Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

08 April 2016

Menemani 'Perubahan' Guru #11; Mengajak Eksploratif

Dalam sebuah kesempatan diskusi tentang program, saya baru menyadari bahwa selama ini kegiatan atau program sekolah yang telah dirancang dalam rapat kerja masing-masing unit sekolah dan telah disepakati oleh semua peserta raker, ditunjuk penanggung jawab di tiap-tiap program kegiatan yang ada. Dan dengan seperti itu, maka pihak Kepala Seklah akan memantau kegiatan tersebut sejak perencanaan program, di awal kegiatan akan berlangsung, hingga evaluasi kegiatannya, ketika kegiatan telah dilakukan. Namun bagaimana persisnya pola dan tahapan kerja itu, saya tidak punya gambaran selain meyakini bahwa kegiatan berlangsung dengan baik dan memiliki dampak kebermaknaan bagi peserta kegiatan, yaitu siswa. Hingga suatu saat dalam diskusi yang membuat saya tercengang. Ini pun disebabkan oleh adanya informasi dari lapangan yang tanpa merasa bersalah sedikitpun, Kepala Sekolah menceritakan apa yang selama ini menjadi budaya yang dijalaninya.

"Saya tunggu saja Pak Agus ketika rapat pertama kali panitia kegiatan yang ada di program sekolah yang dipimpin langsung oleh penanggung jawab program yang  sudah ditunjuk di awal tahun pelajaran." Cerita Kepala Sekolah kepada saya. Tentu apa yang disampaikan itu menjadi pertanda buat saya untuk melihat bagaimana disain program kegiatan yang selama ini dijalani. 

"Nah, biasanya penanggung jawab kegiatan akan menjadikan teman-teman yang satu barisan dengannya untuk menjadi panitia kegiatan." Jelasnya lebih lanjut, yang semakin membuat saya merasa mual dan sedikit pening. Mengapa? Kalau seperti itu pola kerjanya, kemudian dimana posisi Kepala Sekolah berfungsi sebagai peletak disain kegiatan yang dapat memberikan dampak positif kepada peserta didik? Karena bukankah kegiatan yang ada di sekolah hanya akan menjadi perulangan yang kurang berdampak? Bukankah kalau demikian maka sesungguhnya setiap kegiatan yang ada di sekolah hanya menjadi sebuah rutinitas? Dimana kegiatan tahun lalu dan tahun ini yang berbeda hanyalah plot tanggal, waktu, tempat berlangsungnya kegiatan, biaya  kegiatan, dan para pelaksana kegiatannya? Tanpa ada keinginan dari lembaga atau penanggung jawab atau pelaksana kegiatan untuk melakukan sesuatu yang 'beda' dan lebih memberikan tantangan-tantangan baru buat pelaksana dan peserta kegiatan? Apakah kegiatan sekolah hanya disusun untuk sesuatu yang biasa-biasa saja?

"Terus apa akhirnya ketika penanggung jawab kegiatan tersebut dibiarkan berlangsung tanpa kehadiran manajemen sekolah yang dapat berfungsi sebagai pengendali visi kegiatan?" Tanya saya kepada Kepala Sekolah dalam sebuah forum diskusi itu.

"Ya tidak ada Pak. Saya ingin memberikan tanggung jawab sepenuhnya kepada penanggung jawab dan panitia kegiatan Pak." Jelas Kepala Sekolah yang akhirnya saya pahami bahwa ia tidak sepenuhnya memahami harus bagaimana melakukan  sebuah gerakan  transformasi di sekolah. Dari titi inilah saya akhirnya meminta semua yang hadir dalam forum diskusi tersebut untuk bisa melihat bahwa ada cara kita sebagai manajemen sekolah untuk dapat mengajak teman-teman guru melakukan sesuatu yang eksploratif.

"Bapak Ibu Kepala Sekolah, bahwa transformasi sekolah yang kita canangkan menuntut kita untuk mahir dalam mengkomunikasikan. Seperti guru di kelas, kita juga dituntut untuk melakukan 'pembelajaran'  yang melibatkan peserta didik. Artinya, kita tidak bisa melepas para penanggung jawab kegiatan dalam setiap program sekolah tanpa pengawalan kita. Karena yang memahami transformasi sekolah adalah kita." Demikian kalimat pembuka saya dalam forum diskusi tersebut. 

Saya mengajak para Kepala Sekolah untuk sejak awal menemani para penanggung jawab kegiatan sejak konsep program kegiatan tersebut ditetapkan sebagai program sekolah. Kepala Sekolah harus mengajak para penanggung jawab program tersebut untuk melihat bagaimana pelaksanaan kegiatan tersebut di tahun yang lalu. Melihat apa yang mungkin di revisi dari kegiatan tersebut. Bagaimana kalau kegiatan tersebut dilakukan dengan strategi kegiatan yang berbeda. Bagaimana kalau mengajak guru untuk bereksperimen dengan bentuk kegiatan yang baru dengan tetap mempertimbangkan  peserta kegiatan yang tertantang ketika menjalani kegiatan, menikmati, dan eksploratif. 

Dengan demikian maka kehadiran manajemen sekolah memang ada sejak awal kegiatan itu hingga kegiatan itu benar-benar terlaksana dengan format strategi yang selalu berubah. Semoga...

Jakarta, 8 April 2016.

No comments: