Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

22 January 2012

Untuk Apa ISO?

Saya, untuk kesekian kalinya mendapat pertanyaan yang sama, yang berkenaan dengan urgensi dari sertifikasi ISO 9001:2008 untuk sekolah, dari salah satu komponen stake holder. Bukan menjadikan saya kerepotan dengan pertanyaan tentang urgensi sertifikasi ISO itu yang menjadikan saya akhirnya menuliskan di sini, tetapi justru apa urgensinya pertanyaan itu di lontarkan berulang kali?

Saya menduga bahwa, pertanyaan  itu kembali terlontar dari jawaban saya karena; Pertama, sangat mungkin bahwa jaaban saya tidak benar-benar dapat menjelaskan urgensi yang dimaksudkan. Kedua, atau  mungkin jawaban saya tersebut, tidak mendapat perhatian yang sepenuh-penuhnya. Sehingga lontaran pertanyaan yang sama masih juga lahir. Dan untuk kedua kemungkinan tersebut di atas, saya memilihnya pada kemungkinan pertama. Karena saya menganggap bahwa kemungkinan pertama sebagai pilihan saya, itu berarti saya memiliki cara berpikir positif. Mengapa? Sebab pilihan dugaan pertama itu mempersalahkan diri saya, bahwa argumentasi saya sebagai jawaban atas urgensi dipilihnya ISO 9001:2008 bagi suatu sekolah tidak terlalu jelas dan konkrit. Melangit dan bukannya membumi. Jadi saya mesti membuat jawaban dari pertanyaan tersebut dengan bahasa dan pilihan kata yang operasional.Dan saya menghindari diri untuk memilih model jawaban atau dugaan yang kedua karena model jawaban kedua itu mempersalahkan orang lain.

Jadi mengapa suatu sekolah, terutama bagi sekolah yang mendapat SK dari Kemendikbud ditunjuk sebagai Rintisan Sekolah Bartaraf Internasional (RSBI) di Indonesia sekarang ini, bergiliran dan berkejaran untuk mendapatkan sertifikasi ISO? Karena, jawaban saya, dalam SK Kemdikbud itu disebutkan bahwa sertifikasi lembaga internasional yang antaralain ISO, sebagai prasyarat agar sekolah yang bersangkutan meningkat statusnya dari sebelumnya RSBI menjadi SBI, Sekolah Bersatandar Internasional.

Jadi untuk jawaban dari urgensi sertifikasi ISO bagi sekolah, dengan mangacu kepada peraturan yang ada, maka jawabannya adalah karena sebagai salah satu syarat bagi sekolah yang RSBI menjadi  SBI! Apakah itu saja maka sekolah mengamil sertifikasi ISO? Tentu tidak sedangkal itu. Tetapi sebagai argumentasi yang berdasarkan legal formal dalam bentuk peraturan pemerintah, maka pelaksanaan sertifikasi ISO bagi sekolah dengan status RSBI adalah mutlak. Juga syarat-syarat lainnya. Terutama kultur kerja.

Jelas bukan apa yang menjadi jawaban saya untuk sebuah pertanyaan tentang urgensi sertifikasi ISO di sekolah? Sangat jelas. Lalu kalau ada pertanyaan yang lain lagi, apa manfaat ISO untuk sebuah sekolah? Nah kalau ini pertanyaannya, maka jawabannya adalah asli logika saya sendiri. Karena dalam peraturan yang ada, hanya menyebutkan sebagai jaminan mutu bagi sebuah sekolah. Mungkin karena jaminan mutu itu, maka sekolah yang semula berstatus RSBI plus dengan persyaratan lainnya yang terpenuhi maka dari hasil akreditasi nantinya pemerintah dapat memutuskan menjadi status SBI. Tapi kata jaminan mutu, masih belum operasional bukan? Lalu apa operasionalnya? Sekali lagi, saya dengan logika yang ada akhirnya mejawab; bahwa dengan adanya sertifikasi di sebuah sekolah, maka parameter dari ISO itu akan menadi sebuah tuntutan. Dan tuntutan yang sudah dibuat oleh sekolah tersebut tentunya akan dilakukan ferivikasi oleh lembaga sertifikasi. Dan hasil ferivikasi tersebut nantinya pasti akan menentukan apakah lembaga sekolah dimaksud layak diberi sertifikat atau belum. Artinya lagi, ekspektasi yang ada dalam ISO harus benar-benar dijalani menjadi sebuah sistem kerja.

Apa implikasi berikutnya? Karena ekspektasi tersebut menjadi sebuah tuntutan yang harus diimplementasikan dalam kegiatan sehari-hari sebagai sistem kerja, maka itu akan menjadi kegiatan yang terus menerus dilakukan dalam bentuk continuous audit oleh badan sertifikasi.  Untuk itu maka sistem yang telah tersertifikasi tersebut tidak sertamerta berhenti dan lupa dijalani setelah sekolah tersebut tersertifikasi. Dan apa ujung dari itu? Jika komuitas berkomitmen untuk memegang teguh sertifikat ISOnya, maka dalam jangka waktu tertentu proses belajar itu akan menjadi kultur. Tentunya kultur yang baik. InsyaAllah.

Tapi sekali lagi, bahwa apa yang saya kemukakan ini sekedar rangkaian pikir terhadap apa yang sedikit saya ikuti. Mungkin ada lagi yang bertanya, mangapa untuk sebuah kualitas harus ISO? Nah, kali ini saya tidak bisa menjawab. Karena sebagaimana saya kemukakan di atas bahwa untuk sebuah sekolah dengan status RSBI, maka sertifikasi ISO menjadi syarat untuk kenaikan status menjadi SBI.  Jelas bukan?

Jakarta, Minggu, 22 Januari 2012.

1 comment:

Anonymous said...

tapi bukankah menjadi aneh ketika suatu instansi mendapatkan ISO, knapa sampai mhasiswa bayar u/ semua pelayanan yang seharusnya memang didapatkan... contohnya seperti bayar mikroskop perjam u/ mahasiswa yg penelitian padahal kami sama-sama bayar spp yang mencangkup biaya praktikum.... seolah2 karena ISO, mahasiswa yang bisa penelitian hanyalah orang2 yang memiliki banyak uang *curhat*