Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

22 March 2012

Makanan dan Rumah Sakit Stroke Pusat

Kalau kita masuk ke kota Bukittingi dari arah kota Padang Panjang, maka sebelum pertigaan kota dengan kantor PLN-nya, di sebelah kanan jalan, kita akan temukan sebuah rumah sakit yang jika Anda baca, Anda serasa baru tahu bahwa di Indonesia ternyata terdapat jenis rumah sakit ini. Itulah Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi, atau Rumah Sakit Stroke Pusat. Tentu saya ikut bangga juga. Seperti yang saya alami saat kedatangan saya ke Bukittinggi beberapa waktu lalu. 

Sebagaimana lazimnya,  dalam benak saya yang tergambar tentang rumah sakit yang mengkhususkan diri pada salah satu penyakit tersebut antara lain adalah RS Jantung, RS Ibu dan Anak, RS Kanker, RS Mata, RS Kulit, dan yang lainnya. Oleh karena itu, ketika saya melihat ada rumah sakit stroke pusat, dan itu saya lihat bukan di ibu kota Jakarta, aneh bukan?

Sebenarnya, pada saat saya jalan kaki untuk keliling kota, ada keinginan untuk datang ke rumah sakit itu dan bertanya kepada orang yang kebetulan sedang bertugas di sana. Misalnya saja tentang, apakah ada korelasi antara rumah sakit tersebut dengan pola hidup masyarakat yang ada di sekitarnya? Sehingga pemerintah memutuskan untuk membuka rumah sakit yang secara khusus menangani penderita stroke itu berada di kota  Bukittinggi?  Namun rupanya niatan itu tidak kesampaian. Karena teman-teman seperjalanan saya meminta untuk mencari jalan lain. Maka tanda tanya itu masih tersimpan dan belum terkonfirmasi dengan valid atas dugaan saya akan korelasi tersebut.

Pola Makan?

Pola makan itulah yang menjadi dugaan saya sementara ini atas adanya korelasi antara jenis rumah sakit yang ada di kota tersebut dengan pola makan masyarakatnya. Karena harap tahu saja bahwa semua tempat makan yang dibuka oleh masyarakat di situ, nyaris menggunakan bahan makanan yang tinggi kandungan gizinya. 

Suatu kandungan yang akan memungkinkan orang yang mengkonsumsi makanan tersebut  secara terus menerus akan berakibat antara lain serangan stroke. Oleh karena itu, maka dugaan itu linier bukan?

Fenomena ini saya temukan dari seorang teman saya ketika ia berpendapat, tentu dalam takaran saya  dengan nada tidak serius. Ia  mengatakan bahwa, tidak perlu kita memiliki pola makan yang berujung kepada pilih-pilih makanan, yang mengkibatkan kita sendiri pada akhirnya seperti tidak memiliki kemerdekaan atau terkekang? Toh jika serangan penyakit seperti itu datang, bukankah sudah ada tempat untuk merehabilitasinya?

Tentu ini sebuah kelakar yang kurang pada tepatnya. Dan memang, teman saya itu murni dalam rangka tidak serius. Bagaimana dengan Anda sendiri?
 
Jakarta, 22 Maret 2012.

No comments: