yang tersaji.

Akan halnya ketika jemari saya menjadi kaku dan susah digerakkan saat bangun tidur di pagi hari. Dokter rombongan memberikan obat untuk diminum menjelang saya tidur. Dan itu ternyata obat untuk asam urat.

Ini tidak lain karena gemarnya saya dengan kacang merah yang selalu tersedia di meja prasmanan. Maka selalu saja saya melumuri roti cane di dalam piring makan dengan kacang merah yang yahud. Maka jemari kaku saat bangun menjadi pengalaman saya yang unik. Kok bisa?

Ya ini karena sulitnya saya megurangi konsumsi kacang itu. Berbeda dengan teman saya yang dari Selawesi Tengah, dimana setiap makan tidak pernah satu kalipun menyendok nasi. Piring makannya selalu berisi buah, buah, dan buah. Beliau hanya makan buah meski badannya tidak kecil juga. Kalaupun bukan buah, pasti salad.  

Ini salah satu paforit saya. Bahkan ketika satu porsi saya sudah selesai, ternyata istri membawakan kembali 1 porsi untuk saya. Saya menolak? Tentu tidak. Saya tetap habiskan di samping teman-teman saya yang bercerita tentang apa saja...

 

03 March 2024

Masjid Haram atau Masjid Hotel














Beginilah penampakan Jembatan Ajyad pada pintu masuk Masjidil Haram pada sekitar pelaksanaan Shalat Ashar tanggal 16 Juni 2023. Dengan suhu udara di sekitar 42 derajat Celcius. Udara hangat di bulan Juni kota Mekkah.

Dalam kondisi demikian, dan waktu pelaksanaan haji masih sekitar 10 hari lagi, yang bertepatan pada tanggal 8 Dzulhijjah 1444, bertepatan dengan tanggal 27 Juni 2023, maka kami yang posisinya tinggal di hotel Al Ghufran, harus tetap dan selalu menjaga kesehatan.

Pemerintah selalu memberikan himbauan kepada seluruh calon jamaah haji Indonesia agar tetap menjaga diri dari bahaya head stroke. Demikian pula para pembimbing haji dalam rombongan kami. Beliau-beliau mengingatkan kami untuk tidak memforsir dalam menjalankan ibadah berupa shat wajib di Masjidil Haram. Terutama diwaktu terik matahari.

Misalnya dengan kalimat; "Bapak Ibu calon haji, kita semua datang kesini untuk menunaikan panggilan Allah Swt berupa Haji. Waktu haji masih ada 10 hari lagi, untuk itu kita harus berikhtiar sehat sampai rukun haji kita tuntaskan dalam kondisi sehat wal afiat."

Dengan himbauan inilah, maka kami termasuk saya, bila waktu shalat di terik matahari, biasanya shalat Dhuhur dan Ashar, kami melaksanakan berjamaah di masjid yang ada di hotel. Sebagaimana gambar di atas yang saya ambil di sekitar waktu shalat Ashar.

Walau selama 10 haru keberadaan kami di Mekkah, ada beberapa waktu shalat itu yang kami lakukan di Masjidil Haram. Namun tidak selalu. Berbeda dengan waktu shalat Subuh, Maghrib, dan Isyak, dimana hangatnya kota Mekkah tidak begitu terasa menyengat.

Dalam posisi ini, saya dan istri termasuk yang menyadari batas-batas dan kondisi badan kami. Maka himbauan ini menjadi hal yang kami pertimbangkan untuk ditaati. Namun demikian tidak semua kami menerima pandangan dan himbauan ini.

Ada beberapa jamaah yang bertanya kepada pembimbing rombongan kami tentang berat timbangan pahala ketika shalat di Masjid Haram dan shalat di masjid hotel. Dialog kadang tidak memberikan kepastian kerena pahala sesuatu yang ghaib. 

Namun ada peristiwa yang membuat teman-teman kami sedikit lega. Yaitu ketika dalam jamaah yang ada di masjid hotel dalam pelaksanaan shalat wajib, ada tokoh agama terkemuka. Dan beberaoa teman akhirnya merasa lebih tenteram.

Jakarta, 3 Maret 2024

02 March 2024

Mendapat Shaf Shalat di Haram

Tampilan salah satu sudut ruang shalat yang ada di lantai 3, Masjidil Haram. Situasi pada waktu Dhuha, tanggal 19 Juni 2023.






Pada pertengahan waktu dalam durasi kedua proses haji saya di Mekkah, tepatnya pada tanggal 19 Juni 2023. Dimana durasi pertama adalah 10 hari kami berada di Madinah yang telah kami lalui, dan sekarang di 10 hari di Mekkah sebagai durasi yang kedua, serta  nanti 10 hari dalam durasi kami di Aziziyah. 

Beberapa kali, dan tidak setiap kali waktu shalat wajib, saya dan istri janjian untuk menunaikan shalat wajib di Masjidil Haram dengan mendapatkan shaf shalat yang berbeda-beda lokasinya. Termasuk pada waktu Dhuha di hari Senin itu. Sebagai hari ke- 16, saya dan istri mendapatkan bagian shaf yang berkarpet dan berpendingin udara di lantai 3 masjid. Lokasi yang nyaman meski bangunan Ka'bah tidak tampak dari pandangan.

Lokasi ini setelah saya menaiki eskalator yang saya tempuh dari pintu hotel yang bertepatan di samping WC 3, di atas pintu masuk terminal Kuday. Dan setelah saya memastikan istri menempati shaf khusus jamaah wanita, dan mencoba mengingatnya bagian mana ia berada, maka saya memilih shaf yang paling nyaman pada waktu itu.

Masih ada beberapa waktu lamanya untuk menunggu hingga kumandang waktu Dhuhur tiba. Saya mengisi waktu-waktu itu dengan berbagai aktivitas dengan tetap berada di dalam posisi saya.

Alhamdulillah, tidak ada rasa dan gangguan dan hambatan apapun sepanjang waktu menunggu itu. Karena beberapa gangguan itu sudah saya persiapkan dengan sebaik mungkin agar saya dan istri tetap berada pada posisi di dalam masjid. Alhamdulillah.

Kondisi seperti ini tidak selalu saya dapati. Mengingat jamaah haji dari seantero dunia telah mulai memasuki kota Mekkah dalam permulaan prosesi hajinya. Dengan menyiasati terpaan udara hangat Mekkah di bulan Juni, maka berangkat ke masjid lebih awal untuk mendapatkan tempat yang kondusif di waktu shalat Dhuhur, menjadi keharusan.

Lain jika pada posisi waktu Shalat Maghrib atau Isyak, biasanya saya dan istri akan memilih menuju masjid 30 menitan sebelum waktu azan berkumandang. Dan ini pun saya memilih jalan masuk masjid melalui Jalan Ajyad, yang posisinya ada di pintu depan hotal kami. 

Pada lokasi di atas jembatan, jalan dibagi menjadi dua lajur. Yaitu untuk lajur keluar dan lajur masuk masjid. Jika beruntung, maka askar tetap memberi kesempatan kepada kami untuk masuk masjid melalui pintu masuk lantai 2. Namun jika kondisi jamaah di dalam telah penuh, maka askar akan menutup akses jalan di lantai 2 masjid dan membelokkan kami menuju eskalator di sebelah kanan kami menuju masjid lantai 3, 4, atau roof top di lantai 5.

Sesungguhnya, dimanapun lokasi shaf yang kami dapatkan, saya dan istri selalui menikmati jatah itu. Nikmat sekali. Alhamdulillah.

Jakarta, 2 Maret 2024.

29 February 2024

Di Madinah atau Di Mekkah

Mendorong Pak H Ponimin di Hotel Al Gufran, Mekkah, bersama H Ogi, H Sundarto, Habib Novel Alaydrus, dan H Yusuf 18 Juni 2023.


 

Pada hari ke-11 keberadaan kami di kota Madinah Al Munawarah, bertepatan pada hari Rabu tanggal 14 Juni 2023, kami telah bersiap di depan Hotel MovenPick Madinah, dengan semua barang dan koper beserta kami di dalam bis.Hari itu, kami bersiap menempuh perjalanan ke kota Mekkah untuk durasi kedua selama 10 hari keberadaan kami di kota Mekkah.

Sebagaimana sudah saya sampaikan sebelumnya, saya membagi prosesi haji tahun 2023 saya ke dalam 3 tahapan durasi 10 harian. Yaitu Durasi 10 hari pertama, 10 hari durasi kedua, dan 10 hari ketiga atau terakhir di aparteman Aziziyah. Di Madinah, kami tinggal di Hotel MovenPick. Di Mekkah, kami akan tinggal di Hotel Al Ghufran, dan di Aziziyah, kami akan tinggal berdekatan dengan Jamaah Haji Indonesia, di sektor 3-5, di Syisah.

Perjalanan dari Madinah, dengan transit di Masjid Bir Ali guna melakukan niat ihrom, sampai di lokasi pengecekan haji sekitar selepas Ashar. Pembimbing selalu memberikan informasi kepada kami untuk selalu bersabar ketika menunggu waktu pengecekan. Petugas haji Arab Saudi masuk ke dalam bus untuk melakukan pengecekan sekaligus memberikan kenangan kepada kami semua berupa sajadah tebal.

Sampai di hotel di Mekkah, sekitar pukul 17.00. Kami langsung berkumpul untuk prosesi Umroh, yang menjadi bagian dan rangkaian ibadah haji. Saat itu, Masjidil Haram sudah padat merayap. Dengan pertolongan Allah Swt, apa yang menjadi aktivitas kami berjalan dengan baik dan lancar. Kami menuntaskan thawab dan sa'i serta tahalul sekitar pukul 23.00. Sudah tengah malam.

Dan sebagai hari pertama keberadaan kami di kota Mekkah, membawa aura rasa pada jiwa kami, saya khususnya, berbeda. Juga detak dahsyatnya kebahagiaan yang tidak sama, antara saat berada di Madinah atau di Mekkah. Rasa yang selalu akan terkenang di koordinat tertinggi dalam hidup seseorang yang pernah menginap di kota-kota ini. Rasa dengan penuh ketenteraman.

Alhamdulillah. Allahumma shali ala Muhammad wa ala ali Muhammad.

Jakarta, 29 Februari 2024.

28 February 2024

Membrane Masjid Nabawi

Mebrane Masjid Nabawi menjelang waktu shalat Maghrib pada tanggal 9 Juni 2023.


 

 

 

 

 

 

Saya sebenarnya ingin sekali untuk bisa memergoki membrane masjid yang menaungi seluruh  pelataran masjid itu membuka dan menutup. Namun beberapa kali berusaha untuk datang ke masjid atau memperlambat pulang dari masjid, belum juga dapat dan bisa memergoki. Nasmpaknya sesuatu yang sederhana tetapi sulit juga menemukan momentum itu. Saya kurang sabar.

Pernah satu kalu kali saya melihat ketika datang ke masjid di wkatu Dhuha. Tetapi juga belum beruntung. Kasrena kalai itu membrane sudah membuka diri dan nyaris sepenuhnya terbuka. Pengalaman yang sama ketika selesai shalat Dhuhur di dalam masjid dan mendapati kubah yang posisinya ada di tengah-tengah masjid terbuka.  Juga memergokinya setelah kubah itu terbuka setengah.

Namun begitu, pada posisi membrane itu terbuka atau tertutup sebagaimana yang saya ambil gambarnya disini, pelataran Nabawi tetap meninggalkan kesan teduh dan anggun. Selalu menyejukkan meski di tengah angin hangat di bulan Juni. MasyaAllah. 

Bukan tanpa alasan saya mengemukakan seperti ini, karena beberapa kali saya janjian bertemu istri, dan menunggunya di bawah payung membrane pada saat udara hangat di bawa angin berhembus. Meski tidak memakan waktu yang lama, namun cukup bagi saya untuk dapat menikmati anggun dan teduhnya payung itu. Menikmati, karena cahaya terik matahari tertahan dibagian atas membrane sehingga saya terlindungi.

Berbeda jika saya melintasi payung pada saat berjalan cepat menuju ke masjid atau saat keluar masjid menuju hotel. Saya berdiam diri dan duduk di bawahnya, menjadikan aura payung itu terserap dalam jiwa. Alhamdulillah.

Pernah sekali saya mengambil shaf shalat Maghrib di depan pintu 18 masjid. Bersama jamaah yang banyak, kenikmatan itu kurang cukup tergambar dan membekas dalam diri saya.

Jakarta, 28 Februari 2024

27 February 2024

Janjian Bertemu

Bersama istri di pelataran Masjid Nabawi di waktu Dhuha pada tanggal 13 Juni 2023.














Disela-sela saya mengerjakan tugas-tugas kantor, berupa up load video atau membuat artikel untuk web sekolah bila saya mendapatkan kiriman gambar dan berita aktivitas sekolah di kamar hotel karena sekaligus memanfaatkan wifi hotel, saya akan chat istri untuk melakukan aktivitas bersamja. Meski itu hanya berupa berangkat ke masjid di waktu shalat.

Sebagaimana pada saat itu, kami meninggalkan kamar hotel sekitar pukul setengah delapan pagi. Udara Madinah masih tetap hangat. Dan akan menjadi lebih terasa hangat manakala kami berdiri di jalan yang dua sisinya merupakan gedung-gedung hotel. Maka anguin berhembus akan lebih kencang. Maka hangatnya Madinah akan menjadi lebih terasa. Alhamdulillah.

Udara panas di bulan Juni pada musim haji tahun 2023, menjadi topik bahasan bagi pihak terkait untuk mengingatkan kepada semua jamaah agar tidak terlalu banyak dan lama saat melakukan kegiatan di luar ruangan. Ini sebagai salah satu upaya bahaya heat stroke bagi jamaah.

Saya pun demikian, selalu berhitung dengan kondisi hangatnya udara. Termasuk juga wanti-wanti pembimbing haji kepada kami semua, bahwa tanggal 13 Juni menjadi hari yang memerlukan persiapan fisik agar terjaga selalu sehat hingga pelaksanaan haji yang jatuh pada tanggal 27 Juni 2023. Karena pelaksanaan haji adalah tujuan utama semua jamaah. Untuk itu, menjaga diri dari kelelahan menjadi ikhtiar baik bagi semua jamaah. 

Janjian dengan istri selain hanya dapat kami lakukan ketika masing-masimng kami tidak terikat dengan teman satu kamar kami masing-masing. Karena saya memiliki 1 teman kamar yang membutuhkan teman untuk berjalan ke masjid atau kembali ke kamar seusai shalat jamaah. Demikian pula dengan istri. Karena kami berempat di dalam kamar.

Selain untuk berangkat ke masjid, kadang sering juga kami janjian untuk berkeliling di lantai basement hotel di sekitar masjid Madinah, untuk sekedar pengenalan lingkungan, dan juga sedikit berbelanja oleh-oleh. Karena di setiap hotel yang ada di sekitar Masjid Nabawi, bagian bawah hotelnya berisi toko-toko cindera mata. 

Seperti pada janjian di hari itu, kami bertemu setalah keluar masjid pintu 17, di bawah payung membrane. Lalu melanjutkan perjalanan menuju deretan toko guna melihat-lihat. Beberapa kali menengok penjaga toko yang mahir berbahasa Indonesia atau bahkan yang bisa berbahasa Sunda atau Jawa. Menarik sekali bukan?

Jakarta, 27 Februari 2024

25 February 2024

Kubah Hijau Masjid Nabawi

Pose dengan latar belakang menara Masjid Rasulullah Saw,
dimana Raudah berada. Pada hari Rabu, 7 Juni 2023.

 























Perjalanan ziarah di sekitar Masjid Nabawi pada hari ke 4 kebedaraan kami sebagai jamaah haji di kota Madinah, yang bertepatan pada hari Rabu, tanggal 7 Juni 2023 atau tanggal 18 Dzulqo'idah 1444 H, adalah mengelilingi Masjid Nabawi. Seluruh jamaah turut serta tanpa kecuali. Perjalanan diawali dari bagian luar di ujung timur masjid, atau pintu masjid no 25, lanjut ke depan pintu Baqi'.

Pada kesempatan ini, kami semua tidak masuk ke dalam masjid untuk berkunjung ke makam Rasulullah SAW, karena memang jadwal kami belum keluar. Memang ada beberapa dari kami yang telah memiliki jadwal masuk Raudah atas ikhtiarnya sendiri melalui aplikasi nusuk. Tapi saya dan istri, memilih untuk menunggu jadwal yang sedang diusahakan oleh travel haji dan para muthowif.

Dan dari diskusi yang berlangsung, maka travel sedang mengusahakan untuk memilih jadwal kunjungan ke Raudah di jam 02.00 atau jam 03.00. Sementara untuk teman-teman yang telah memiliki jadwal kunjungan ke Raudah secara mandiri, maka mereka akan memiliki kesempatan untuk berkunjung ke Raudah dua kali.

Jadi itulah kegiatan ziarah yang kami jalani pada hari keempat kami berada di Madinah. Setelah rombongan berada di bagian luar Masjid dengan kubah hijau, kami menyampaikan salam kepada Rasulullah SAW; Allahumma shali ala Muhammad wa ala ali Muhammad.

Usai memanjatkan doa-doa, maka perjalanan ziarah berukutnya adalah komplek berwudu dengan Zam-Zam yang bangunannya berukuran lebih kurang 8 meter X 5 meter. Dimana bagian perempuan dan laki-laki dipisahkan. Disini beberapa teman ada yang berwudhu dengan Zam-zam yang kluar deras dari kran setelah puas meminumnya. Sementara saya selain minum dan berwudhu, juga mengusapkan Zam-zam ke seluruh bagian kepala hingga leher serasa menyampaikan permohonan Allah Swt untuk kesehatan jasmani dan jiwa saya. InsyaAllah. Aamiin Allahumma Aamiin.

Perjalanan ziarah kami berakhir setalah kami mengunjungi Masjid Al Ghumamah, dan melintasi rumah pertemuan masyarakat di Madinah pada zaman Rasulullah SAW. 

Jakarta, 25 Februari 2024.

Ke Masjid Quba

 

Mejeng di parkiran bus di Masjid Quba, pada hari Sabtu, tanggal 10 Juni 2023, bertepatan tanggal 21 Dzulqoidah 1444 H













Kegiatan pada hari ketujuh selama kami berada di kota Madinah antara lain adalah melakukan ziarah di sekitar kota Madinah. Ini berlangsung pada hari Sabtu tanggal 10 Juni 2023.

Kami meninggalkan hotel MovenPick, yang lokasinya berdekatan dengan pintu masjid 16. Jika melihat petunjuk arah, keberadaan hotel kami ada di ujunga barat bagian belakang masjid. Posisi ini menguntungkan jamaah perempuan mengingat pintu masjid 16 merupakan akses untuk jamaah perempuan. Namun jika datang ke masjidnya tidak awal, jamaah perempuan tetap tidak dapat mengakses untuk masuk masjid.

Dan mereka yang tidak dapat masuk masjid, bagiannya ada di plasa masjid, di bawah payung-payung membrane dengan penyemprot air. Meski teduh, namun harus bersiap dengan hembusan udara hangat di bulan Juni kota Madinah yang berkisar antara 40 derajat Celcius.

Tujuan ziarah yang pertama adalah Masjid Quba. Kami tiba di waktu Dhuha. Namun terangnya Matahari dan hangatnya udara, membuat kami semua tidak dapat berlama-lama mengambil foto di pelataran masjid yang berwarna putih dengan bentuk bangunan yang cenderung oval pada ornamen jendela dan menara-menaranya.

Untuk jamaah laki-laki mengambil bagian kiri masjid setelah masuk melalui pintu gerbang bagian kiri masjid. Sementara jamaah perempuan akan menggunakan bagian belakang masjid yang berada di bagian kanan setelah pintu masuk.

Saya mencoba untuk mengambil bagian shaf depan masjid setelah membungkus sandal ddengan plastik dan memasukkannya dalam tas tenteng. Jamaah lain dari berbgai negara melakukan hal yang sama. Mereka mayoritas melakukan shalat dan juga melantunkan doa dengan khusyuk. Saya melihat sekeliling, termasuk kepada jamaah yang sedang menjalankan shalat dan berdoa. Berusaha untuk menyerap atmosfir positif yang ada di dalam masjid dengan berbagai aktivitas jamaahnya.

Ada beberapa menit kami dibiarkan bebas berkegiatan di masjid oleh pebimbing. Sampai semua jamaah dalam rombongan kami merasa cukup dan tanpa komando beberapa jamaah meninggalkan masjid untuk kembali ke pelataran dimana bus rombongan kami menunggu.

Jakarta, 25 Februari 2024

24 February 2024

Teman Haji

Foto bersama di depan Masjid Al Ghumamah, Madinah pada hari Rabu, 7 Juni 2023 bertepatan dengan 18 Dzulqoidah 1444 H













Periode 10 hari di Madinah sebagai sepertiga durasi pertama saya dalam perjalanan haji di tahun 2023 adalah perkenalan dan pendalaman terhadap masing-masing jamaah. Kami saling bercengkerama untuk saling lebih menganal. Dan di waktu-waktu inilah kami menemukan teman yang langsung enak untuk bertukar cerita. 

Saya membagi waktu menjadi tiga (3) bagian dalam 30 hari perjalanan haji kami. Sepertiga pertama adalah 10 hari di Madinah, sepertiga kedua kami berada di Mekkah, dan sepertiga terakhir sebagai durasi terakhir, kami berada di Aziziyah.

Dalam sepertiga durasi ketiga ini saya mengenal pertama kali dengan Haji Afrizal yang berasal dari Wonosobo, Jawa Tengah. Perkenalan di awali di saat kami masih berkumpul di terminal 3, Soekarno-Hatta. Saat dimana saya ingin tahu apa yang menjadi isi buku panduan haji yang Pak H Afrizal sedang baca. Hal ini karena kami yang rombongan dari Jakarta belum mendapatkan pembagian buku tersebut.

Dari awal inilah kemudian saya berkenalan dengan Pak Haji Afrizal dan istri yang sehari-harinya di Wonosobo berprofesi sebagai juragan ayam potong dengan omset berkuintal-kuintal setiap harinya. Sesuatu yang tidak dapat saya membayangkannya bagaimana sibuknya beliau sehari-hari dengan pekerjaannya. Seorang yang humoris, bahkan beliau menyebut diri sebagai Haji Ayam Potong. Alhamdulillah.

Perkenalan berikut adalah sesaat kami bersama-sama atau bahkan berduyun-duyun menuju toilet begitu keluar dari pesawat di Bandara Jeddah. Dimana hanya tersedia 2 kamar toilet dan 1 urinoir. Anehnya, ketika kami sedang  khitmad antri itu, datang seorang kakek yang benar-benar telah sepuh namun dengan aktivitas fisik yang amat prima, merangsek keluar antrian yang tiba-tiba langsung menuju orinoir yang sedang di gunakan teman. Dalam hati saya berguman; "Wah-wah, meski dalam kafilah jamaah haji plus, tetap ada perilaku tidak santun."

Belakangan waktu, saya baru mengetahui bahwa teman saya yang sedang di urinoir dan yang di desak untuk menyingkir dari tempatnya hajat yang belum tuntas itu, seorang yang sabar dan santuy, yang adalah teman satu kamar saya. Sementara kakek yang menyodok antrian itu adalah Atuk, yang merupakan juragan kopra di daerak Komring, Sumatera Selatan, yang memang tidak mampu menahan hajat kecilnya.

Juga berkenalan dengan teman dalam satu rombongan haji adalah pada saat kami berada dalam perjalanan Jeddah menuju Madinah. Dimana pada saat itu saya memilih tempat duduk baris kiri paling depan di deck atas bus tingkat. Pada saat itu saya sudah mengenakan gelang haji yang saya pasang di pergelangan tangan kanan saya.

Saat di perjalanan di gerbang keluar kota Jeddah, pada saat saya sedang membetulkan posisi gelang yang belum sempurna erat melingkar, teman yang duduk di bangku sebelah kanan, membuka percakapan dan sekaligus menawarkan bantuan untuk 'mengunci' gelang haji saya. Saya memang kesulitan menguncinya mengingat kerasnya gelang yang terbuat dari logam tersebut.

Dari sinilah akhirnya saya mengenalkan diri dan sekaligus terbuka percakapan-percakapan yang mengalir dan enak. Kami saling berbagi kisah. Beliau berhaji bersama istrinya. Sementara kedua orangtuanya berhaji juga namun bersama travel yang lain. Beliau orang muda yang telah berhasil membangun usahanya dengan modal awal pinjaman dari ayahnya berupa 2 ekor sapi di Surabaya. Kisahnya menjadi inspirasi buat saya. Keren.

Sementara teman-teman awal saya yang lain adalah tiga orang berikutnya yang kebetulan merupakan teman satu kamar. Yang selalu dalam satu kamar selama kami berada di prosesi haji 2023 sepanjang 30 hari. teman yang sekarang ini saya merasakan sebagai sahabat sekaligus saudara.

Mereka adalah para pekerja keras. Yang dari Surabaya merupakan pengusaha mandiri yang mempunyai prinsip anti berhutang, yang juga merupakan orang yang disodok saat sedang melaksanakan hajat kecilnya di toilet Bandara Jeddah. Satunya juga sebagai pengusaha yang usianya belum ada 30 tahun asal Kota Bekasi, dan yang paling senior di kamar kami adalah sesepuh kami yang telah berusia 75 tahun, yang sudah malang melintang membuka usaha toko, yang sekarang toko-tokonya diteruskan oleh anak-anaknya.

Sementara sahabat lainnya yang saya temui adalah orang-orang baik yang memiliki cerita kehidupan yang menarik untuk saya simak dan jadikan inspirasi, petunjuk perjalanan hidup. Diantaranya adalah yang bernama Pak Haji Jon, yang sebenarnya dipanggil dengan ejaan baru menjadi Yon, yang asli Sumatera Barat, yang tinggal sendirian di daerah Cinere, Depok, Jawa Barat. Seorang gagah alumni akuntan. 

Tentu bukan itu saja yang sudah mampu saya kenal ketika keberadaan kami selama 10 hari periode atau siklus sepuluh hari di kota Madinah. Masih ada beberapa. Ini karena dalam rombongan kami terdapat 150 jamaah. Jadi tidak ada yang tidak saya syukuri atas nikmat yang telah Allah Swt anugerahkan kepada kami. Alhamdulillah.

Jakarta, 24 Februari 2024

23 February 2024

10 Hari di Madinah

 

Jeda diantara waktu shalat di Madinah pada hari Minggu tanggal 11 Juni 2023. Mejeng diantara hotel dan toko-toko cindera mata, tetap semangat meski terhembus angin yang hangat.













Dalam prosesi haji saya, yang berangkat pada hari Minggu, 4 Juni 2023 dari bandara Soeta, Jakarta sebagai kloter pertama dari Haji Plus, Madinah menjadi tujuan pertama. Kami akan berada di Madinah selama 10 hari. Ini menjadi program arbain. Dimana pembimbing selalu memberikan semangat untuk tetap menjaga diri sehat dan menunaikan shalat di Masjid Rasulullah SAW dengan target melaksanakan shalat wajib sebanyak 40 waktu shalat di Masjid Nabawi.

Pada hari ke sebelas (11) keberadaan kami di kota Madinah, tepatnya pada hari Rabu, 14 Juni 2023, yang bertepatan dengan tanggal 25 Dzulqaidah 1444 H, kami akan bertolak ke Mekkah selepas waktu Dhuha.

Alhamdulillah, bahwa selama sepuluh hari lebih berada di Madinah, berbagai berbagai aktivitas, termasuk yang paling utama bagi kegemaran saya, yaitu mengekplorasi lingkungannya, telah saya coba untuk dijalani. 

Merasai karpet empuk yang berada di shaf-shaf masjid yang empuk, lembut, dan suasana masjid yang sejuk baik di waktu pagi, siang, dan malam. Juga mencoba menyimal Ustadz tanah air yang selalu mengisi kajian di sela-sela waktu shalat di dekat pintu keluar gerbang 19. 

Atau juga menuju roof top masjid ketika ingin masuk melalui gerbang 17 namiun telah tertutup karena penuhnya kapasitas jamaah sehingga saya dan teman harus berbelok menuju tangga yang menghantarkan kami di roof top itu. Juga melambat-lambat sehingga kami memilih di karpet kering dengan hembusan angin semilir yang hangat di depan pintu gerbang 19 di saat jamaah lokal yang mempersiapkan berbuka puasa sunah di hari Kamis itu.

Atau juga menemani teman yang tiba-tiba harus duduk untuk menghela napas setelah berjemur dalam antrian untuk menuju Raudah yang akhirnya belum bisa masuk mengunjunginya. Dan dalam kepayahan teman itu, saya menyaksikan betapa beratnya oksigen dihirup. Teman yang akhirnya harus duduk di kursi roda menuju kamar hotel.

Demikian pula ketika kami mengitari Masjid Nabawi untuk memandang sepuasnya kubah hijau, dimana menjadi kubah yang berbeda sendiri di Masjid Nabawi itu. Melantunkan secara berguman Shalawat untuk Nabi Allah; Allahumma shali ala Muhammad wa ala ali Muhammad. Sepuasnya dan mencoba untuk mengenang betapa bersyukurnya saya menjadi umat beliau. Alahmadulillah.

Juga  mengunjungi Masjid Al-Ghamamah yang lokasinya masih berdekatan dengan situs bersejarah lainnya. 

Jangan ditanya dimana lokasi berbelanja cindera mata yang cocok dan pas di sini. Pendek kata, saya menikmati sekali apa yang saya jalani selama 10 hari kebaraan saya di kota Rasulullah SAW.

Allahumma shali ala Muhammad, wa ala ali Muhammad.

Jakarta, 23 Februari 2024


Pak Guru Naik Haji

 
Foto bersama istri pada saat tiba di hotelk MovenPick Madinah pada hari Senin, 5 Juni 2023.
 
Bilamana teringat bahwa saya bisa Allah Swt permudah dalam perjalanan haji tahun 2023 bersama istri, maka yang kali pertama terungkap dalam pikiran saya saya adalah rasa syukur alhamdulillah. Selain juga ada rasa mengawang, seperti belum juga percaya, bahwa Allah Swt begitu baik dengan memperjalankan kami berhaji dengan tanpa harus ikut antri begitu lama.  
 
Pikiran tidak percaya akan kenyataan atas rezeki yang Allah ta'ala berikan kepada saya, pertama; karena saya hanyalah sebagai guru, yang bila dilihat dari sisi penghasilan, maka harus mengupayakan diri untuk diberikan kemampuan dalam melakukan setoran biaya haji. Terlebih juga bahwa saya merupakan guru dari sekolah swasta di Jakarta.  
 
Kedua, saya naik haji bersama travel haji plus. Maka, nikmat yang tiada taranya buat saya dan keluarga. Alhamdulillah. Ketiga, karena kondisi haji seperti itu, maka beberapa fasilitas menjadikan saya benyak diberikan kemudahan dalam pelaksanaannya. Baik kondisi hotel di Mekah, Madinah, dan hotel transit di Aziziyah, makanan, serta lokasi maktab.
 
Lalu, bagaimana Allah Swt memampukan saya untuk melakukan setoran haji yang jumlahnya, bila dikalkulasi bersama istri, setara dengan 2 mobil Innova 2.0 G CVT tahun 2018 baru? Allahua'lam bi shawab. Yang pasti saya tahu dalam kondisi saya sendiri adalah, bahwa saya memiliki kayakinan untuk berangkat haji. Harus berangkat haji, sebelum Allah ta'ala mematikan saya dan istri. Inilah yang menjadi fondasi dari niatan haji saya. Dan saya gaungkan doa semoga Allah ta'ala ijabahi niat kami.
 
Niatan untuk segera berangkat haji ini yang lahir dan menjadi tekad yangbulat dan kuat, pada saat abang guru ngaji saya bertanya kepada saya; "Pak Agus apakah sudah haji?" dan ketika saya menjawab belum, maka beliau bertanya kembali kepada saya sebelum acara taklim pekanan di mulai di salah satu ruang kelas di SD Islam Al Ikhlas, Cipete, Jakarta Selatan, di sekitar pertengahan tahun 2017; "Apakah sudah umroh?"
 
Abang guru ngaji itu tidak lagi melanjutkan percakapan tentang haji kepada saya. Beliau hanya terdiam setalah jawaban saya, mungkin yang tidak membuatnya berhenti bertanya. Namun kondisi pada percakapan itulah yang terus bergema di kepala saya. Meski percakapan itu saya sampaikan juga kepada istri dengan maksud untuk menguapkan ingatan. Namun tetap menjadi misteri yang membebani.
 
Sekali lagi, dari sinilah saya benar-benar mengibarkan niat berhaji. Harus berangkat haji. 

Bersama istri jugalah kami membuat peta kemungkinan untuk mampu membayar setoran haji. Beberpa barang mulai kami inventarisir. Dan gerakan berikutnya adalah menghitung tabungan yang besarannya memungkinkan untuk ditambah-tambahkan.

Allah Swt mempermudah, membukakan jalan, dan kami merasa Allah Swt telah mendorong dan meniupkan anginNya kepada kami untuk menuju ke pintu pendaftaran haji. Benar-benar sebagaimana yang Allah Swt sampaikan dalam hadits qudsi, yang lebih kurang saya maknai sebagai; Aku adalah bagaimana hambaKu berperasangka kepada Ku.

Senin, 16 Maret 2020, menjadi awal bagi sekolah untuk tidak melakukan kegiatan di sekolah. Siswa dan guru berinteraksi secara virtual. Hal ini karena datangnya wabah dunia, Covid-19. Yang selain berdampak kepada pola interaksi sesama, juga kepada ambruknya dunia usaha. 
 
Pada masa awal Covid-19 inilah, salah satu pemilik travel haji datang kepada saya. Sebuah pertemuan yang semula tidak direncanakan sama sekali. "Bila Pak Agus daftar tahun ini, maka tahun ini juga Bapak bisa berangkat haji. Tidak perlu menunggu atau antri." Ini menjadi momentum buat saya.
 
Ada harapan bagi saya untuk bisa berangkat di tahun-tahun itu. Dan tidak perlu lagi menunggu antrian haji saya yang dalam sistem saat saya cek, harus menunggu di tahun 2034 untuk berangkat.  Maka pada Juni 2020, setelah paspor saya selesai, daya dan istri membayar uang muka untuk haji furoda. Alahmdulillah. Sekali lagi bahwa, Allah Swt begitu membuat jalan kami untuk menunaikan niat berhaji, kesampaian.

Bersama 150 jamaah dalam kafilah atau travel haji yang sama, kami berangkat setelah pemerintah Saudi Arabia membuka pelaksanaan haji secara normal pada musim haji di bulan Juni 2023 atau 1444 Hijriah. Saya menjadi bagian dari haji tahun itu, dimana saya adalah guru!

Jakarta, 23 Februari 2024
 

22 February 2024

Doa Arafah

Mengaminkan Doa yang disampaikan oleh Habib Novel Alaydrus pada hari Arafah pada hari Selasa, 27 Juni 2023 atau bertepatan dengan tanggal 9 Dzulhijjah 1444 H
 

Selepas waktu Ashar pada hari Selasa, 27 Juni 2023 atau bertepatan dengan tanggal 9 Dzulhijjah 1444 H, seluruh jamaah Haji dari Diyo Siba berkumpul di halaman tenda menghadap ke arah Mekkah Al Mukaramah untuk memanjatklan doa bersama yang dibimbing oleh Habib Novel yang menjadi bagian dari kafilah haji kami. 

Doa disampaikan dalam untaian kalimat yang menyentuh dan mengena pada jiwa kami yang sedang menyorongkan harapan penuh keyakinan akan berbagai hal. Baik terhadap apa yang telah berlangsung di masa lalu dan juga keinginan untuk masa depan yang lebih baik. Doa untuk kami sendiri, kerabat dekat dan kerabat jauh. Juga untuk semua kolega termasuk kepada jajaran yang memimpin kami dalam kami bekerja.

Doa bersama ini menjadi pelangkap dari seluruh lantunan doa yang secara pribadi telah dan terus dilantunkan para jamaah, juga bersama dengan pasangan jamaahnya masing-masing atau juga dalam rombongan kecil lagi. Sebagaimana dalam rombongan kami ada yang berasal dari satu daerah. Seperti dari Wonosobo yang lebih kurang ada 30 jamaah. Dari wilayah Sumatera lebih kurang ada 15 jamaah. Dari Lumajang lebih kurang ada 30 jamaah. Dari Kalimantan dan Sulawesi yang masing-masing terdapat lebih kurang 10 jamaah. 

Saya bersama istri telah mem[ersiapkan doa-doa yang akan kami sampaikan dimanapun di lokasi yang kami kunjungi selama prosesi haji itu.  Dalam buku kecil warna coklat, saya menuliskan poin-poin doa itu dan juga kepada siapa saja yang menjadi tujuan permohonan saya.

La haula wala quwwata illa billah. Allahumma shali ala Muhammad wa ala ali Muhammad.

Jakarta, 22 Februari 2024.

 

21 February 2024

Pak Ponimin Sehat

Foto bersama Pak Ponimin. Teman 1 kamar asal dari Sijunjung, Sumatera Barat. Foto seusai shalat di Masjid Nabawi pada hari Jumat, 9 Juni 2023..

 

Ketika semua rombongan tiba di Madinah, pada pagi hari sekitar pukul 08.00 di hari Senin, 5 Juni 2023, kami disambut oleh perwakilan pejabat Kemendag yang bertugas di Saudi Arabia. Hal ini mengingat rombongan kami adalah rombongan Haji Plus untuk kloter pertama. 

Penyambutan dilakukan begitu kami turun dari bus di depan pintu Hotel MovenPick, Madinah.  Serupa halnya ketika kami berangkat dari Jakarta, beberapa pejabat dari Kemenag RI juga memberikan sambutan dan ucapan selamat jalan saat sebelum kami melakukan boarding.  

Dan hingga masuk hotel di Madinah itu, saya belum mengenal siapa saja yang akan menjadi teman sekamar. sudah ada pembagian kamar ketika kami berada di Soeta, namun karena ada lebih kurang 150 jamaah dalam rombongan kami, maka teman-teman satu kamar itu belum saya temukan.

Sudah saya coba untuk bertanya kepada jamah yang saya jumpa saat di bandara keberangkatan maupun saat antri di toilet ketika pesawat baru sampai di Bandara Jeddah, namun nama-nama yang ada dalam list, belum juga saya jumpai.

Dan ketika waktunya tiba pembagian kunci kamar hotel, satu persatu teman satu kamar saya temukan dan kami saling untuk berkenalan dan bercengkerama. Ini mengingat dalam 1 kamar kami berempat.

Maka teman-teman sekamar itu berjumpa dan saling mengenalkan dan akhirnya menjadi saudara karena 30 hari lamanya kami bersama. 10 hari di kota Madinah, 10 hari di kota Mekkah, dan 10 hari di Aziziyah.

Mereka adalah H Darto asal Surabaya yang berusia lebih kurang 50 tahun. H Ogi yang muda dan segar dari Bekasi yang masih berusia 28 tahun dan masih singgle, Haji Ponimin asal Sijunjung yang telah 75 tahun dengan fisik yang gagah dan sehat segar.

Dalam irama ibadah sepanjang perjalanan haji itu, maka kebersamaan saya dengan Pak Haji Ponimin relatif dan lumayan intens. Beberapa saat sebelum azan berkumandang, kami menyusuri mall menuju shaf shalat yang masih tersedia di dalam Masjid Nabawi. Begitu setiap saat di kala waktu shalat. 

Saya selalu mengkonfirmasi keadaan beliau di kala sedang melaju di perjalanan. melangkah sedikit cepat namun tetap tidak tergesa-gesa. Beliau selalu menjawab; "Siap Pak Agus. Lanjut saja. Saya tidak ada masalah dengan jalannya. Saya biasa melakukan perjalanan. Jadi lanjut saja. Saya mengikuti Pak Agus di belakang."

Dan ketika perjalanan waktu satu pekan berada di Madinah dengan irama fisik sebagaimana yang saya gambarkan, Pak Ponimin mengalami sesak napas yang lumayan hebat. Upaya pertolongan dengan urut dan minum obat dokter yang bertugas di dalam rombongan tidak membuahklan hasil maksimal. Hingga akhirnya kami semua panik ketika mendapat beliau benar-benar merasakan kepayahan. Dalam situsasi demikian, tidak ada jalan lain selain membawa Pak Ponimin ke Rumah Sakit. 

Alhamdulillah, beberapa hari setelah itu, Pak Ponimin kembali ke kamar dengan kondisi lebih segar dari waktu sebelumnya. Kami senang dengan keadaan itu, dan kami sepakat untuk tidak terlalu spartan dalam aktivitas ke Masjid Nabawi, khususnya bila bersamaan dengan beliau.

Jakarta, 21 Februari 2024.

20 February 2024

Arafah #3

 

Foto bersama dengan Pimpinan  Diyo Siba di depan tenda Arafah. Menjelang waktu Maghrib di tanggal 9 Dzulhijjah bersamaan dengan hari Selasa tanggal 27 Juni 2023












Kami tinggal bersama rombongan jamaah haji Diyo Siba di Padang Arafah kurang dari satu hari penuh. Sebagaimana kami sampai di Arafah pada hari Selasa tanggal 27 Juni 2023 sekitar pukul 10.00. Selepas waktu dhuha dan menjelang Dzuhur setelah kami datang dari Mina untuk melaksanakan tarwiyah. 

Dan setelah kegiatan usai pada hari dan tanggal tersebut, setelah melaksanakan shalat Isyak, maka perjalanan berikutnya yang kami nantikan adalah bus penjemput yang akan membawa kami menuju ke Masjidil Haram untuk melanjutkan prosesi haji; thawaf, sa'i, dan tahalul awal. Artinya, pada posisi kami di Arafah, saya tetap memiliki rasa was-was sekaligus khawatir, meski tidak ada pemikiran yang tidak baik pada kegiatan dan prosesi berikutnya dari perjalanan haji. 

Mengapa? Karena inilah perjalanan haji saya yang kali pertama. Jadi posisi batin inilah yang menjadikan saya untuk tetap dan selalu mempersiapkan diri. Sebagaimana yang selalu pembimbing haji sampaikan saat berada di tenda atau juga di dalam bus. Agar kita selalu mempersiapkan diri baik fisik atau psikis. Harus lembah manah. Sabar.

Bus 1 datang mengambil teman-teman kami saat waktu telah menujukkan pukul 21.000 pada hari yang sama. Sementara bus 2, dimana saya berada di dalamnya, datang di tenda sekitar pukul 23.00. Dimana suasana di Padang Arafah sudah mulai ditinggalkan para jamaah haji sehingga suasana mulai sepi.

Dan dari cerita teman-teman yang ada di Bus 3 dan bus 4, maka mereka sempat diliputi rasa lelah sehingga melahirkan emosi ketidak puasan. Seperti yang dialami oleh rombongan teman-teman yang ada di bus 4, dimana bus yang akan menjemput tidak juga kunjung datang hinga pukul 01.00 di tanggal 10 Dzulhijjah atau tanggal 28 Juni 2023. Hal ini menurut informasi yang kami terima, jalur masuk menuju Arafah dari tempat-tempat parkir bus tersebut tertutup sehingga menimbulkan kemacetan yang tdak memungkinkan bus-bus tersebut sampai ke Arafah untuk menjemput jamaah.

Pasti kesal jika kita berada pada situasi demikian. Demikian pula yang dirasakan dan diceritakan teman-teman saya yang ada di rombongan bus 4 tersebut usai tahalul awal di kota Mekah. Namun rasa jengkel tersebut luluh manakala teman-teman di rombingan bus 4 ini bertemu kami, diantaranya pada saat kami berasa di lokasi sa'i atau pada saat kami berombongan di tempat cukur di Al Shaffah. 

Karena ketika teman-teman di bus 4 akhirnya disewakan mobil pengganti, sebagaimana yang digambarkan teman setara dengan Metro Mini di Jakarta dengan tanpa AC, perjalanan yang mereka tempuh justru tidak memakan waktu lama untuk sampai di Mekkah. Tidak seperti kami yang berangkat lebih awal.

Maka inilah hikmah yang membuat teman di bus 4, mampu bersyukur betapa keterlambatan mereka meninggalkan Padang Arafah tidak lagi menjadi penyesalan dan kejengkelan. Allahu'alam bishawab.

Jakarta, 20 Februari 2024

Arafah #2

 

Menyamak khotbah Arafah yang disampaikan oleh  KH Heikal Al Amry.      

Menjadi hal yang pertama saya dan istri mengunjungi Arafah dalam prosesi Haji tahun 2023. Dan ini berlangsung pada tanggal 9 Dzulhijjah 1444 H waktu setelah Dhuha. Sebuah tempat yang tidak terbayang sama sekali dimana lokasi persisnya. Karena sepekan sebelumnya, kami bersama rombongan haji ditemani muthowif telah bersama-sama berfoto di perkemahan yang kala itu sedang dilakukan penyempurnaan, yang antara lain adalah perbaikan kemah dan juga pemasangan AC. Namun sepertinya lokasi tersebut berbeda jauh dengan yang menjadi tempat kami bermukim di tanggal 9 Dzulhijjah ini. Berbeda meski dalam wilayah yang sama, Arafah.

Dan jika dsaya gambarkan persisnya berada dimana di lokasi Arafah, saya benar-benar tidak tahu. Namun lokasi kami di tanggal 9 Dzulhijja itu, adalah lokasi yang saya yakini yang terbaik. Ini karena kami berada di punggung bukit, yang di belakang kami tidak ada lagi perkemahan. Sementara bila kami menghadap ke arah Masjidil Haram yang terlihat Clock Tower yang menjulang tinggi,  terhampar di bawah kami jalanan yang selalu dipenuhi bus-bus dan ambulan, serta sejauh mata memandang hanya terlihat ribuan tenda putih jamaah.

Kami meninggalkan Mina setelah selesai Shalat Dhuha pada tanggal 9 Dzulhijjah pagi dengan diantar oleh bus. Terdapat empat bus rombongan. Kami berada di Mina setelah semalaman berada di sana sejak tanggal 8 Dzulhijjah, atau di hari tarwiyah. Dan kala bus memasuki wilayah Arafah, bertanya-tanya dimana lokasi berikut yang akan menjadi bagian dari prosesi haji kami. 

Alhamdulillah, kami turun bus dan mendapati kemah yang luas. Cukup untuk 150 jamaah di riombongan kami. Tenda besar, berpenyejuk udara, dengan 2 show case yang penuh minuman dingin dan es krim. Juga dengan kursi-kursi yang jauh lebih nyaman dari pada kursi-kursi di Mina. 

Toilet dan meja makan berada di sisi kanan dan kiri di bagian belakang tenda kami. Jika waktunya untuk menunaikan hajat ke belakang dan juga  kala waktu makan tiba, harus bersabar untuk antri. Meski demikian, makanan tidak bakal kehabisan. Juga jika air di toilet terkendala, maka air mineral cukup menjadi penggantinya. Semua tersedia melimpah.

Usai Dhuhur, kami tekun dan khusuk menyimak khotbah Arafah. Indah sekali uraian kata yang disampaikan Ustadz tentang perjalanan Rasulullah SAW. Dengan atmosfirnya, Arafah yang hangat di akhir bulan Juni, menjadikan semua kami haru.  

Jakarta, 20 Februari 2024.

17 February 2024

Padang Arafah #1

Pintu masuk tenda di Arafah selepas Isyak di tanggal 9 Dzulhijjah 2023.















Sampai kami disini
9 Dzulhijjah 1444 H
tetap dengan memegang pesan
banyak bermunajat disepanjang waktu
sejak memasuki gerbang Arafah
berada di bukit yang tinggi
di dalam tenda besar berpendingin
dengan kursi-kursi nyaman
yang harus kami susun untuk lebih leluasa
saat beraktivitas ibadah
dan menyimak khotbah

Terus menerus mengsisi waktu yang tidak lama
dengan melantunkan kalimat thayibah
sejak kedatangan di waktu dhuha
hingga nanti selepas Isyak
menuju perjalanan berikutnya
menyambut pagi hari di hari Idul Adha
untuk thawaf,  sa'i,  dan tahalul
di Masjidil Haram, di Mekah al Mukaromah

Untuk bersabar pada kondisi yang tidak kondusif
pada saat panasnya bulan Juni
padatnya jamaah
antrian di meja pramanan dan keperluan di belakang
bilamana kepadatan  ditengah perjalanan
terus meneruslah mensyukuri
proses perjalanan waktu
yang pasti akan berakhir
dan entah kapan lagi dapat bertemu
dalam atmosfir yang sama

Saya tata kembali semua yang diperlukan
tenaga, fikiran, dan emosi
saya mencoba optimalkan apa yang bisa
semaksimal yang mungkin mampu
mendengar dan menyimak
yang disampaikan sepanjang waktu
di prosesi Arafah yang padat

Sabtu, 17 Februari 2024