Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

27 August 2015

"Bapak Mau Beli yang Mana?"

"Bapak mau beli yang rasa apa?" Seorang peserta didik saya mengajukan penawaran atas roti yang ia buat dan jual kepada saya di suatu pagi di kantin sekolah. Waktu itu bertepatan dengan istirahat sekolah. Dan bersama saya ada duduk beberapa teman sekelas anak tersebut.

"Mungkin Bapak akan pesen roti isi fruittella. Hargannya berapa?"
"Dua ribu saja Pak. Bayarnya besok saja Pak"

Saya sendiri terus terang tidak tahu roti seperti apa yang ditawarkan oleh peserta didik kami itu. Tapi dari beberapa varian yang dia sebut dan tawarkan kepada saya, saya memilih pilihan saya itu.

"Kamu mestinya jualannya nanti setalah pekan ulangan selesai." Komentar temannya yang duduk disebelah anak yang menawarkan roti tersebut kepada saya.

"Mengapa?" Tanya saya kepada anak yang memberikan komentar dan nasehat tersebut.
" Ia Pak. Minggu ini kan kita sedang ada pekan ulangan. Jadi kalau tetap jualan nanti jadinya tidak fokus." Jawabnya memberikan argumentasi.

Saya terdiam dan manggut-manggut. Tidak menyangka ada lai peserta didik saya yang memiliki cara berpikir yang berbeda. Melihat itu, saya bersyukur dapat menjadi bagian dari dialog anak-anak pintar tersebut.

Jakarta, 27 Agustus 2015.

25 August 2015

Menjadi bagian Manajemen Sekolah

Pada saat akan bercerita dengan teman-teman yang memang pada posisi Kepala dan Wakil Kepala Sekolah, saya mengajukan beberapa stetmen tentang model kepala sekolah yang menjadi impian kita bersama atau impian kita masing-masing.

Tentunya, saya tidak memberikan kepada teman-teman itu tipe-tipe kepemimpinan yang terdapat dalam buku-buku manajemen atau buku lainnya. Tetapi saya hanya memberikan beberapa hal yang pernah saya dengar, lihat, atau bahkan mungkin saya mengalaminya sendiri.

Seperti beberapa model Kepala Sekolah yang antara lain adalah sebagai berikut:

Satu; Mengemban jabatan dengan mengacu kepada SOP. Teguh dan kadang kaku menjaga penerapan SOP di lapangan. Utamanya yang pernah saya dengar adalah bagaimana Kepala Sekolah secara lurus-lurus saja dalam menerapkan SOP dalam stuasi yang dihadapinya. Dan kerena terlalu disiplin dalam menerapkannya, maka ia menjadi pribadi yang dinilai kaku oleh teman-temannya. 
Dua; Mengemban jabatan dengan kikuk dan ragu. Langkahnya selalu dibayangi ketidak enakan.

Tiga; Mengemban jabatan dengan semangat. Semua ide bagusnya dituangkan semurni dan sekonsekuen mungkin

Empat; Mengemban jabatan dengan menunggu putunjuk atasannya. Selalu butuh dorongan dan inisiasi atas.

Lima; Mengemban jabatan dengan semangat transparansi tanpa tabir. Tidak ada sekat dan koordinat yang dipegang selaku manajemen.

Enam; Mengemban jabatan dengan penuh percaya dori dan cenderung menutup diri. Dengan fokus kepada pengelolaan administrasi.

Tujuh; Mengemban jabatan dengan membagi habis tugas kepada bawahan secara tuntas. Fokusnya menagih tugas yang didistribuaikan.

Lalu yang mana model Kepala Sekolah yang ideal? Ini juga hal-hal baik yang menurut saya menjadi inspirasi bagi kita yang memegang tampuk pimpinan di sekolahan. Hal-hal baik itu antara lain adalah:

Satu; Pintu ruangan yang 'terbuka'

Dua; Mudah diakses

Tiga; Terbuka dan berkoordinat

Empat; 'Menyongsong' sepanjang waktu

Lima; Seperti 'kondektur' bus

Enam; Menembus apa yang tidak tampak di satu langkah di depannya

Tujuh; Mengajak 'touring' karena senang bereksplorasi

Jakarta, 25 Agustus 2015.

Idul Qurban 2015 #2; Menyambung Silarurahim

Model penyebaran daging hewan qurban yang dilakukan oleh teman-teman panitia, sejak dahulu hingga hari ini adalah sarana untuk menyambung silaturahim. Ini tidak lain karena lokasi qurban yang dipilih adalah lokasi yang ada kaitannya dengan teman-teman kami di sekolah. Sebagaimana lokasi yang dipilih pada saat pelaksanaan qurban tahun 2014 lalu di daerah Serang, Banten. Adalah desa dimana salah satu teman kami berasal.

Dan alhamdulillah bahwa kegiatan itu selalu menarik minat kami semua untuk berkunjung dan melihat langsung asal-usul daerah kami. Dan dalam kunjungan awal kami ke Serang tersebut, membuka lembaran baru untuk kami semua dalam mengenal lebih dekat dengan keluarga teman kami berasal tersebut.

Kami bertemu dengan hampir semua tetangga teman saya di masa kecilnya ketika ia masih sering pulang ke kampung halaman bersama kedua orangtuanya. Bertemu dengan tetangganya yang semakin hari semakin susah menjalankan kehidupan bagi mereka yang tidak memiliki pekerjaan tetap.

Begitu pula dengan lokasi lain yang menjadi tujuan pelaksanaan qurban di tahun-tahun sebelumnya. Dan sungguh, saya sendiri yang selalu menyempatkan diri untuk ikut serta dalam kunjungan ke daerah-daerah yang menjadi asal-usul teman kami dan terpilih sebagai lokasi berqurban, selalu menambah perbendaharaan tentang kesusahan hidup dan juga jalinan kekerabatan. Setidaknya saya dapat mengenal secara lebih jauh dengan orangtua dari teman-teman yang daerah asalnya menjadi lokasi berqurban, termasuk sanak familinya. 

Dan itulah yang saya sebut sebagai menyambung silaturahim.

Jakarta, 23 Agustus 2015.

Idul Qurban 2015 #1; Menentukan Lokasi

Agustus 2015 masih berjalan. Tetapi teman-teman saya sudah menyepakati untuk pembentukan panitia Qurban. Dan rapat pertama pun telah digelar pada Jumat, 21 Agustus 2015. Agenda diskusi dalam rapat perdana itu selain kepanitiaan dan harga hewan qurban adalah rencana lokasi pelaksanaan qurban selain lokasi tetap kami di sekolah.

Dan seperti tahun-tahun sebelumnya, panitia qurban di sekolah menyalurkan hewan qurban yang dititipkan peserta didik, di lokasi-lokasi sasaran yang menjadi rekomendasi teman di sekolah. Yang pada tahun ini, kami mempunyai tiga lokasi yang akan menjadi lokasi penyebaran hewan qurban. 

Lokasi-lokasi yang direkomendasikan adalah memang lokasi yang masyarakatnya mayoritas berada di garis kekurangan. Masyarakat yang membutuhkan. Dan lokasi itu harus berada di luar wilayah kota Jakarta. Mengapa? Karena dari pengalaman yang kami punya, masyarakat kurang di luar kota memiliki saya bersyukur yang jauh lebih dahsyat di banding mereka yang tinggal di dalam kota. Dan atas pertimbangan itulah maka kami selalu menjadikan masyarakt yang membutuhkan yang berada di luar Jakarta sebagai sasaran pelaksanaan qurban.

Lokasi-lokasi qurban yang akan menjadi tempat pelaksanaan itu adalah dua lokasi atas rekomendasi teman guru di sekolah, sedang satu lokasi atas rekomendasi orangtua siswa. 

Ketiga lokasi itu masing-masing adalah di Pengalengan, Bandung, Jawa Barat. Yang pernah menjadi lokasi anak-anak SMP kami belajar mandiri tahun 2014 yang lalu. Karena itu maka lokasi ini menjadi lokasi penyambung silaturahim antara keluarga besar SMP kami dengan warga di Pengalengan itu.

Lokasi kedua adalah di wilayah Cikarang, Bekasi, Jawa Barat. Lokasi dimana kampung halaman mantang anggota Satpam sekolah kami. Dimana setelah beliau pensiun dan pulang kampung, menjalankan usaha jual beli bahan bangunan.

Dan lokasi ketiga adalah lokasi yang direkomendasikan oleh orangtua peserta didik dimana kakeknya tinggal. Yaitu di daerah kecamatan Cigombong, Bogor, Jawa Barat.

Jakarta, 23 Agustus 2015.

Kepel, Gayam, Mundu, dan Namnam

Itulah empat tanaman yang sedang menjadi impian saya untuk menanam semuanya entah dimana. Empat pohon yang sekarang sudah jarang dan tidak lagi mudah saya temukan sekalipun saya pulang ke kampung halaman. Dan atas tekad itulah saya berkeinginan untuk menemukan kembali pohon-pohon itu untuk kemudian saya mencoba memiliki tanamanannya.

Pohon kepel yang saya tanam di halaman sekolah berada diantara pohon mangga dan pohon alpukat.
Dan dari empat pohon yang menjadi impian tersebut, kepel menjadi pohon yang paling mudah saya miliki. Ini karena di pekarangan rumah orangtua ada pohon yang telah mampu memberikan buahnya yang harum, yang kemudian biji buahnya menjadi bibit bagi tanaman baru berikutnya.

Oleh karena itulah, maka  saya bersyukur bahwa usaha itu telah berjalan dengan memiliki beberapa pohon kepel, yang sekarang tumbuh dengan baik. Antara lain di sekolah saya sendiri, beberapa bibit yang saya semai juga didonasikan kepada teman dan saudara untuk ditanam menghiasi rumah mereka, dan juga di halaman depan  rumah saya sendiri. 

Akan halnya dengan pohon gayam dan mundu, yang menjadi oleh-oleh saudara dari kampung, masih berada di persemaian dalam poli bag yang ada di sekolah. Rencananya jika bibit itu telah memiliki ketinggian 75 cm, akan segera saya tanam di beberapa lokasi impian saya.

Untuk pohon gayam rencananya saya akan tanam di pinggiran saluran air yang ada di dekat sekolah dan juga pinggiran sungai yang ada di dekat rumah. Dan karena pohon itu nantinya tidak terlalu dapat saya amati sering, untuk itu saya akan mulai tanam jika musim hujan telah datang dan pada usia yang telah cukup. Harapannya agar diawal pertumbuhannya, pohon itu mendapat suplai makanan yang cukup dan terjamin untuk tetap hidup.
10 pohon gayam yang baru saja saya semai di halaman belakang sekolah setelah mendapatkannya dari kampung halaman.

Sedang mundu sendiri, saya harus bersabar. Ini tidak lain karena oleh-oleh yang dibawa dari kampung adalah biji mundunya, sehingga keberadaanya masih di dalam pot persemaian. Meski hari ini menjadi hari ke 20 ia berada di persemaian, tetapi saya belum melihat tunasnya.

Sedang namnam yang awal Juni lalu saya bawa sendiri dari kampung, justru gagal tumbuh. Namun di perjalanan saya ke kampung halaman pada bulan-bulan ke depan, berharap untuk dapat segera menyemai dan memiliki tanamannya. Semoga.

Jakarta, 22 Agustus 2015.

Oleh-Oleh Pohon dari Kampung

Memang menjadi kebiasaan yang tidak biasa dari oleh-oleh yang dibawa adik dari kampung untuk saya ketika mereka kembali ke Jakarta di saat musim mudik Idul Fitri tahun 2015 ini. Pasti juga ada oleh-oleh normal yang disampaikan kepada saya seperti klanting, gula jawa, dan juga rengginang. Tetapi oleh-oleh luar biasa itu yang menjadi fokus saya berikutnya. Itu adalah tunas pohon gayam yang sepertinya dicabut dari tanah dan disimpan ke dalam plastik yang terlebih dahulu diberi tanah untuk menyimpan air.

Ini karena oleh-oleh adik itu membutuhkan penanganan dan perawatan. Itu karena keberadaannya telah lebih kurang satu pekan sejak ia dicabut dari ekosistemnya. Untuk kemudian sampai ke tangan saya yang kebetulan tidak ikut serta pulang ke kampung di pekan berikutnya. Sehingga ada jarak waktu yang membuat tuna-tunas pohon itu tidak begitu segar lagi. Dan saya berencana untuk menyemainya terlebih dahulu di plastik hitam di halaman belakang sekolah.

Oleh karenanya ketika hari pertama saya masuk sekolah seusai cuti bersama di masa lebaran lalu. Karena usia tunas-tunas tidak lebih dari 4 bulanan, saya segera menyipakan sarana menyemai. Jga memberikan informasi yang cukup kepada teman saya yang kebetulan adalah pemeliharan wilayah belakang sekolah.



Itulah sepuluh pohon gayam yang menjadi oleh-oleh istimewa yang saya dapat dari kampung halaman. Pohon-pohon gayam itu sudah tampak mengering ketika wahana tanah dalam poli bag saya siapkan. Tetapi saya optimis bahwa daya tahan pohon itu yang tidak akan menyebabkan mudah mati. Meski demikian, saya harus melakukan  pemeliharaan yang cermat hingga  nanti besar dengan tinggi lebih kurang satu meter.

Ada rencana saya untuk menanam pohon-pohon gayam yang saya rawat di halaman belakang sekolah ini nantinya di lokasi pinggir kali sebelah sekolah yang terlihat apa adanya. Untuk rencana itulah maka saya harus memastikan pohon-pohon tersebut tahan banting. Semoga.

Jakarta-Bandung, 22-25 Agustus 2015.

14 August 2015

Percakapan di TPSS yang Ditutup

Hari Kamis kemarin, saya berkesempatan menerima seseorang dengan seorang bapak diusia 30-an, dengan  perawakan khas Indonesia, yang mengendari sedan warna hitam. Kami bertemu di lokasi Tempat Pembuangan Sampah Sementara yang terletak di sebuah jalur hijau di wilayah Pulogadung. Saat itu pukul 10.00-an.

Keperluan saya di lokasi tersebut tidak lain adalah untuk melakukan pemasangan spanduk himbauan tidak membuang sampah, yang diusulkan oleh teman persis di lokasi TPSS tersebut. Saya berada di situ bersama lima orang teman yang memiliki keahlian pertukangan.

Bapak : Pembuangan sampah ini ditutup? (katanya dengan kedua tangan berada di pinggang)
Saya    : Betul Pak. Ditutup.
Bapak : Terus warga membuang sampahnya dimana?
Saya   : Maaf, saya tidak tahu.
Bapak : Mengapa ditutup tanpa pemberitahuan?
Saya   : Pak, penutupan lokasi buang sampah ini oleh pihak kelurahan. Jadi komunikasi saja ke kelurahan.
Bapak : Warga protes karena susah buang sampah.
Saya   : Tolong komunikasi ke kelurahan atau ketua RT Bapak.
Bapak : Saya ketua RT 10.

Setelah merasa cukup menemani teman-teman yang bekerja, saya menyeberang jalan untuk duduk bersama tukang ojek dan pedagang yang ada di dekat lokasi TPSS tersebut.

Ojek : Siapa yang ngomong sama Bapak sambil kacak pinggang. Songong banget.
Saya : Katanya ketua RT 10.
Ojek : Urusan apa dengan Bapak?
Saya : Protes kalau tempat pembuangan sampahnya ditutup.
Ojek : Matanya buta atau buta huruf? Kan bisa baca spanduknya?

Beberapa menit kemudian, datang Pak Lurah meninjau lokasi pemasangan spanduk tersebut. dari halte, saya memanggil Pak Lurah. Kami ngeriung di halte.

Ojek   : Barusan ada yang protes Pak dari warga ke Pak ini dengan gaya angkuh.
Lurah : Lempar saja ke saya kalau ada yang protes. Orang mana?
Saya  : Ngakunya ketua RT 10.
Lurah : Bohong. Saya akan telpon kalau memang ketua RT 10...

Jakarta, 14 Agustus 2015.

11 August 2015

Izin Kerja itu Bernama, Pemberkasan!

Inilah yang mungkin menjadi bagian dari keluh kesah beberapa teman Kepala Sekolah atau guru piket di sekolah yang kebetulan memiliki guru dengan status Guru Bantu atau juga Guru Profesional. Yaitu seringnya teman-teman itu secara rutin dan terus menerus untuk meminta izin keluar sekolah di waktu kerja, dimana para peserta didiknya masih berada di sekolah karena alasan pemberkasan.

Mudah-mudahan untuk beban teman-teman yang diakibatkan karena adanya pemberkasan dari teman-teman yang lain pada saat pengurusan Guru Bantu akan segera berakhir. Sebagaimana yang tertulis di koran ketika Bapak Menteri PAN bertemu Bapak Gubernur DKI Jakarta beberapa waktu lalu guna membicarakan status guru bantu yang ada di Provinsi DKI Jakarta yag masih menggantung dan akan segera dituntaskan. 

Namun demikian, untuk teman-teman di sekolah yang memiliki guru sertifikasi, maka izin pemberkasan nampaknya akan menjadi kegiatan rutin teman-teman tersebut pertigabulanan. Sebagaimana irama turunnya dana APBN untuk tunjangan sertifikasi guru. 

Lalu, apakah sebenarnya yang menjadi agenda dalam pemberkasan tersebut setelah file dalam bentuk soft copy nya yang di up date sekolah melalui web berlangsung? Juga apa sesungguhnya yang menjadi urgensi dalam pemberkasan yang berisi data aau file guru yang bersangkutan dalam bentuk hard copy?

Allahu a'lam bi shawab. Tidak jelas tahu. Tetapi setidaknya saya dapat menduga bahwa aktivitas pemberkasan yang dilakukan pemerintah secra rutin tersebut tidak lain adalah untuk selalu mebuat data guru up date sepanjang masa. Dan ini adalah langkah bagus. Karena ini sebagai bagian dari upaya pemerintah akan adanya data yang out of date.

Meski juga harus diakui bahwa jam pelajaran kosong atau jam pelajaran di kelas yang diisi oleh guru piket karena jam pelajaran tersebut ditinggal oleh guru mata pelajarannya untuk melakukan pemberkasan masih akan berlangsung. Dan ini sesungguhnya menjadi jam pelajaran yang tidak akan efektif serta berkualitas.

Tetapi demi tujuan data yang selalu up date, maka nampaknya kegiatan pemberkasan akan tetap berlangsung di masa yang akan datang? Nampaknya.

Jakarta, 11 Agustus 2015.

10 August 2015

Rekrut Guru #13; Mengkomunikasikan Potensi

Dari beberapa guru baru yang baru saja kami rekrut, beberapa diantaranya memiliki minat dan kecenderungan yang luar biasa kepada dunia pendidikan yang baru saja digelutinya. Setidaknya ini saya sendiri melihatnya dari tata krama yang ditampilkan di ranah sosial pergaulan kami sehari-hari di sekolah atau ketika saya sendiri melihatnya pada saat di hadapan peserta didiknya di dalam kelas. 

Menggunakan bahasa dan pilihan kata yang apik serta santun di depan kelas ketika anak-anak sedang asyik menyimak dan melakukan kegiatan bersamanya. Dan juga ketika ia mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tidak sekedar menggali informasi dari peserta didiknya pada tataran berfikir tingkat rendah. 

Juga cerdas ketika menyampaikan keraguan, tanggapan, masukan, dan juga rasa ketidaksetujuannya. Tetapi tetap tajam dalam mengeksplorasi apa yang menjadi pemikiran dan masukan serta kritik. 

Dan pada kurun waktu tertentu, saya harus menyampaikan kepadanya tentang persepsi dan asumsi saya terhadap apa yang telah dia atau mereka tampilkan selama ini. Saya berharap bila apa yang saya sampaikan tersebut, adalah bentuk dorongan dan komunikasi tentang potensi yang ada di dalam dirinya.

Saya dalam beberapa kata yang saya sampaikan itu, terselip pula harapan terbesar saya kepada dia atau mereka untuk menjadi bagian penting bagi masa depan sekolah kami. Tentunya yang berkaitan sekali dengan apa yang disebut orang banyak sebagai daya saing.

Ya, kalimat yang saya sampaikan lebih kurangnya tentang bagaimana dia atau mereka terus menggali icon dan mercusuar yang tinggi yang menjadi sisi keunggulan bagi sekolah di masa yang akan datang. Ini agar kami tidak tertinggal yang kemudian menjadi ditinggalkan. Karena harus kami sadari bahwa kami adalah lembaga pendidikan swasta yang keberlangsungan hidupnya berangkat dari kekuatan bersaing di sepanjang masa. 

Dan itu, sangat erat sekali hubungannya dengan komponen guru yang berpotensi dan sadar mengembangkan potensi diri yang menjadi anugerah bagi dia atau mereka. Semoga.

Jakarta, 10 Agustus 2015.