Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

25 August 2015

Kepel, Gayam, Mundu, dan Namnam

Itulah empat tanaman yang sedang menjadi impian saya untuk menanam semuanya entah dimana. Empat pohon yang sekarang sudah jarang dan tidak lagi mudah saya temukan sekalipun saya pulang ke kampung halaman. Dan atas tekad itulah saya berkeinginan untuk menemukan kembali pohon-pohon itu untuk kemudian saya mencoba memiliki tanamanannya.

Pohon kepel yang saya tanam di halaman sekolah berada diantara pohon mangga dan pohon alpukat.
Dan dari empat pohon yang menjadi impian tersebut, kepel menjadi pohon yang paling mudah saya miliki. Ini karena di pekarangan rumah orangtua ada pohon yang telah mampu memberikan buahnya yang harum, yang kemudian biji buahnya menjadi bibit bagi tanaman baru berikutnya.

Oleh karena itulah, maka  saya bersyukur bahwa usaha itu telah berjalan dengan memiliki beberapa pohon kepel, yang sekarang tumbuh dengan baik. Antara lain di sekolah saya sendiri, beberapa bibit yang saya semai juga didonasikan kepada teman dan saudara untuk ditanam menghiasi rumah mereka, dan juga di halaman depan  rumah saya sendiri. 

Akan halnya dengan pohon gayam dan mundu, yang menjadi oleh-oleh saudara dari kampung, masih berada di persemaian dalam poli bag yang ada di sekolah. Rencananya jika bibit itu telah memiliki ketinggian 75 cm, akan segera saya tanam di beberapa lokasi impian saya.

Untuk pohon gayam rencananya saya akan tanam di pinggiran saluran air yang ada di dekat sekolah dan juga pinggiran sungai yang ada di dekat rumah. Dan karena pohon itu nantinya tidak terlalu dapat saya amati sering, untuk itu saya akan mulai tanam jika musim hujan telah datang dan pada usia yang telah cukup. Harapannya agar diawal pertumbuhannya, pohon itu mendapat suplai makanan yang cukup dan terjamin untuk tetap hidup.
10 pohon gayam yang baru saja saya semai di halaman belakang sekolah setelah mendapatkannya dari kampung halaman.

Sedang mundu sendiri, saya harus bersabar. Ini tidak lain karena oleh-oleh yang dibawa dari kampung adalah biji mundunya, sehingga keberadaanya masih di dalam pot persemaian. Meski hari ini menjadi hari ke 20 ia berada di persemaian, tetapi saya belum melihat tunasnya.

Sedang namnam yang awal Juni lalu saya bawa sendiri dari kampung, justru gagal tumbuh. Namun di perjalanan saya ke kampung halaman pada bulan-bulan ke depan, berharap untuk dapat segera menyemai dan memiliki tanamannya. Semoga.

Jakarta, 22 Agustus 2015.

No comments: