Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

04 December 2012

"Kita Latihan tidak Pak?"

Sore itu, ketika sekolah benar-benar sepi dari siswa TK dan SD, saya didatangi salah seorang siswa saya yang tidak lagi mengenakan pakaian seragam. "Saya mau latihan Tae Kwon Do Pak!" katanya tegas ketika saya bertanya kepadanya mengapa ia datang kembali ke sekolah.

"Loh, kok harus ada latihan. Bukankah pekan ini kalian ada ulangan umum? Mengapa masih ada latihan ekskul?" Kata saya penasaran. Dan sekaligus bingung. Bukankah jika ada ulangan umum seperti sekarang ini berarti seluruh kegiatan ekstra kurikuler ditiadakan? Saya sungguh-sungguh tidak mengetahui. Ditambah lagi anak ini begitu semangatnya datang ke sekolah tepat sebagaimana jam yang dijanjikan. Namun pelatih yang dinantikan belum terlihat kehadirannya. Sore itu telah menunjukkan pukul 16.00 lewat.

"Betul Pak. Memang bukan ekskul. Kata Sabam, yang ingn ikut lomba maka minggu ini harus latihan setiap hari di sekolah jam empat sore." Jelasnya. Saya mengiyakan saja. Lalu saya ambil HP saya dan mencoba menghubungi teman guru yang mejadi penanggungjawab ekskul itu. Juga gurunya saya coba hubungi. 

Rupanya apa yang dismpaikan anak itu benar. Bahwa latihan hanya diperuntukkan bagi mereka yang akan mengikuti lomba. Hanya memang, anak itu sendirian yang telah datang di sekolah tepat pada pukul 16.00. Sementara teman-teman lainnya yang akan ikut lomba belum ada yang datang.

Namun sebelum informasi itu jelas, siswa saya itu memperlihatkan situasi batin yang tidak enak dan gelisah. Itu terlihat ketika saya dan teman guru lain sedang berada di musholah untuk menjalankan shalat, ia seperti ingin menyampaikan sesuatu dengan suaranya yang sedikit mengganggu kami.

Maka ketika kami selesai menjalankan shalat, segera saya keluarkan HP untuk kemudian menghubungi guru yang bersangkutan. Dengan load speaker yang saya gunakan, maka komunkasi antara saya dengan guru itu dapat diikuti si ank. Bahkan pada bagian-bagian lainnya, saya menyerahkan HP kepadanya untuk langsung berkomunikasi.

"Ia benar Sabam, pelatihnya belum sampai di sekolah. Saya masih sendirian." Kata anak itu dengan mulut yang didekatkan di HP.
"Tunggu kalau begitu Kiki, Sabam Nini sedang di jalan. Sebentar lagi mungkin smpai sekolah." Jawab orang di seberang yang adalah koordinator ekskul Tae Kwn Do di sekolah kami.

Dari peristiwa itu saya berpikir, bahwa tidak semua anak nyaman dengan ketiadaan guru. Termasuk ketika guru terlambat sampai pada jam dan waktu yang seharusnya memang telah memulai kegiatan. Seperti apa yang dipertontonkan anak didik saya sore itu. Ia begitu gelisah menunggu gurunya datang. Bahkan ada beberapa kata yang diungkapkannya sebagai nada yang amat sangat kecewa.

Walau mungkin juga ada siswa yang benar-benar menikmati jam pelajaran kosong. Mungkin ini adalah bibit-bibit kemalasan yang ditularkan oleh kaum tua kepada para peserta didiknya(?). Allahua'lam bishawab.


Jakarta, 04 Desember 2012.

No comments: