Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

22 January 2013

Bekerjalah yang 'Temen'

Bekerja yang 'temen'? Apa yang dimaksud dengan bekerja yang temen? 'Temen; sendiri adalah bahasa Jawa, yang artinya sungguh-sungguh. Oleh karenanya, saya sendiri mamaknainya sebagai bekerja yang total. Yang sungguh-sungguh. Mungkin, kalau mengambil istilahnya Ibu Sylviana Murni, yang mantan Wali Kota Jakarta Pusat, adalah bekerja yang keras, yang cerdas, yang tuntas, dan yang ikhlas.

Kata 'temen' itu saya dapatkan saat saya daam perjalanan ke kantor pagi itu. Dari sebuah syair lagu dari band legendaris kita, Koes Plus. Potongan syairnya itu adalah:

... ulat ojo peteng,
Yen di konkon yo sing temen...

Potongan syair itu berarti:

... wajah jangan tidak gembira,
kalau diberi tugas, kerjakan yang sungguh-sungguh...

Kisah Tetangga

Dari dua kalimat dalam syair lagu itu, saya teringat akan kisah tetangga saya beberapa waktu yang lalu. Kisah menggunakan supir saat pulang kampung di sebuah kota bagian selatan Jawa Barat. Tetangga saya itu baru memiliki mobil menjelang bulan Ramadan datang. Oleh karenanya, jika ia harus membawanya sendiri, belum ada keberanian. Meski nekat. Maka menyewa supir selama libur Idul Fitri untuk pulang kampung menjadi pilihan terbaiknya.

Tapi dari pengalamannya menyewa supir itulah yang memacunya untuk benar-benar menjadi mahir dalam mengendari mobil. Ia sangat bertekad untuk sesegera mungkin melepas ketergantngannya kepada orang lain. Itulah sehingga pada Idul Fitri tahn berikutnya, ia benar-benar lepas dari supir yang disewanya.

"Mengapa tidak minta Mas Is mengantar? Bukankah lebaran lalu diantar dia?" Tanya saya membuka dialog pada sebuah sore di ambal Idul Fitri.

"Kapok Pak Agus nyuruh dia. Lebaran tahun lalu saya sama keluarga malah dibiinnya repot. Saya sudah minta dia bawain mobil, tapi pada kenyataannya saya masih juga harus membawa sendiri." Jawab tetangga itu.
"Dari pengalaman tahun lalu itulah Pak, cukuplah saya tidak minta tolong sama dia lagi." Lanjutnya.

Dari tetangga yang lain, saya mendapat cerita kalau Mas Is saat diminta mengantar tetangga itu pulang ke kampung, bukannya menerima kerja dengan senang hati dan melayani, tetapi malah mengatur dan selalu berkomentar tidak mengenakkan ketika harus mengantar atau membawa keluarga tersebut beraktvitas selama di kampung.

Repotnya lagi, Mas Is sendiri sebenarnya adalah tetangga kami yang tidak memiliki kerja tetap. Dan tetangga saya itu memilihnya untuk menjadi supir selama Idul Fitri juga sebagai bagian untuk membantunya. Tapi dengan kinerja yang seperti itu, maka tetangga saya itu tidak memintanya lagi. 

Itulah sepenggal catatan saya tentang perilaku sebagain besar pegawai yang menyiratkan keterpaksaan ketika menjalani tugas kerja yang diberikan lembaganya. Bermuka masam dan bekerja tidak sungguh-sungguh sepenuh hati. Menuntut upah yang di atas layak. Padahal semua orang dalam komunitas lembaganya mengetahui seperti apa kinerjanya.

Jakarta, 22 Januari 2013.

No comments: