Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

24 April 2014

Pilpres 2014 #2; "Saya Mundur Saja!"

Beberapa waktu lalu, begitu menyelesaikan tugas sebagai KPPS dalam Pileg 2014 yang berlangsung pada 9 April 2014, kami, saya dan ketua KPPS, terlibat perbincangan ringan.

"Jadi kita tidak bisa lagi pakai halaman rumah Pak Baik itu ya di 9 Juli nanti." begitu kata ketua KPPS kami. Pernyataan ini didasari dari tersiarnya berita bahwa rumah Pak Baik benar-benar telah laku dibeli orang. Bukan orang jauh memang yang membeli rumah dengan halaman yang hampir selalu menjadi lokasi TPS untuk sekitar 450 orang pemilih itu. Tetapi justru karena bukan orang jauh itulah maka semua kami mengetahui tabiat dari pemilik baru dari rumah dengan halamannya itu.

"Jangan membuat kesimpulan terlebih dulu Pak Haji. Bukankah kita belum pernah melakukan komunikasi dengan pemilik barunya? Saya punya keyakinan yang berbeda dengan Pak Haji. Jika kita berkomunikasi dengan baik, saya punya kesimpulan yangberbeda dengan Bapak. Bukankah kita akan meminjam halaman itu untuk kepentingan masyarakat? Jadi oleh karena itu, keyakinanan saya justru baik."

Begitulah penjelasan saya kepada ketua KPPS kami itu. Apa yang sya sampaikan itu sekedar sebagai penawar akan ketidakyakinan ketua kami itu. Karena ia membuat kesimpulan seperti itu berdasarkan kepada bagaimana perilaku pemilik baru dari halaman rumah itu selama ini sebagai tetangga kami bersama.

"Siapa tahu ya Pak. Saya masih punya keyakinan positif." lanjut saya lagi. Dan tampaknya pendapat saya itu sedikit memberikan rasa yang berbeda kepada suasana perbincangan  sore itu. Lalu kami beralih berdiskusi panjang lebar tentang topik-topik lain seputar apa yang terjadi di lingkungan kami. 

Namun tampaknya Bapak ketua KPPS kami itu tetap saja dihantui tentang lokasi halaman rumah yang sudah terjual dan berganti pemilik tersebut sebagai lokasi dari pendirian TPS di Pemilu. Ini seperti apa yang disampaikannya ketika kami bertemu kembali di depan warung yang menjadi 'pos' diskusi warga.

"Gua pusing nih Gus. Pokoknya, kalau nanti halaman rumah itu tidak bisa lagi kita gunakan, gua pilih mundung sebagai ketua KPPS."

Saya pun hanya diam dan tidak menanggapi apa yang disampaikannya. Walau sebelumnya kami telah berdiskusi untuk menggunakan jalan atau gang yang ada di wilayah kami. Namun sepertinya Pak ketua KPPS kami itu memilih untuk tetap menggunakan fasilitas milik warga yang selama ini memang membuat kami nyaman.

Saya, tidak menyinggung lagi apa yang menjadi pendapatnya itu higga kami berpisah dalam diskusi sore itu...

Jakarta, 24.04.2014

No comments: