Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

07 December 2012

Anak Itu, Berbeda dengan Temannya

Siang itu, setelah selesai sebuah kegiatan yang kebetulan saya sebagai pemateri dalam kegiatan tersebut, seorang anak didik saya memberikan ibu jari tangan kanannya seraya berkata untuk saya: " Bagus Pak!" Tentu dengan tersenyum lebar pada saat anak itu mengucapkan kata pujiannya itu kepada saya. Saya bersyukur luar biasa atas apa yang disampaikannya.

Juga seorang anak yang lain ketika berjumpa dengan saya beberapa saat sesudah kegiatan berakhir di ruang bersama sekolah. "Kok, Pak Agus memberikan presentasi?" Katanya bernada pertanyaan. "Benar. Karena Pak Agus ternyata ada juga di dalam jadwal yang disusun Nak." Kata saya memberikan penjelasan kepada anak itu. Dan saya segera meninggalkan anak itu ketika meminta tolong kepadanya untuk sekalian membuangkan sampah yang saya dapatkan di lantai ruang bersama itu.

***

Peristiwa seperti itu, tentu membuat sesuatu atau kesan yang berbeda pada diri saya. Bukan karena saya menjadi tersanjung dan kemudian melambung lupa daratan. Tetapi saya menjadi yakin bahwa diantara apa yang saya telah sampaikan kepada sekian anak yang ada dalam forum tersebut, ternyata ada beberapa anak didik yang benar-benar 'masuk' sehingga mampu memberikan penilaian atau setidaknya evaluasi terjadap apa yang telah saya sampaikan. Hebatnya lagi, evaluasi anak didik itu langsung disampaikan begitu kegiatan berakhir. 

Pengalaman ini membuat saya termenung dan merefleksikan diri. Terutama bagi kemajuan dan kebermaknaan dalam kegiatan-kegiatan yang telah kami laksanakan di sekolah selama ini. Apakah anak-anak didik kami benar-benar telah menjadikan semua kegiatan yang kami sajikan sebagai wahana baginya untuk menginspirasi diri? Dan bagaimana kami dapat mengetahui bahwa kegiatan-kegiatan itu bermakna atau tidak bagi anak-anak jika kami sendiri hanya mengacu kepada hasil paper and pencil test?

Katakanlah bila perhatian kami hanya kepada hasil akademik atau hanya pada ranah kognitif semata, bukankah kami masih dapat 'meminta pertolongan' kepada anak-anak didik kami yang berbeda sebagaimana cerita pengalaman saya di atas? Bukankah anak-anak yang berbeda itu mampu memberikan 'sesuatu' yang berbeda dengan apa yang kebanyakan anak-anak didik kami miliki?

Kenyataan atas evaluasi atau apresiasi anak didik kami itu atas apa yang saya sampaikan juga memberikan makna kepada saya khususnya bahwa, dalam hasil belajar pada ranah kognitif pun, terdapat anak-anak saya yang mampu berpikir pada tataran atau aspek analisa dan evaluasi sebagaimana anak tersebut. Sedang kebanyakan yang lainnya masih pada aspek mengingat, mengetahui, atau masimalnya pada aspek aplikasi?

Jakarta, 07 Desember 2012.

No comments: