Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

05 November 2015

Berprinsip

Prinsip yang dipegang teguh, akan membantu pembuatan keputusan dan pemecahan konflik walaupun konsekuensinya tetap ada dan harus ditanggung.” Begitulah yang ditulis oleh Eileen Rachman di Rubrik Kerier, Koran Kompas,  Sabtu, 17 Oktober 2015.

Kutipan itu mengingatkan saya pada dialog antara dua siswa ketika kami berada di kantin, disaat istirahat pagi. Kira-kira beginilah dialog;

A: Mengapa kamu membuat ‘karya’ itu disaat    kita sedang sibuk ulangan?
B: Tidak apa-apa. Aku tidak merasa terganggu dengan membuat itu disaat ulangan.

Begitulah kira-kit\ra penggalan dialog dua sahabat tadi. Saya tertegun dengan kalimat yang disampaikan A kepada B. Karena ingin tahu, maka saya bertanya kepada seorang Anak (A) tentang yang dia maksud dari kalimatnya tersebut.

Saya: Mengapa pertanyaannmu seperti itu?
Anak: Iya pak. Soalnya nanti dia kan tidak fokus. Karena sekarang sedang sibuk ulangan.
Saya: Kalau menurutmu harusnya bagaimana?
Anak: Kalau saya, karena sekarang ulangan jadi saya hanya bersiap untuk ulangan saja Pak.       Karena saya ingin nilai yang baik. Karena saya ingin masuk sekolah yang bagus. 
          Supaya saya bisa masuk di Kedokteran, seperti saudara saya Pak.

Saya tertegun lagi dengan apa yang dikemukakan. Diusianya yang masih duduk di kelas VI, ia sudah memiliki visi dan arah yang akan dituju. Mungkin itulah salah satu  indikator bahwa A adalah anak yang memiliki prinsip, menurut kutipan di awal tulisan ini.

Dari sini, saya belajar banyak dari mendengar dialog dua sahabat itu. Belajar bagaimana anak itu telah memiliki pendirian. Terbayang oleh saya bagaimana pola dialog siswa  itu dengan lingkungan sekitarnya. Bacaan yang sudah dia baca sehingga menjadikannya seperti itu. Terimakasih.


Jakarta, 4 Nopember 2015.

20 October 2015

Tempe Opor

Ada istilah baru yang saya dapatkan dari anak bungsu saya yang selama ini tinggal di Jogjakarta. Istilah yang orisinil dari anak atas pengalaman yang dia dapat ketika kami makan jajanan pasar di saat saya mudik beberapa waktu lalu.

Seperti biasa, diantara saya ada di udik atau kampung halaman, ada beerapa waktu yang saya plot untuk 'menyusuri tempat-tempat penyejuk hati' yang lokasinya tidak jauh-jauh dari rumah tinggal orangtua saya. Dan untuk kali ini, lokasi yang saya susuri adalah pasar. Yang buka hanya dua hari sepanjang pekan, yaitu di hari pasarannya. Tidak ada hal khusus yang akan saya cari atau saya beli ketika sejak pukul 05.30 saya menuju pasar itu selain menyusuri lorong-lorong pasar yang dipenuhi para pedagang, yang dalam perkiraan saya,  bermodalkan tidak lebih dari 200 ribu rupiah.

Setelah lama saya duduk dan menikmati pemandangan pembuat alat pertanian dengan pompa udara kembar yang terus menerus ditekan secara bergantian, yang lokasinya juga selalu berada di pinggiran pasar, sembari sesekali mengajukan pertanyaan, saya bergerak menuju tukang penjual tempe benguk.

Berada di depan penjual tempe, saya ragu untuk membeli sebanyak berapa. Maka saya menunggu orang lain terlebih dulu mengulurkan uang saat membeli.

"Tigang ewuke mawon Mbok." kata pembeli (Tiga ribu rupiah saja Bu).  Saya berada persis disamping pembeli itu. Setelah tahu pasti bahwa dengan uang tiga ripu rupiah saja telah mendapatkan satu bungkus tempe benguk, maka saya menirukannya. 

"Kulo sami mbok." Kata saya kepada pedagang itu (Saya pesan sama Bu).

Lalu apa komentar anak saya ketika kami memakan jajanan itu sesampai di rumah? Awalnya saya ragu kalau anak dan istri saya mau mencoba tempe benguk yang saya beli. Mengapa? Karena saya membeli tempe benguk itu tidak untuk yang pertama kalinya. Pendek kata setiap mudik dan pergi ke pasar, tempe benguk adalah komuditas yang selalu saya beli. Dan mereka belum pernah sekali[un mencobanya. Karena tampangnya yang tidak menggugah selera mereka.

Tapi bersyukur hari itu. Mungkin mereka mengira kalau saya lupa bahwa mereka tidak pernah mau mencobanya ketika waktu lalu saya membelinya. Maka pada saat mereka terlihat antusias mencoba, saya girang di dalam hati. Maklum, saya lahir dan besar di kampung, sementara mereka lahir dan besar menjadi dewasa di Jakarta.

Dan apa komentar mereka dengan tempe benguk yang dicobanya? Ibunya mengatakan enak! Sedang bungsu saya mengatakan enak seperti opor. Opor tempe!

Saya hanya bersyukur bahwa makanan yang saya kangeni ternyata mendapat apresiasi positif...

Jakarta, 20 Oktober 2015.

Kepala Kambing Bacem

Seperti pada perjalanan saya sebelum-sebelumnya untuk melakukan pembuktian atas apa yang diceritakan kakak yang sejak kecil hingga mudanya tinggal di wilayah Pakem khususnya dan Sleman pada umumnya, tentang makanan yang harus saya coba. Dan pada kali ini pembuktiannya adala apa yang menjadi ceritanya tentang makanan langka yang berupa bacem kepala kambing. Saya tertarik untuk mencoba pertama kali adalah karena jenis dan nama makanannya.
Kartunama Pak H Sukirman.

Karena, lumrahnya bagi saya, bacem itu adalah tahu atau tempe. Tetapi kepala kambing bacem? Ini menjadi daya tarik tersendiri buat saya. Dan atas nama penasaran itulah saya niatkan untuk mencobanya, jauh sebelum saya benar-benar berada di Yogyakarta. Dan kesempatan itu datang disaat saya pulang kampung guna bertemu anak-anak dan besan dipertengahan Oktober 2015.
Salah satu kliping liputan media yang menjadi hiasan dinding 

Hanya berbekal alamat 'dekat pasar Colombo' yang ada di sebelah kanan jalan arah Kaliurang dari Jogjakarta, saya mencoba untuk mengintip lokasi sembari mengemudi. Benar saja, petunjuk itu saya temukan ketika ada plang nama Apotek Colombo. Tetapi sore itu saya belum ingin mampir, karena tujuan yang akan saya datangi disore sebelum waktu Magrib tiba itu adalah wisata Kaliurang. Maka perjalanan saya lanjutkan hingga benar-benar sampai di Kaliurang untuk memesan Teh Poci dan Sate Kelinci. Baru setelah perjalanan menuju Selokan Mataram, dimana anak saya berada, saya mampir untuk memastikan keberadaan becem kepala kambing!
Peta lokasi yang mudah ditemukan
Apa kesan saya setelah memesan satu porsi bacem kepala kambing dan satu tongseng kaki kambing? Memuaskan! Sungguh sajian makanan yang unik dan cerdas. Mungkin tertarik untuk mencobanya?

Jakarta, 16-20 Oktober 2015.

09 October 2015

Diminta 'Kembali'

"Kami perlu bertemu Bapak lagi untuk menuntaskan apa yang semester lalu telah kita buat bersama. Kalau melihat kalender, kira-kira kapan Bapak bisa menyisipkan satu pekan bersama kami?" Demikian permintaan seorang teman yang kebetulan adalah utusan keluarga dari pengurus Yayasan yang juga adalah pengelola sebuah lembaga pendidikan ternama di sebuah provinsi kita.

Saya jadi teringat apa yang telah kami lakukan bersama-sama di beberapa bulan sebelum ini di lembaga pendidikan tersebut. Dan saya bersyukur bahwa Tuhan memberikan bantuan luar biasa besar untuk saya bisa mengemban amanah yang sebelumnya belum pernah saya jalani. Mengapa? 

Karena ketika saya diminta untuk datang ke lembaga itu, diberikan cara dan strategi untuk memandu semua diskusi dan bekerja bersama mereka, teman-teman guru dan karyawan yang ada di lembaga yang tentunya masih asing bagi saya. Yaitu membagi teman-teman dalam kelompok kerja yang telah kami tentukan apa yang harus dihasilkan. Dan akhir dari kegiatan selama satu pekan itu adalah Buku Panduan untuk bekerja di sekolah tersebut. Di sana tentunya ada kalender pendidikan, pembagian tugas dan jobdesnya masing-masing, kegiatan sekolah dan deskripsinya, dan juga tentunya form penilaian kinerja serta gambaran serta panduan untuk menghitung implikasi dari hasil penilaian kinerja tersebut.

Tetapi dengan tawaran yang sekarang tiba-tiba datang lagi kepada saya, saya menjadi benar-benar ragu. Mengapa juga? Tidak lain karena adanya informasi kepada saya bahwa format yang telah kami kerjakan bersama pada semester sebelumnya belum menjadi pegangan bagi pengelola sekolah tersebut dengan argumen bahwa kesulitan dalam mengaplikasikannya.

"Apa yang harus saya siapkan dengan tawaran Bapak? Apakah masih benar-benar teman-teman di sana membutuhkan dengan apa yang akan saya sampaikan nanti Pak?  Apakah justru teman-teman di sekolah itu menjadi antiklimak dengan apa yang akan saya sampaikan? Karena mereka mengalami bahwa apa yang dihasilkan pada semester lalu belum terjadi di lapangan?" Kata saya. Dan ini jawaban yang mendasar dari lubuk hati saya.

Dan benar saja, pada akhirnya saya tidak menyanggupi tawaran teman yang pengurus Yayasan itu dengan atas nama ke efektifan dari kegiatan yang akan berlangsung jika saya juga yang harus hadir. Dan sisi ini menjadi sisi paling mengkawatirkan buat saya jika melihatnya dari sebuah transformasi sebuah lembaga pendidikan...

Jakarta, 9 Oktober 2015.

07 October 2015

Tawaran 'Masa Depan'

"Waktunya sekarang Bapak untuk banyak terlibat dalam kegiatan kami. Dan keterlibatan itu semoga menjadi bagian dari Bapak untuk aksesbilitas di masa depan Bapak." Demikian petuah kepada saya untuk menjadi pembuka sebuah aktivitas di lembaga pendidikan swasta. 

"Mohon maaf Pak. Karena mungkin saya tidak dapat banyak memberikan kontribusi maksimal. Baik waktu dan pemikiran. Dan semua itu karena keterbatasan yang saya punyai." Jawab saya saat itu. Mengingat saya adalah karyawan full time di sebuah lembaga yang wajib untuk memenuhi ketentuan sebagai pegawai tetap. Selain itu saya juga kawatir bahwa sedikit sekali kapabilitas yang pasti dapat saya kontribusikan. Dan karena itu, saya mohon untuk tidak lagi menjadi bagian dari keterlibatan di masa berikutnya. 

"Sayang kalau Bapak harus berhenti sampai disini Pak. Kompetensi Bapak belum maksimal. Bukankah ini nantinya juga menjadi 'jalan' bagi Bapak untuk dapat berkiprah lebih lanjut?" Begitu nasehat terakhir yang saya dapatkan ketika saya benar-benar harus menyudahi keterlibatan saya.

Dan benar saja. Saya benar-benar menyudahi kegiatan 'tambahan' itu untuk kemudian berkhidmat kepada tugas pokok saya sebagai pegawai tetap yang memberikan imbalan penuh kepada saya sebagaimana kontrak yang saya dapatkan di awal saya berkarir.

"Bapak sebenarnya dapat menjadikan kiprah Bapak itu sebagai modal lebih dikenal masyarakat Indonesia, khususnya di dunia pendidikan di masa mendatang?" Demikian nasehat berikutnya yang saya dapatkan dari teman seperjuangan.

"Maaf, saya menghindari untuk terlalu banyak menyampaikan sesuatu kepada banyak orang. Saya takut akan kalimat saya. Takut tidak dapat memilih dan memilah kata dan kalimat mana yang memang testimonial atau sekedar slogan. Karena itu, saya fokus kepada tugas utama dan tugas sendiri. " Begitu tekad saya.

"Bapak merasa cukup seperti sekarang yang Bapak sudah berada?" Begitu kalimat terakhir yang saya dengar dari teman, yang kemudian memang benar-benar saya tinggalkan. Karena saya yakini benar bahwa dikenal bukan menjadi cita-cita dan impian saya.

Jakarta, 7 Oktober 2015.

Waktunya Ekspor

Banyak kritik dan pendapat serta dukungan, tentunya, tentang kondisi ekonomi Indonesia hari ini. Terus terang, saya yang berak di dunia praksis pendidikan tidak melihat pengaruh signifikan situasi dan kondisi tersebut. Karena masukan dan pengeluaran yang ada di budget sekolah selalu dalam rupiah. Tentu berbeda jika di sekolah pendapatannya dalam IDR tetapi pengeluaran sebagiannya dalam USD seperti sekolah-sekolah yang mempekerjakan tenaga pendidik ahli dari asing yang sebagiannya harus dalam USD. Pasti terasa.

Di sekolah swasta seperti dimana saya berada, paling mungkin adalah beberapa kasus yang terjadi di orangtua siswa yang tiba-tiba harus terdampak pada pekerjaannya sehingga berimpas kepada pembayaran uang sekolah. Namun itu pun hanya kasus yang tidak lebih dari 1 persen dari jumlah orangtua siswa yang ada. Alhasil, dampak itu masih tidak terasa.

Dan karena itu, akal saya justru ketonjok ketika ada lontaran pikiran dari pejabat yang berupa komentar untuk menanggapi kondisi mata uang rupiah terhadap dolar Amerika.

A : Nilai tukar USD semakin menguat hari ini terhadap mata uang kita. Tanggapan Bapak?
B : Ini sentimen sementara saja. Fundamental ekonomi kita kuat.
A : Apa langkah instansi Bapak atas situasi ini?
B : Saya kira ini saat yang tepat untuk kita melakukan kegiatan ekspor.

Otak saya langsung ketonjok;

1. Memang komuditas apa saja selama ini yang menjadi ekspor andalan kita?
2. Bukankah untuk makan tempe dan tahu saja kita masih menggunakan bahan baku impor? 
3. Mungkin ngak asap kebakaran lahan dan hutan kita jadi komuditas ekspor?

Jakarta, 7 Oktober 2015.

27 August 2015

"Bapak Mau Beli yang Mana?"

"Bapak mau beli yang rasa apa?" Seorang peserta didik saya mengajukan penawaran atas roti yang ia buat dan jual kepada saya di suatu pagi di kantin sekolah. Waktu itu bertepatan dengan istirahat sekolah. Dan bersama saya ada duduk beberapa teman sekelas anak tersebut.

"Mungkin Bapak akan pesen roti isi fruittella. Hargannya berapa?"
"Dua ribu saja Pak. Bayarnya besok saja Pak"

Saya sendiri terus terang tidak tahu roti seperti apa yang ditawarkan oleh peserta didik kami itu. Tapi dari beberapa varian yang dia sebut dan tawarkan kepada saya, saya memilih pilihan saya itu.

"Kamu mestinya jualannya nanti setalah pekan ulangan selesai." Komentar temannya yang duduk disebelah anak yang menawarkan roti tersebut kepada saya.

"Mengapa?" Tanya saya kepada anak yang memberikan komentar dan nasehat tersebut.
" Ia Pak. Minggu ini kan kita sedang ada pekan ulangan. Jadi kalau tetap jualan nanti jadinya tidak fokus." Jawabnya memberikan argumentasi.

Saya terdiam dan manggut-manggut. Tidak menyangka ada lai peserta didik saya yang memiliki cara berpikir yang berbeda. Melihat itu, saya bersyukur dapat menjadi bagian dari dialog anak-anak pintar tersebut.

Jakarta, 27 Agustus 2015.

25 August 2015

Menjadi bagian Manajemen Sekolah

Pada saat akan bercerita dengan teman-teman yang memang pada posisi Kepala dan Wakil Kepala Sekolah, saya mengajukan beberapa stetmen tentang model kepala sekolah yang menjadi impian kita bersama atau impian kita masing-masing.

Tentunya, saya tidak memberikan kepada teman-teman itu tipe-tipe kepemimpinan yang terdapat dalam buku-buku manajemen atau buku lainnya. Tetapi saya hanya memberikan beberapa hal yang pernah saya dengar, lihat, atau bahkan mungkin saya mengalaminya sendiri.

Seperti beberapa model Kepala Sekolah yang antara lain adalah sebagai berikut:

Satu; Mengemban jabatan dengan mengacu kepada SOP. Teguh dan kadang kaku menjaga penerapan SOP di lapangan. Utamanya yang pernah saya dengar adalah bagaimana Kepala Sekolah secara lurus-lurus saja dalam menerapkan SOP dalam stuasi yang dihadapinya. Dan kerena terlalu disiplin dalam menerapkannya, maka ia menjadi pribadi yang dinilai kaku oleh teman-temannya. 
Dua; Mengemban jabatan dengan kikuk dan ragu. Langkahnya selalu dibayangi ketidak enakan.

Tiga; Mengemban jabatan dengan semangat. Semua ide bagusnya dituangkan semurni dan sekonsekuen mungkin

Empat; Mengemban jabatan dengan menunggu putunjuk atasannya. Selalu butuh dorongan dan inisiasi atas.

Lima; Mengemban jabatan dengan semangat transparansi tanpa tabir. Tidak ada sekat dan koordinat yang dipegang selaku manajemen.

Enam; Mengemban jabatan dengan penuh percaya dori dan cenderung menutup diri. Dengan fokus kepada pengelolaan administrasi.

Tujuh; Mengemban jabatan dengan membagi habis tugas kepada bawahan secara tuntas. Fokusnya menagih tugas yang didistribuaikan.

Lalu yang mana model Kepala Sekolah yang ideal? Ini juga hal-hal baik yang menurut saya menjadi inspirasi bagi kita yang memegang tampuk pimpinan di sekolahan. Hal-hal baik itu antara lain adalah:

Satu; Pintu ruangan yang 'terbuka'

Dua; Mudah diakses

Tiga; Terbuka dan berkoordinat

Empat; 'Menyongsong' sepanjang waktu

Lima; Seperti 'kondektur' bus

Enam; Menembus apa yang tidak tampak di satu langkah di depannya

Tujuh; Mengajak 'touring' karena senang bereksplorasi

Jakarta, 25 Agustus 2015.

Idul Qurban 2015 #2; Menyambung Silarurahim

Model penyebaran daging hewan qurban yang dilakukan oleh teman-teman panitia, sejak dahulu hingga hari ini adalah sarana untuk menyambung silaturahim. Ini tidak lain karena lokasi qurban yang dipilih adalah lokasi yang ada kaitannya dengan teman-teman kami di sekolah. Sebagaimana lokasi yang dipilih pada saat pelaksanaan qurban tahun 2014 lalu di daerah Serang, Banten. Adalah desa dimana salah satu teman kami berasal.

Dan alhamdulillah bahwa kegiatan itu selalu menarik minat kami semua untuk berkunjung dan melihat langsung asal-usul daerah kami. Dan dalam kunjungan awal kami ke Serang tersebut, membuka lembaran baru untuk kami semua dalam mengenal lebih dekat dengan keluarga teman kami berasal tersebut.

Kami bertemu dengan hampir semua tetangga teman saya di masa kecilnya ketika ia masih sering pulang ke kampung halaman bersama kedua orangtuanya. Bertemu dengan tetangganya yang semakin hari semakin susah menjalankan kehidupan bagi mereka yang tidak memiliki pekerjaan tetap.

Begitu pula dengan lokasi lain yang menjadi tujuan pelaksanaan qurban di tahun-tahun sebelumnya. Dan sungguh, saya sendiri yang selalu menyempatkan diri untuk ikut serta dalam kunjungan ke daerah-daerah yang menjadi asal-usul teman kami dan terpilih sebagai lokasi berqurban, selalu menambah perbendaharaan tentang kesusahan hidup dan juga jalinan kekerabatan. Setidaknya saya dapat mengenal secara lebih jauh dengan orangtua dari teman-teman yang daerah asalnya menjadi lokasi berqurban, termasuk sanak familinya. 

Dan itulah yang saya sebut sebagai menyambung silaturahim.

Jakarta, 23 Agustus 2015.

Idul Qurban 2015 #1; Menentukan Lokasi

Agustus 2015 masih berjalan. Tetapi teman-teman saya sudah menyepakati untuk pembentukan panitia Qurban. Dan rapat pertama pun telah digelar pada Jumat, 21 Agustus 2015. Agenda diskusi dalam rapat perdana itu selain kepanitiaan dan harga hewan qurban adalah rencana lokasi pelaksanaan qurban selain lokasi tetap kami di sekolah.

Dan seperti tahun-tahun sebelumnya, panitia qurban di sekolah menyalurkan hewan qurban yang dititipkan peserta didik, di lokasi-lokasi sasaran yang menjadi rekomendasi teman di sekolah. Yang pada tahun ini, kami mempunyai tiga lokasi yang akan menjadi lokasi penyebaran hewan qurban. 

Lokasi-lokasi yang direkomendasikan adalah memang lokasi yang masyarakatnya mayoritas berada di garis kekurangan. Masyarakat yang membutuhkan. Dan lokasi itu harus berada di luar wilayah kota Jakarta. Mengapa? Karena dari pengalaman yang kami punya, masyarakat kurang di luar kota memiliki saya bersyukur yang jauh lebih dahsyat di banding mereka yang tinggal di dalam kota. Dan atas pertimbangan itulah maka kami selalu menjadikan masyarakt yang membutuhkan yang berada di luar Jakarta sebagai sasaran pelaksanaan qurban.

Lokasi-lokasi qurban yang akan menjadi tempat pelaksanaan itu adalah dua lokasi atas rekomendasi teman guru di sekolah, sedang satu lokasi atas rekomendasi orangtua siswa. 

Ketiga lokasi itu masing-masing adalah di Pengalengan, Bandung, Jawa Barat. Yang pernah menjadi lokasi anak-anak SMP kami belajar mandiri tahun 2014 yang lalu. Karena itu maka lokasi ini menjadi lokasi penyambung silaturahim antara keluarga besar SMP kami dengan warga di Pengalengan itu.

Lokasi kedua adalah di wilayah Cikarang, Bekasi, Jawa Barat. Lokasi dimana kampung halaman mantang anggota Satpam sekolah kami. Dimana setelah beliau pensiun dan pulang kampung, menjalankan usaha jual beli bahan bangunan.

Dan lokasi ketiga adalah lokasi yang direkomendasikan oleh orangtua peserta didik dimana kakeknya tinggal. Yaitu di daerah kecamatan Cigombong, Bogor, Jawa Barat.

Jakarta, 23 Agustus 2015.

Kepel, Gayam, Mundu, dan Namnam

Itulah empat tanaman yang sedang menjadi impian saya untuk menanam semuanya entah dimana. Empat pohon yang sekarang sudah jarang dan tidak lagi mudah saya temukan sekalipun saya pulang ke kampung halaman. Dan atas tekad itulah saya berkeinginan untuk menemukan kembali pohon-pohon itu untuk kemudian saya mencoba memiliki tanamanannya.

Pohon kepel yang saya tanam di halaman sekolah berada diantara pohon mangga dan pohon alpukat.
Dan dari empat pohon yang menjadi impian tersebut, kepel menjadi pohon yang paling mudah saya miliki. Ini karena di pekarangan rumah orangtua ada pohon yang telah mampu memberikan buahnya yang harum, yang kemudian biji buahnya menjadi bibit bagi tanaman baru berikutnya.

Oleh karena itulah, maka  saya bersyukur bahwa usaha itu telah berjalan dengan memiliki beberapa pohon kepel, yang sekarang tumbuh dengan baik. Antara lain di sekolah saya sendiri, beberapa bibit yang saya semai juga didonasikan kepada teman dan saudara untuk ditanam menghiasi rumah mereka, dan juga di halaman depan  rumah saya sendiri. 

Akan halnya dengan pohon gayam dan mundu, yang menjadi oleh-oleh saudara dari kampung, masih berada di persemaian dalam poli bag yang ada di sekolah. Rencananya jika bibit itu telah memiliki ketinggian 75 cm, akan segera saya tanam di beberapa lokasi impian saya.

Untuk pohon gayam rencananya saya akan tanam di pinggiran saluran air yang ada di dekat sekolah dan juga pinggiran sungai yang ada di dekat rumah. Dan karena pohon itu nantinya tidak terlalu dapat saya amati sering, untuk itu saya akan mulai tanam jika musim hujan telah datang dan pada usia yang telah cukup. Harapannya agar diawal pertumbuhannya, pohon itu mendapat suplai makanan yang cukup dan terjamin untuk tetap hidup.
10 pohon gayam yang baru saja saya semai di halaman belakang sekolah setelah mendapatkannya dari kampung halaman.

Sedang mundu sendiri, saya harus bersabar. Ini tidak lain karena oleh-oleh yang dibawa dari kampung adalah biji mundunya, sehingga keberadaanya masih di dalam pot persemaian. Meski hari ini menjadi hari ke 20 ia berada di persemaian, tetapi saya belum melihat tunasnya.

Sedang namnam yang awal Juni lalu saya bawa sendiri dari kampung, justru gagal tumbuh. Namun di perjalanan saya ke kampung halaman pada bulan-bulan ke depan, berharap untuk dapat segera menyemai dan memiliki tanamannya. Semoga.

Jakarta, 22 Agustus 2015.

Oleh-Oleh Pohon dari Kampung

Memang menjadi kebiasaan yang tidak biasa dari oleh-oleh yang dibawa adik dari kampung untuk saya ketika mereka kembali ke Jakarta di saat musim mudik Idul Fitri tahun 2015 ini. Pasti juga ada oleh-oleh normal yang disampaikan kepada saya seperti klanting, gula jawa, dan juga rengginang. Tetapi oleh-oleh luar biasa itu yang menjadi fokus saya berikutnya. Itu adalah tunas pohon gayam yang sepertinya dicabut dari tanah dan disimpan ke dalam plastik yang terlebih dahulu diberi tanah untuk menyimpan air.

Ini karena oleh-oleh adik itu membutuhkan penanganan dan perawatan. Itu karena keberadaannya telah lebih kurang satu pekan sejak ia dicabut dari ekosistemnya. Untuk kemudian sampai ke tangan saya yang kebetulan tidak ikut serta pulang ke kampung di pekan berikutnya. Sehingga ada jarak waktu yang membuat tuna-tunas pohon itu tidak begitu segar lagi. Dan saya berencana untuk menyemainya terlebih dahulu di plastik hitam di halaman belakang sekolah.

Oleh karenanya ketika hari pertama saya masuk sekolah seusai cuti bersama di masa lebaran lalu. Karena usia tunas-tunas tidak lebih dari 4 bulanan, saya segera menyipakan sarana menyemai. Jga memberikan informasi yang cukup kepada teman saya yang kebetulan adalah pemeliharan wilayah belakang sekolah.



Itulah sepuluh pohon gayam yang menjadi oleh-oleh istimewa yang saya dapat dari kampung halaman. Pohon-pohon gayam itu sudah tampak mengering ketika wahana tanah dalam poli bag saya siapkan. Tetapi saya optimis bahwa daya tahan pohon itu yang tidak akan menyebabkan mudah mati. Meski demikian, saya harus melakukan  pemeliharaan yang cermat hingga  nanti besar dengan tinggi lebih kurang satu meter.

Ada rencana saya untuk menanam pohon-pohon gayam yang saya rawat di halaman belakang sekolah ini nantinya di lokasi pinggir kali sebelah sekolah yang terlihat apa adanya. Untuk rencana itulah maka saya harus memastikan pohon-pohon tersebut tahan banting. Semoga.

Jakarta-Bandung, 22-25 Agustus 2015.

14 August 2015

Percakapan di TPSS yang Ditutup

Hari Kamis kemarin, saya berkesempatan menerima seseorang dengan seorang bapak diusia 30-an, dengan  perawakan khas Indonesia, yang mengendari sedan warna hitam. Kami bertemu di lokasi Tempat Pembuangan Sampah Sementara yang terletak di sebuah jalur hijau di wilayah Pulogadung. Saat itu pukul 10.00-an.

Keperluan saya di lokasi tersebut tidak lain adalah untuk melakukan pemasangan spanduk himbauan tidak membuang sampah, yang diusulkan oleh teman persis di lokasi TPSS tersebut. Saya berada di situ bersama lima orang teman yang memiliki keahlian pertukangan.

Bapak : Pembuangan sampah ini ditutup? (katanya dengan kedua tangan berada di pinggang)
Saya    : Betul Pak. Ditutup.
Bapak : Terus warga membuang sampahnya dimana?
Saya   : Maaf, saya tidak tahu.
Bapak : Mengapa ditutup tanpa pemberitahuan?
Saya   : Pak, penutupan lokasi buang sampah ini oleh pihak kelurahan. Jadi komunikasi saja ke kelurahan.
Bapak : Warga protes karena susah buang sampah.
Saya   : Tolong komunikasi ke kelurahan atau ketua RT Bapak.
Bapak : Saya ketua RT 10.

Setelah merasa cukup menemani teman-teman yang bekerja, saya menyeberang jalan untuk duduk bersama tukang ojek dan pedagang yang ada di dekat lokasi TPSS tersebut.

Ojek : Siapa yang ngomong sama Bapak sambil kacak pinggang. Songong banget.
Saya : Katanya ketua RT 10.
Ojek : Urusan apa dengan Bapak?
Saya : Protes kalau tempat pembuangan sampahnya ditutup.
Ojek : Matanya buta atau buta huruf? Kan bisa baca spanduknya?

Beberapa menit kemudian, datang Pak Lurah meninjau lokasi pemasangan spanduk tersebut. dari halte, saya memanggil Pak Lurah. Kami ngeriung di halte.

Ojek   : Barusan ada yang protes Pak dari warga ke Pak ini dengan gaya angkuh.
Lurah : Lempar saja ke saya kalau ada yang protes. Orang mana?
Saya  : Ngakunya ketua RT 10.
Lurah : Bohong. Saya akan telpon kalau memang ketua RT 10...

Jakarta, 14 Agustus 2015.

11 August 2015

Izin Kerja itu Bernama, Pemberkasan!

Inilah yang mungkin menjadi bagian dari keluh kesah beberapa teman Kepala Sekolah atau guru piket di sekolah yang kebetulan memiliki guru dengan status Guru Bantu atau juga Guru Profesional. Yaitu seringnya teman-teman itu secara rutin dan terus menerus untuk meminta izin keluar sekolah di waktu kerja, dimana para peserta didiknya masih berada di sekolah karena alasan pemberkasan.

Mudah-mudahan untuk beban teman-teman yang diakibatkan karena adanya pemberkasan dari teman-teman yang lain pada saat pengurusan Guru Bantu akan segera berakhir. Sebagaimana yang tertulis di koran ketika Bapak Menteri PAN bertemu Bapak Gubernur DKI Jakarta beberapa waktu lalu guna membicarakan status guru bantu yang ada di Provinsi DKI Jakarta yag masih menggantung dan akan segera dituntaskan. 

Namun demikian, untuk teman-teman di sekolah yang memiliki guru sertifikasi, maka izin pemberkasan nampaknya akan menjadi kegiatan rutin teman-teman tersebut pertigabulanan. Sebagaimana irama turunnya dana APBN untuk tunjangan sertifikasi guru. 

Lalu, apakah sebenarnya yang menjadi agenda dalam pemberkasan tersebut setelah file dalam bentuk soft copy nya yang di up date sekolah melalui web berlangsung? Juga apa sesungguhnya yang menjadi urgensi dalam pemberkasan yang berisi data aau file guru yang bersangkutan dalam bentuk hard copy?

Allahu a'lam bi shawab. Tidak jelas tahu. Tetapi setidaknya saya dapat menduga bahwa aktivitas pemberkasan yang dilakukan pemerintah secra rutin tersebut tidak lain adalah untuk selalu mebuat data guru up date sepanjang masa. Dan ini adalah langkah bagus. Karena ini sebagai bagian dari upaya pemerintah akan adanya data yang out of date.

Meski juga harus diakui bahwa jam pelajaran kosong atau jam pelajaran di kelas yang diisi oleh guru piket karena jam pelajaran tersebut ditinggal oleh guru mata pelajarannya untuk melakukan pemberkasan masih akan berlangsung. Dan ini sesungguhnya menjadi jam pelajaran yang tidak akan efektif serta berkualitas.

Tetapi demi tujuan data yang selalu up date, maka nampaknya kegiatan pemberkasan akan tetap berlangsung di masa yang akan datang? Nampaknya.

Jakarta, 11 Agustus 2015.

10 August 2015

Rekrut Guru #13; Mengkomunikasikan Potensi

Dari beberapa guru baru yang baru saja kami rekrut, beberapa diantaranya memiliki minat dan kecenderungan yang luar biasa kepada dunia pendidikan yang baru saja digelutinya. Setidaknya ini saya sendiri melihatnya dari tata krama yang ditampilkan di ranah sosial pergaulan kami sehari-hari di sekolah atau ketika saya sendiri melihatnya pada saat di hadapan peserta didiknya di dalam kelas. 

Menggunakan bahasa dan pilihan kata yang apik serta santun di depan kelas ketika anak-anak sedang asyik menyimak dan melakukan kegiatan bersamanya. Dan juga ketika ia mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tidak sekedar menggali informasi dari peserta didiknya pada tataran berfikir tingkat rendah. 

Juga cerdas ketika menyampaikan keraguan, tanggapan, masukan, dan juga rasa ketidaksetujuannya. Tetapi tetap tajam dalam mengeksplorasi apa yang menjadi pemikiran dan masukan serta kritik. 

Dan pada kurun waktu tertentu, saya harus menyampaikan kepadanya tentang persepsi dan asumsi saya terhadap apa yang telah dia atau mereka tampilkan selama ini. Saya berharap bila apa yang saya sampaikan tersebut, adalah bentuk dorongan dan komunikasi tentang potensi yang ada di dalam dirinya.

Saya dalam beberapa kata yang saya sampaikan itu, terselip pula harapan terbesar saya kepada dia atau mereka untuk menjadi bagian penting bagi masa depan sekolah kami. Tentunya yang berkaitan sekali dengan apa yang disebut orang banyak sebagai daya saing.

Ya, kalimat yang saya sampaikan lebih kurangnya tentang bagaimana dia atau mereka terus menggali icon dan mercusuar yang tinggi yang menjadi sisi keunggulan bagi sekolah di masa yang akan datang. Ini agar kami tidak tertinggal yang kemudian menjadi ditinggalkan. Karena harus kami sadari bahwa kami adalah lembaga pendidikan swasta yang keberlangsungan hidupnya berangkat dari kekuatan bersaing di sepanjang masa. 

Dan itu, sangat erat sekali hubungannya dengan komponen guru yang berpotensi dan sadar mengembangkan potensi diri yang menjadi anugerah bagi dia atau mereka. Semoga.

Jakarta, 10 Agustus 2015.

12 July 2015

Rekrut Guru #12; Pembinaan Guru

Dalam kurun waktu tertentu, kepada guru-guru yang belum memenuhi syarat untuk menjadi guru tetap, atau pada masa dimana guru baru baru saja bergabung dengan sebuah lembaga pendidikan, khususnya di lembaga pendidikan swasta, adalah masa dimana kami sebagai bagian dari penjaga gawang sekolah akan benar-benar memberikan pantauan dan bantuan kepada mereka. 

Pantauan itu berupa manitoring terhadap kinerja teman baru tersebut. Dan tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memastikan teman baru dapat melakukan aktivitas sebagaimana yang semestinya kami lakukan. Kami menginginkan agar teman baru itu segera mampu mencapai apa yang menjadi standar kami.

Sedang bantuan yang kami lakukan berupa asistensi dan fasilitasi kepada mereka, teman baru tersebut, bila membutuhkan untuk mencapai standar yang kami inginkan bersama. Dan pada level inilah kita mendapati teman-teman yang memang banyak membutuhkan sesuatu meski juga ada teman yang out standing dalam melakukan unjuk kerja di lembaga batunya.

Juga ada teman baru yang sepertinya harus terseok-seok ketika untuk mencapai standar yang diinginkan, dan kepada merekalah yang sering menjadi fokus pembinaan bagi manajemen sekolah. 

Apa yang kami lakukan dengan pembinaan bersama teman baru itu adalah diskusi tentang standarisasi mengajar dan profesionalisme bekerja di tempat kami, dialog dengan mereka sesering dan intensif mungkin, serta yang tidak kalah pentingnya adalah mengajak teman kami yang bisa menjadi teladan untuk dapat memberikan kesempatan kepada teman baru mengobservasi kelasnya. 

Dan berbeda lagi jika fokus pembinaan guru yang kami jalani ada pada ranah disiplin, seperti keterlambatan pada jam datang ke sekolah atau mengajar di kelas. Juga tentunya pada domain karakter.

Dan masa teman baru tersebut masih dalam proses memasuki kebersamaan dengan kami di awal masa bergabung itu menjadi bagian penting dalam menemukan teman-teman yang berkualitas.

Jakarta, 12 Juli 2015.

Rekrut Guru #11; Pemberkasan Guru Bantu

Kabar tentang akan diangkatnya teman-teman yang berstatus Guru Bantu, yaitu guru - guru yang mengajar di sekolah swasta, menjadi guru PNS atau CPNS hari - hari menjelang Idul Fitri ini santer. Dan nampaknya tahun ini pemberkasan (lagi) yang dilakukan oleh teman-teman itu benar-benar untuk pengangkatan status mereka yang telah mereka sandang sejak tahun 2003 yang lalu. 

Dan berita itu memang santer dan nyaris menjadi kenyataan manakala seorang menteri dari Kabinet Kerja Kerja Kerja bertemu seorang Gubernur yang memiliki jumlah guru bantu paling banyak di Indonesia. Sebagaimana yang menjadi berita di koran cetak dan on line di pertengahan pekan lalu. Semoga ini memang akan menjadi kenyataan. Sebagaimana yang menjadi harapan bagi sebagian besar teman-teman itu.

Bagaimana dengan kami yang menjadi penjaga gawang di sekolah swasta yang mendengar berita ini? Untuk saya sendiri yang memiliki 8 guru bantu dan ada 6 guru bantu yang melakukan pemberkasan, berbahagia juga dengan berita tersebut. Karena selain tunjangan guru bantu yang mereka terima di pertiga bulanan, dengan perubahan status menjadi PNS maka mereka akan benar-benar menjadi pegawai yang menerima gaji disetiap bulannya? Dan bukankah ini juga yang menjadi impian sebagian besar mereka ketika menjalani tes guru bantu?

Meski juga, kami yang ada di bawah gawang ini, diliputi dengan kekawatiran jika September ini teman-teman tersebut harus meninggalkan sekolah menuju lokasi tugas yang tertera didalam SK yang akan mereka terima. Dan itu artinya kami harus mampu menemukan pengganti mereka dalam waktu yang pasti tidak banyak waktu.

Tapi setidaknya karena berita tentang guru bantu ini telah kami dengar bersama, maka usaha kami tidak ada yang lain selain mencoba menghubungi teman dan kolega yang memiliki sahabat atau tetangga atau mungkin temannya sendiri yang siap menjadi bagian dari kami ketika teman-teman kami yang pemberkasan guru bantu tersebut menerima SK. Semoga.

Jakarta, 12 Juli 2015.

28 June 2015

Ramadan Tanpa Siswa

Pada akhir tahun pelajaran ini, 2014/2015, hingga awal tahun pelajaran baru nanti, 2015/2016 di akhir bulan Juli 2015, bertepatan dengan masa awal hingga akhir Ramadan 1436 H. Dengan itulah maka kami sempat ragu bagaimana mengalokasikan libur akhir dan awal tahun pelajaran. Sebelum akhirnya kami memutuskan dua waktu libur tersebut kami gabungkan. 

Dan itulah maka ketika para peserta didik liburan sekolah di sepanjang Ramadhan ini, kami para pendidik di sekolah mengikuti pelatihan dan mengerjakan persiapan tahun pelajaran depan lebih awal dan lebih panjang tanpa ada kehadiran peserta didik.

Ini menjadi hal yang sungguh berbeda dan canggung. Karena lumrahnya Ramadhan, kami selalu menjalaninya bersama peserta didik dengan kegiatan amaliah Ramadhannya. Namun sungguh, tahun ini peserta didik kami sepenuhnya libur disepanjang Ramadhan. Dan ini adalah suasana untuk kali pertama sepanjang saya bergabung kembali dengan sekolah yang berbasis Islam di tahun 2004 lalu.

Selain itu, inilah liburan sekolah terpanjang dalam.kurun waktu 10 tahun terakhir yang saya alami.

Jakarta, 28 Juni 2015.

Rekrut Guru #10; Evaluasi Kontrak

Inilah sebuah hal yang harus saya dapatkan dari penanggungjawab unit sekolah yang ada di lingkungan lembaga kami. Yaitu serangkaian informasi berkenaan dengan hasil kinerja bagi teman-teman yang masa kontrak kerja harus disimpulkan. 

Masa ini merupakan masa yang harus kami lakukan secara detil dan teliti terutama untuk menstandarisasi bagi anggota baru di sekolah. Ini menjadi hal penting karena kami menyadari bahwa kualitas individu dari teman-teman, merupakan modal besar bagi keberlanjutan pengembangan bagi lembaga kami sebagai sekolah swasta.

Karena kami sadar sekali bahwa kualitas individu adalah bentuk pengembangan daya saing lembaga. Kami tidak mungkin menyandarkan bahwa daya saing lembaga berangkat dari fasilitas yang kami miliki. 

Oleh karena itulah maka evaluasi yang teman- teman Kepala Sekolah di unit sekolah yang ada. Dan semakin baik dan berkualitas evaluasi yang kami lakukan, maka itu dapat menjadi jaminan bagi sebuah sosok guru yang berkualitas. Semoga.

Jakarta, 28 Juni 2015.

Rekrut Guru #9; Habis Kontrak

Di sekolah saya, masa kontrak yang berdurasi satu tahun adalah sebuah masa bagi teman-teman di unit sekolah untuk memberikan masukan kepada mereka dalam membuat kesimpulan bagi teman yang dalam masa kontrak tersebut. Kesimpulan tersebut bermakna bagi kami apakah masa kontrak tersebut kami akan sudahi, yang berarti masa kontrak tidak kami tingkatkan menjadi tetap.

Dan kesimpulan tersebut selalu saya ingatkan kepada penanggungjawab unit sekolah secara reguler. Sejak mereka di triwulan pertama hingga ketiga. Ini agar teman dalam masa kontrak juga mempersiapkan diri dalam membentuk pola kerja dan persyaratan kerja yang kami standarkan terinternalisasi pada diri mereka. 

Kami akan segera informasikan sisi mana yang membutuhkan perhatian teman tersebut agar persyaratan yang kami inginkan tercapai. Namun jika semua sisi dari apa yang kami angankan dan ekspektasikan terwujud dalam masa satu tahun di masa kontrak tersebut, maka kami akan segera menawarkan status baru setelah masa kontrak mereka habis.

Jakarta, 28 Juni 2015.