Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

13 March 2012

Di Bakahueni Saya Belajar Bersyukur

Pernah, peristiwa ini terjadi di tahun 2002, untuk menyenangkan hati anak-anak di rumah, saya mengajak mereka menemukan pengalaman baru, berupa menyeberangi laut dengan naik kapal ferry Merak-Bakahueni-Merak. Dan perjalanang yang kemudian nantinya menjadi perjalanan mirip petualangan ini, memang tidak terencana dengan baik. Baik perencanaan waktu ataupun tujuannya. Hanya ketika kami mengobrol di malam sebelumnya, saya sampaikan usulan kepada mereka bagaimana kalau kita naik kapal ferry ke Sumatera? Semua angota kami sepakat untuk menyetujui rencana dadakan itu.

Perjalanan Kenangan Saya

Pengalaman bersama anak-anak itu adalah sebetulnya merupakan perjalanan kenangan saya dengan Bapak dan Mamak saya ketika saya masih di usia anak-anak saya itu. Dan pengalaman kenangan saya itu kadang sering menghiasi hidup anak-anak saya manakala saya bercerita kampung halaman saya yag ada di Sumatera. Anak-anak saya tertarik menyimak detil gambaran kampung saya itu. Juga termasuk perjalanan ketika saya dan Mbah mereka pulang kampung ke Jawa. Sebuah pengalaman yang memang menjadi ritual saya, Bapak, Mamak, yang berarti adalah mbah dari anak-anak saya, dan adik-adik kala saya masih usia belasan.

Hanya bedanya jika nanti mereka akan menempuh perjalanan Merak-Bakahueni-Merak, maka keika saya kecil rute perjalanannya adalah Panjang-Merak-Panjang sebelum kemudian Slengsem-Merak-Slengsem. Saya menginjakkan Bakahueni ketika di tahun 1985, pada masa saya berusia 20 tahun, saya menengok kampung halaman saya di Lampung itu sendirian. Sebuah perjalanan yang dimaksudkan sebagai silaturahim.

Merak-Bakahueni-Merak

Inilah rute yang saya sepakati dengan anak-anak. Dengan rute ini, maka tujuan utama kami adalah pengalaman naik kapal ferry titik. Tidak ada tujuan wisata misalnya pergi ke kampung halaman dimana saya waktu kecil. Itu semua karena pertimbangan waktu. Mengingat perjalanan kami itu adalah perjalanan di hari Minggu, yang berarti Seninnya kami harus kembali hidup normal mengingat itu bukan masa liburan sekolah.

Merak-Bakahueni kami kebagian parkir di atas deck. Ini adalah posisi yang paling enak. Kami dapat tetap berada di dalam kendaraan dengan hembusan angin yang tidak membuat kami kepanasan atau berdiri layaknya aktor yang ada di film Titanic. Bahkan sebelum kapal lepas jangkar di pelabuhan Merak, kami disuguhi atraksi anak-anak dengan mengambil koin uang yang dilempar ke laut oleh penumpang kapal. Juga atraksi yang menurut ukuran anak saya tergolong berani, yaitu keberanian anak-anak itu untuk naik ke deck kapal dan meloncat ke laut dengan meminta donasi yang lebih besar atas keberaniannya itu.

Rencana Berubah

Perjalanan yang memakan waktu lebih kurang satu setengah jam di laut itu menjadi tidak terasa karena rasa senangnya anak-anak saya. Maka lebih kurang pukul sembilan pagi, kami sampai di Bakahueni. Dan ketika saya bermaksud akan keluar pelabuhan untuk kemudian masuk kembali ke pintu penyeberangan menuju Merak, anak laki saya mengsulkan agar ia diberikan kesempatan mandi di laut. Sebuah perubahan rencana yang saya sendiripun tidak memiliki keinginan untuk menolaknya. Maka perjalanan kami berlanjut ke Pasir Putih. Dan perubahan rencana itu yang pada akhirnya kami baru dapat kembali ke pelabuhan Bakahueni sekitar pukul 15.00, dengan antrian yang telah mengular hingga di jalan menuju pintu gerbang pembayanan masuk pelabuhan.

Ini menjadi sebuah kenyataan yang saya tidak akan sangka dan tanpa prediksi. Pukul 20.00, kami memang telah masuk di halaman parkir pelabuhan, tetapi tetap jauh dari bibir pantai dermaga kapal. Kondisi ini juga diperparah dengan tidak adanya mesin ATM sementara air minum tidak tersedia di dalam kendaraan. Juga indikator bensin yang mulai turun.

Rasa Syukur itu

Dalam kondisi yang sebenarnya sudah tidak kondusif itu, Allah mendatangi kami dengan penuh kecintaannya. Dan dari situ kami benar-benar mensyukuri nikamat yang telah kami rasakan. Kami belajar bagaimana untuk dapat mensyukuri apa yang ada seprti lagunya D'Masif itu.

Yang pertama adalah saya dan istri menghitung uang cash yang masih kami miliki. Ini penting sekali karena kami tidak menemukan mesin ATM satu pun di lokasi yang penting itu.Dengan diurani untuk membeli bensin secukupnya di Merak nanti plus membayar tol Merak-Jakarta, maka uang itulah yang kami belanjakan untuk membeli makanan sektar pukul 19.00. Posisi kami saat itu masih lebih kurang 25 deret kendaraan selepas dari pintu masuk/pembayaran pelabuhan.

Hingga akhirnya istri saya mendapatkan nasi dengan lauk telur dadar yang aromanya luar biasa nikmat. Ini karena nasi dan telur dadarnya itu fresh, baru saja matang dari tempat masakan. Ini mungkin usaha para pedagang yang kemudian membuat stok makanan baru melihat antrian kendaraan yang mengular di pelabuhan. Makanan itu sungguh menjadi kenikmatan kami semua di kendaraan. Alhamdulillah. 

Yang kedua, ketika barisan kendaraan kami berada pada posisi pang depan menuju dermaga. Saya tidak dapat mengsitung ada berapa lajur kendaraan yang berbaris menuju dermaga itu. Saya tidak tahu pasti. Yang jelas dari dua atau tiga akses halaman tunggu di pelabuhan yang luas itu, mungkin ada sekitar 30 lajur?

Dan peristiwa yang membuat kami semua bersyukur adalah panggilan agar kamilah yang harus maju dan masuk ke dalam lambung kapal untuk mengisi satu-satunya sisa tempat di kapal itu. Peristiwa ini, lebih kurang pukul 23.00, kami dengar langsung dari petugas pengatur yang berdiri di dekat kendaraan kami. Dengan HT di tanganya dia berkomunikasi dengan petugas yang ada d kapal.

  • Petugas di kapal: Masuk satu lagi mobil kecil, karena tempatnya sempit.
  • Petugas di dekat kami: Mobil apa kira-kira.
  • Petugas di kapal: Yang kecil. Kalau besar tidak muat.
  • Petugas di dekat kami:  Mobil Carry bagaimana?
  • Petugas di kapal: Ya benar. Muat. Masuk cepat. Jangan buang waktu.
  • Petugas di dekat kami mendekati posisi stir saya dan berkata: Bapak silakan masuk kapal!

Alhamdulillah, kami di dalam kendaraan bersyukur sekali dengan apa yang telah Allah limpahkan kepada kami sekeluarga tanpa melihat dari sisi ukuran manusia. Semoga keberkahan Allah selalu dilimpahkan pula kepada kami. Amin.

Jakarta, 05-13 Maret 2012.

No comments: