Menyusuri jalan lingkar yang satu ini menjadi rutinitas bagi saya dan keluarga saat kami harus mengunjungi keluarga yang ada di Purworejo atau juga di Sleman, Yogyakarta. Jalur ini saya pilih untuk berbagi dengan warga yang ada dan sedang di Pasar Ambarawa itu. Sehingga perjalanan saya akan lebih lancar dan relatif cepat meski harus memutar dan menambah jarak tempuh.
Saat saya kembali ke Jakarta, maka Gunung Merapi di sebelah kanan saya akan selalu terlihat disaat cuaca cerah di siang hari itu ketika melintas jalan lingkar luar kota Ambarawa (Sabtu,05 April 2025 pukul 08.30).
Berada diseberang yang jauh dari Rawa Pening. Sementara di seberang jalan yang saya lintasi ada benteng peninggalan perang.
Apakah ada hubungan dengan keberadaan kereta api yang stasiunnya menjadi Museum Kereta Api Ambarawa? Pertanyaan ini menjadi penting saat saya teringat dengan teks sejarah di buku yang saya baca.
Seperti yang ditulis Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya Api Islam Jilid 1 halaman 224; "Kereta api menurut teori daratan dari MC Kinder, tidak hanya berfungsi sebagai alat transformasi ekonomi, melainkan lebih difungsikan sebagai Benteng Stelsel. Artinya fungsi utamanya sebagai penunjang mobilitas gerakan operasi serdadu Belanda dalam upaya mempersempit ruang gerak perlawanan Ulama dan Santri."
Itulah kenangan yang ada dalam benak saya manakala melintas di Jalan Lingkar Ambarawa...
No comments:
Post a Comment