Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

16 April 2011

Sesudah Jam Pulang Sekolah, Ngobrol dengan Penjemput

Ngobrol dengan penjemput yang menjemput siswa saya di sekolah, juga kadang menjadi kegiatan yang harus saya lakukan sesudah jam sekolah usai. Sebagaimana yang saya lakukan pada siang itu, saya mengobrol dengan seorang kakek di depan pintu sekolah. Kakek yang juga adalah pensiunan di sebuah departemen pemerintah. Bukan sekali itu saja saya berdiskuai dengan kakek ini. Hampir selalu ketika saya berjumpa. Minimal saling tegur sapa jika saya sedang punya waktu sempit.

Sebenarnya, tidak hanya dengan kakek itu saja saya bertegur sapa. Tetapi ada beberapa kakek dan nenek, selain nenny dan pastinya driver, yang dipercaya para wali siswa untuk mengantar dan atau menjemput. Beberapa diantaranya, saya hafal dan bahkan terhadap latar belakangnya. Dan dengan itu, kadang yang membuat saya menjadi merasa tidak sungkan untuk saling tegur sapa.

Pernah suatu kali kakek ini memberikan masukan kepada saya berkenaan dengan program sekolah. Ini karena selain cucunya yang ia antar dan jemput di sekolah tempat saya mengabdi, juga ada lagi cucu yang lain yang bersekolah di sekolah yang bagus juga di wilayah Bogor. Hingga suatu kali Ia dengan ketulusannya, memberikan foto kopi lembar tugas cucunya yang bersekolah di sekolah lain itu. Sebuah perhatian yang luar biasa besar kepada kami semua.

Dan dokumen yang merupakan bagaimana pembelajaran karakter yang terdapat dalam kumpulan lembar kerja siswa itu, kami jadikan sebagai bahan diskusi dan bahan masukan serta pengembangan dengan para guru untuk kemudian diaplikasikan dalam format sekolah kami. Kami sangat mensyukuri bahan-bahan yang menurut kami sangat berharga tersebut. Ini adalah bentuk pengembangan diri kami pada saat mengembangkan kepintaran kami dalam pembelajaran karakter di sekolah kami secara operasional. Dan tidak lagi pada tataran konseptual.

Suatu saat lagi, kami ngobrol tentang kampung halaman kami masing-masing. Kapan terakhir pulang ke kampung halaman. Lalu Ia bercerita tentang perjalanannya mengendarai kendaraan mungilnya berdua dengan istrinya saja menempuh jarak Jakarta-Solo pergi pulang. Sebuah pengalaman luar biasa untuk kakek seusia beliau. Saya berdoa semoga saya dikaruniai usia pajang dan sehat seperti beliau. Meski diantara ceritanya itu, masih saja ada keluhan jalanan yang rusak dan membuat perjalanan kurang mulus.

Bagaimana Ia dan istri 'napak tilas' menyusuri makanan kegemarannya saat masih muda yang ada di seluruh penjuru Solo. Termasuk menyusuri pasar-pasar hanya untuk 'bersilaturahim' dengan masa lalunya itu.

Beliau juga bercerita tentang bagaimana rumah pribadinya yang ada di Solo masih terpelihara dengan rapi dan bersih. Pohon sawonya yang ada di depan rumah menjadikan hiasan halaman yang rindang dan selalu memancarkan bau yang khas. Juga puhon kepelnya. Yang semuanya menjadi amanah bagi keponakannya yang tinggal di kampung.

Cerita yang membahagiakan dan 'meracuni' bawah sadar otak saya yang memang orang kampung. Semua menjadi terngiang dan bertuibi-tubi terangkat ke permukaan bayangan yang semakin dekat. Semoga. Pikir saya dalam hati. Amin.

Sebuah pertemuan yang selalu saja membawa pesan dalam hati dan pikiran saya untuk terus menerus 'menggali' semua sisi yang ada di sekolah. Lingkungan sehari-hari yang menjadi lebih kurang separuh bagian dari waktu yang Allah anugerahkan dalam hidup saya. Sebuah fragmen yang memang tidak berkait dengan tugas saya sebagai guru atau adminitratur sekolah, atau bahkan sebagai manajemen sekalipun.

Semoga ini pun menjadi bagian penting bagi diri saya sendiri... Amin.

Jakarta, 16 April 2011.

No comments: