Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

04 March 2012

Guru yang Peduli, Jadwal Siswi Berhalanganpun Tahu?

Siswi, peserta didik perempuan, yang sedang tidak shalat, ternyata juga menjadi perhatian teman-teman saya yang guru perempuan. Di mushala, mereka berbaris dan mengambil shof dalam shalat bersama-sama. Sedang yang kebetulan sedang tidak jadwalnya shalat karena jatah bulanan, berada terpisah dari anak-anak. Demikian juga untuk anak-anak. Mereka berada di barisan paling belakang dekat dinding. Kadang suara mereka saat berbicara dengan teman yang bernasib sama terlalu keras sehingga suaranya mengganggu barisan temannya yang sedang menjalankan shalat. Alhasil, guru akan memberikan teguran ketika shalat telah selesai.

Karena kebersamaan itu jugalah yang menyebabkan guru perempuan paham bila terjadi kenyataan bahwa ada anak perempuan yang tidak shalatnya melebihi jadwal normalnya. Biasanya teman guru perempuan saya itu akan mengkonfirmasi ingatannya kepada teman sesama guru perempuan. Karena normalnya satu pekan, maka ketika diingat-ingatnya ada siswi yang lebih dari waktu normal itu, akan menjadi tanda tanya.

Bisa jadi bahwa fakta itu sekedar sebagai ketidaknormalan dari siklus yang ada. Tetapi untuk kali pertama, maka guru akan berdiskusi dengan sesama guru perempuan sebelum nantinya melakukan konfirmasi dengan anak tersebut.  Karena hanya ada kemungkinan dari fakta itu. Yaitu tidak melakukan shalat untuk durasi lewat dua pekan karena memang mengidap suatu penyakit. Misalnya saja penyakit ketidaknormalan itu tadi. Atau karena sebab-sebab yang membuatnya malas melakukan shalat sehingga harus jalan bohong yang ditempuhnya  sebagai upaya agar ia tetap tidak shalat?

Nah, dalam kegiatan konfirmasi itulah kadang guru menemukan sesuatu yang mengagetkan. Kaget karena ternyata penyakit yang ada kadang diluar kontrol pihak orangtua di rumah. Dalam kasus semacam ini kadang pihak orangtua di rumah tidak terlalu menyadari tentang siklus bulanan itu. Ini terjadi manakala si anak tidak lagi kecil sehingga orangtua menyangka bahwa anaknya dalam kondisi yang biasa-biasa saja. Sehingga durasi bulanan tersebut kadang tidak menjadi perhatiannya lagi. Juga anaknya memang bukan anak yang mudah menjadi terbuka. Ini mungkin juga pengaruh dari pola komunikasi dalam keluarga tersebut.

 Itu pula yang pernah dialami oleh seorang teman yang menemukan fakta bahwa ada yang serius dan harus dikomunikasikan berkenaan dengan jadwal bulanan itu. Namun penemuan awal yang didapat teman saya ini disanggah dengan keras pihak orangtua di rumah karena pihak di rumah merasa lebih tahu tentang anaknya. Oleh karena itu temuan awal itu tidak menjadi prioritas teman saya itu. Namun bagaimana bila anak yang diindikasi 'tidak sehat' tersebut tetap tidak atau belum ikut shalat berjamaah bersama teman-temannya? Terutama bagaimana teman saya itu menjawab pertanyaan teman perempuannya atas kenyataan itu?

Setelah bulan berganti, teman saya mendapat kabar dan permohonan maaf dari pihak orangtua dari anak yang memiliki jadwal bulanan dengan durasi tidak normal tersebut karena setelah dibawa ke dokter untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, ditemukan sesuatu yang serius dalam diri anak perempuannya itu. Dan sesuatu itulah yang menyebabkan jadwal bulanannya tidak teratur. Dan jika terlambat sekian bulan tidak segera mendapatkan penangan serius, maka bagian organ dalam anak perempuan itu taruhannya.

Sebagai guru, kawan saya itu menganggap peristiwa seperti itu sebagai sesuatu yang normal. Karena dimata beberapa orangtua peserta didiknya, kadang dianggap  ilmu yang dimilikinya jauh dibawah apa yang mereka miliki. Maka sombong masih menjadi kendala dalam penanganan seecara dini dari suatu gejala sakit.

Catatan Halangan

Berbeda dengan teman saya itu, ada lagi teman saya yang lain, yang justru punya pengalaman  lebih seru lagi berkenaan dengan hal ini. Ini karena teman saya itu sebagai guru Bimbingan dan Konseling yang mengajar di tingkat pendidikan sekolah menengah atas. Ia mendapatkan tugas sebagai guru BK di daerah pertambangan yang beberapa anak perempuannya kadang kebablasan dalam bergaul. Oleh karenanya fungsi catatan yang up date itu menjadi penting dan utama meski sekolahnya bukan sekolah yang tidak menjalankan kegiatan shalat sebagai kegiatan wajib saat anak berada di sekolah. 

Dan tampaknya membuat catatan jadwal bulanan terhadap anak-anak perempuan peserta didiknya merupakan bagian yang pokok yang harus dia kerjakan sebagai guru BK. Aneh bukan? Bagi saya tidak aneh. Itu juga masih dalam kazanah normal jika kita hubungkan dengan kenyataan sosial masyarakat yang ada. Yang lebih aneh bagi saya adalah, jika ia begitu peduli dengan jadwal rutin bulanan para siswanya sedang para orangtuanya yang mendapat informasi darinya tidak begitu sinergi? Inilah menurut saya yang jauh lebih aneh. Maka itu pernah saya bertanya kepada teman saya itu: Apa pentingnya membuat catatan halangan para siswinya?
Jakarta, 04 Maret 2012.

No comments: