Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

31 January 2013

Makanannya Murah Pak?

Beberapa waktu ini di sekolah, saya dan teman-teman sepakat untuk melarang siswa jajan di luar sekolah. Kesepakatan ini lahir antara lain karena adanya masukan dari beberapa orangtua siswa yang merasa terganggu ketika akan masuk ke halaman parkir sekolah karena beberapa anak lalu lalang melalui pintu gerbang masuk sekolah. Kondisi seperti itu membuat para penjemput yang antara lain adalah para orangtua mereka, menjadi kawatir akan kenyamanan dan keselamatan. Ditakutkan saat lalu lalang itu, anak-anak tidak atau kurang memperhatikan kendaraan yang masuk sekolah. Selain itu, kami juga berpikir bahwa anak-anak harus berada di dalam lingkungan sekolah sebelum penjemputnya datang.

Itulah maka beberapa hari teman-teman bahu membahu berada menjaga di pintu masuk sekolah gna mematikan tidak adanya siswa yang lalu-lalang keluar masuk melalui pintu gerbang sekolah untuk alasan membeli jajan. Termasuk pada siang itu. Saya menemani seorang teman yang bertugas di pintu gerbang itu bersama anggota keamanan sekolah. Alhamdulillah bahwa semua dapat berjalan dengan sangat baik dan lancar.

Namun ada beberapa anak yang meski mengikuti larangan atau anjuran kami yang berjaga di pintu gerbang sekolah itu, mereka masih ada yang berargumentasi untuk dapat mengakses sebagaimana yang terjadi pada hari-hari sebelumnya.

Diantara dari beberapa anak yang berargumentasi itu, yang saya ingat sekali adalah komentar dari seorang siswa kami yang mengatakan bahwa "Makanan mereka murah Pak?". Sebuah kalimat pernyataan yang memang terbukti. Dan karena murah itulah kami sendiri menjadi hati-hati. Apakah murahnya juga sehat?

Murah?

Memang makanan dan minuman yang dijual adalah makanan dan minuman yang harganya relatif di bawah dari harga yag ada di kantin kami. Namun jika saya cermati, murahnya itu karena, setidaknya, ada dua (2) hal.

Pertama, minuman yang mereka jual memang murah. Dengan minuman yang warna-warni, serta dalam cup yang lebih kurang berisi 400 mili liter, plus batu es yang membuat kerongkongan anak-anak itu langsung merasa nyes,  hanya dihargai dua ribu rupiah. Murah bukan? Namun anak-anak itu tidak melihat dari mana rasa dan warna minuman yangmurah itu?

Inilah barangkali yang akan saya sampaikan kepada guru IPA di kelas untuk melakukan asesmen atau penilitian kecil-kecilan, atas kandungan dari minuman yang murah itu. Dan dari kandungan zat yang ada di dalam minuman atau makanan tersebut, agar siswa tahu implikasi setiap zat terhadap kesehatan badan. Baik untuk jangka pendek atau bahkan kalau mungkin dalam jangka panjang.

Dua, Bahwa makanan yang mereka jual menjadi berharga miring karena memang dijual dalam porsi yang berbeda dengan apa yang ada di kantin. Mereka menakar makanan-makanannya itu dalam plastik dan tidak dalam piring. Jadi berbeda bukan?

Itulah yang baragkali menjadikan harga jual dari minuman dan makanan mereka lebih murah dari apa yang tersedia di kantin. Dua hal itu tentu belum termasuk dengan adanya uang yang harus dibayar oleh pedagang di kantin kepada pihak yang menyediakan lahan jualan. Atau juga barangkali anak-anak itu memilih untuk membeli makanan dan minuman yangmereka jual karena bisa jadi pelayanan di kantin sendiri tidak membuat anak-anak itu memilih. Bisa jadi.

Jakarta, 31/1/2013.

No comments: