Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

05 May 2013

UN 2013; Untuk apa UN?

Pada masa-masa UN tahun ini berlangsung, dimana Kemendikbud telah menunjukkan bagaimana pelaksanaan UN SMA dan sederajat sebagai UN yang bersejarah, karena UN dilaksanakan tidak dengan waktu yang serentak, dan juga tidak dengan soal yang tercetak lengkap sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, juga UN SMP dan sederajat dimana masih terdapat soal UN yang harus difoto copi, ada tulisan pembelaan yang dilakukan oleh pengagas UN, yaitu mantan Wakil Presiden RI, Bapak JK. Tulisan Pak JK itu pulalah yang banyak dikupas dan didiskusikan oleh teman-teman yang aktif terlibat dalam milis IGI, Ikatan Guru Indonesia.

Lebih kurangnya, Pak JK dalam tulisannya tersebut menyatakan bahwa dengan UN maka para siswa menjadi semangat belajar. Sebab kalau tidak UN, apa yang dikejar? 

Bagi saya, apa yang disampaikan itu benar dan sekaligus keliru. Mengapa? Karena UN hanyalah salah satu alat untuk evaluasi. Jangan salah, selain UN, kita juga dapat mengevaluasi hasil belajar siswa. Mungkin dengan meminta anak-anak memainkan drama dengan skenario yang dibuatnya sendiri setelah guru memberikan outline berupa tema? Mungkin dengan tes yang diselenggarakan tidak serentak semacam UN itu? Atau bentuk lain yang memang harus dipelajari lagi oleh 'penggagas' UN? Juga, harus kita ketahui bahwa tidak semua negara melaksanakan evaluasi yang serentak dan secara nasional semacam UN di Indonesia untuk setiap akhir  jenjang pendidikannya yang ada? 

Pertnyaannya, apakah negara yang tidak menyelenggarakan UN tersebut prestasi akademiknya tidak lebih bagus dari negara kita tercinta ini? Bukankah kita ketahui bersama dimana posisi negara kita dalam ranking TIMSS? Mungkinkah kita harus bangga karena peringkat terbaik kita adalah pada tataran korupsi?

Apa yang ingin saya sampaikan dalam catatan saya ini adalah tidak untuk menolak UN. Karena harus saya sadari bahwa UN tidak mungkin ditolak hanya oleh seorang guru sekolah dasar!

Saya hanya ingin mengajak berpikir labih logis kepada semua agar kita benar-benar melihat secara jernih tentang manfaat pelaksanaan UN untuk tingkat SD, atau mungkin juga SMP. Dan kalaupun negara masih melihat itu sebagai manfaat, maka harus juga dipikirkan efek buruk dari pelaksanaan UN selama ini. Seperti bocoran soal, kualitas soal untuk dapat mengukur tingkat berpikir siswa pada tataran berpikir tingkat tinggi atau kritis.

Mungkin, jika memang kita jernih berpikir bagi kemajuan bangsa 15 atau 20 tahun mendatang!

Jakart, 5 Mei 2013.

No comments: