Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

06 May 2013

UN 2013; Kesiapan Hari Pertama UN SD

Hari pertama pelaksanaan UN SD di sekolah kami hingga saya menuliskan catatan ini, berjalan dengan lancar. Meski sebelum pelaksanaan dimualai ada beberapa hal yang lahir karena rasa panik yang seharusnya tidak perlu terjadi. Misalnya ketika pagi hari pada pukul 06.30, ternyata kunci sekolah terbawa oleh salah seorang dari teman kami yang kebetulan masuk pada akhir pekan lalu. Dengan itu, maka harus ada satu teman kami untuk menjemput kunci tersebut.

Selain itu, juga ada beberapa orangtua siswa, semua kaum Ibu, Yang karena ingin mendukung dan mensupport anandanya, ia datang ke sekolah dan menunggui di Mushola untuk memanjatkan doa. Juga ada seorang siswa kami, peserta UN, yang memohon kepada Ibu guru untuk boleh menggunakan pensil yang telah disiapkan oleh bundanya dari rumah. Karena sekolah telah mempersiapkan seluruh perlengkapan UN, dalam bentuk alat tulis di meja anak-anak. Kebijakan ini untuk mengantisipasi siswa yang salah pensil atau lupa kartu UNnya, atau mungkin ada yang menempelkan sesuatu di papan sebagai meja perjalannya.

Atau juga ada SMS dari salah satu orangtua siswa yang menyampaikan kabar bahwa anandanya benar-benar tidak sedang dalam kondisi tubuh yang fit. Diceritakan bahwa, malam sebelumnya, anandanya itu terserang demam dan bahkan sempat muntah-muntah. Namun karena harus menjalani UN, maka dalam kondisi tubuh tidak fit sekalipun harus dan dipaksakan hadir ke sekolah.
Berita yang dimuat; http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction/13/05/06/mmcto9-nuh-un-sd-lancar

Juga ada beberapa anak, yang  meski tidak ada keterangan tidak sehat dari para orantuanya, namun pagi hari ketika bertemu dengan guru telah menunjukkan aura muka yang tidak sepenuhnya sehat. Dari pancaran wajahnya itu, justru menyiratkan rasa was-was yang semestinya tidak boleh lagi terjadi.

Mengapa? Di ruang pengawas, kami berdiskusi tentang kondisi-kondisi yang ada tersebut sebagai bagian dari refleksi kami. dan dari diskusi tersebut, kami sepakat bahwa aura kekhawatiran dari rumah, sangat mendominasi atas keceriaan anak-anak itu ketika pagi hari hadir di sekolah. 

Dari asumsi itu juga kami mencoba untuk mengantisipasi apa yang harus dilakukan pada tahapan beriktunya. Khusus untuk pelaksanaan UN di tahun berikutnya, saya menyampaikan bahwa sekolah, guru, orangtua, dan rumah, harus benar-benar menjadikan kisi-kisi UN sebagai peta dan sekaligus panduan bagi kita untuk menuju sukses. Dan dengan kisi-kisi itu pulalah semestinya kita merancang ikhtiar, menjalaninya dengan kesungguhan total, sehingga pada hari H, tidak akan lahir lagi aura khawatir dari guru, sekolah dan orangtua, atau rumah, yang  pada akhirnya akan beresonansi kepada kesiapan mental anak sebagai peserta UN. Semoga.

Jakarta, 6 Mei 2013.

No comments: