Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

26 December 2012

Menangkap Air Hujan

Akhir pekan yang lalu, tepatnya pada hari Jumat, 22 Desember dan hari Sabtu, 23 Desember 2012, Jakarta diguyur hujan yang lebat, yang mengakibatkan banyak ruas jalan dan pemukiman warga Jakarta yang tergenang air, mengutip istilah ahlinya Jakarta dan Gubernur penggantinya. Dengan tergenangnya beberapa ruas jalan utama itu, maka pada dua hari tersebut jalan-jalan di Jakarta mengalami kemacetan luar biasa. Terutama pada hari Jumatnya, dimana hujan mulai turun sekitar pukul 15.00, yang berarti saat menjelang usainya jam kantor.

Demikian pula dengan pemukiman warga yang selian karena pengaruh dari air kiriman melalui raus sungai yang membelah kota, juga karena tidak tertampungnya air hujan di saluran-saluran yang ada. Tak pelak lagi, air hujan itu menjadi tamu tidak diundang. Tidak saja masuk teras rumah yang ada tetapi juga ruang tamu dan kamar-kamar tidur.

Menangkap Air Hujan

Pada kasus air kiriman yang mengakibatkan perkampungan tergenang, kita tidak bisa melakukannya sendiri selain hanya ikut berkontribusi dengan, misalnya, tidak membuat sampah dan apapun di sepanjang salurang air dan sungai. Tetapi pada kasus tidak tertampungnya air hujan yang mengguyur, maka ada kesempatan kita semua untuk dapat berperan sangat aktif, yaitu dengan menangkap air hujan itu, dan menyimpannya ke dalam tanah-tanah yang menjadi milik warga.

Bagaimana biasa terjadi? Setidaknya dibutuhkan kepedulian tentang masa depan air tanah dari setiap warga Jakarta yang memiliki lahan/rumah di Jakarta serta komitmen atas kepedulian itu dalam bentuk aksi.

Caranya? Beberapa waktu lalu warga Jakarta disibukkan dengan pembuatan bio pori. Maka jka setiap pemilik rumah atau lahan di Jakarta tidak hanya membuat bio pori untuk air hujan, dan bukan untuk air buangan rumah tangga, maka akan memberikan kontribusi bagi ketersediaan air tanah yang baik di masa berikutnya, tetapi juga mengurangi debit air yang akan masuk ke saluran air atau selokan pada saat hujan turun.

Apalagi jika tidak hanya rumah tangga yang peduli terhadap masa depan air tanah, misalnya pemerintah memberikan instruksi agar semua lahan milik Pemda membuat 'penangkap' air hujan sehingga ketika hujan turun maka semua air hujan yang turun di semua lahan milik Pemda tidak akan ada yang hanyut ke saluran air atau selokan. Semua air itu tertangkap dan meresap dalam tanah.

Mungkin ini hanya sekedar ide.

Jakarta, 26 Desember 2012.

No comments: