Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

18 December 2012

Mencintai Tanah Kelahiran, ala Lian Gouw

Ada yang sayang untuk saya simpan saja sendirian atas kehadiran Lian Gouw, untuk bertemu anak-anak didik kami di sekolah pada Selasa, 04 Desember 2012 yang lalu. Karena banyak hal menarik atas sosok penulis Novel Only a Girl tersebut. Maka, meski sudah sedikit terlambat, saya mencoba untuk membuat catatan tentang beliau sebagai pribadi yang memang sangat layak mendapat penghargaan atas apa yang diupayakannya selama ini, khususnya dalam dunia tulis menulis. Namun catatan saya ini tidak ingin mengupas jejaknya dalam dunia tulis menulis, karena bagian ini masih asing bagi saya, meski saya adalah bagian dari orang yang menikmati karya sastra, karena jujur, keterbatasan pengetahuan saya terhadap beliau.


Mengenal nama Lian Gouw, pertama sekali ketika seorang guru kami menyebutkannya dalam sebuah pertemuan, dan bahkan mengupayakan akan meminta beliau untuk hadir dalam kegiatan Bulan Oktober saat Bulan Bahasa. Namun kegiatan itu, mengingat kesibukan sang novelis yang berdomisili di Amerika, maka acara bertemu baru terlaksana pada 4 Desember tersebut. Dan usaha saya untuk lebih mengenalnya, maka saya mencoba search di mesin pencari di internet. Dari situlah pengetahuan saya tentang novelis tersebut.

Lian Gouw yang adalah kelahiran Indonesia, namun sejak 1960 ia pergi ke Amerika dan akhirnya pindah menjadi warga negara Amerika. Namun kenangan yang kuat terhadap tanah kelahirannya itu, memuatnya sangat membanggakan akan Indonesia. Dan dalam keterbatasannya, Ia berkemauan keras untuk belajar dan menggunakan Bahasa Indonesia secara baik dan benar. Dan itu beliau tunjukkan selama memberikan pendapat, pesan, dan gagasan kepada kami sebagai audiensnya. Sungguh mulia sekali, orang yang sederhana dan patut diteladani. 

Dari pengalamannya, beliau mengajak agar kita bangga dengan kebudayaan dan kekayaan Indonesia. Dan jangan mudah terkesima dengan negara lain, yang akhirnya menutup mata dari budaya Indonesia yang kaya, dan penduduknya yang ramah.

Catatan kenangan sang novelis d lembar Novelnya.

Jakarta, 18 Desember 2012.

No comments: