Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

24 February 2024

Teman Haji

Foto bersama di depan Masjid Al Ghumamah, Madinah pada hari Rabu, 7 Juni 2023 bertepatan dengan 18 Dzulqoidah 1444 H













Periode 10 hari di Madinah sebagai sepertiga durasi pertama saya dalam perjalanan haji di tahun 2023 adalah perkenalan dan pendalaman terhadap masing-masing jamaah. Kami saling bercengkerama untuk saling lebih menganal. Dan di waktu-waktu inilah kami menemukan teman yang langsung enak untuk bertukar cerita. 

Saya membagi waktu menjadi tiga (3) bagian dalam 30 hari perjalanan haji kami. Sepertiga pertama adalah 10 hari di Madinah, sepertiga kedua kami berada di Mekkah, dan sepertiga terakhir sebagai durasi terakhir, kami berada di Aziziyah.

Dalam sepertiga durasi ketiga ini saya mengenal pertama kali dengan Haji Afrizal yang berasal dari Wonosobo, Jawa Tengah. Perkenalan di awali di saat kami masih berkumpul di terminal 3, Soekarno-Hatta. Saat dimana saya ingin tahu apa yang menjadi isi buku panduan haji yang Pak H Afrizal sedang baca. Hal ini karena kami yang rombongan dari Jakarta belum mendapatkan pembagian buku tersebut.

Dari awal inilah kemudian saya berkenalan dengan Pak Haji Afrizal dan istri yang sehari-harinya di Wonosobo berprofesi sebagai juragan ayam potong dengan omset berkuintal-kuintal setiap harinya. Sesuatu yang tidak dapat saya membayangkannya bagaimana sibuknya beliau sehari-hari dengan pekerjaannya. Seorang yang humoris, bahkan beliau menyebut diri sebagai Haji Ayam Potong. Alhamdulillah.

Perkenalan berikut adalah sesaat kami bersama-sama atau bahkan berduyun-duyun menuju toilet begitu keluar dari pesawat di Bandara Jeddah. Dimana hanya tersedia 2 kamar toilet dan 1 urinoir. Anehnya, ketika kami sedang  khitmad antri itu, datang seorang kakek yang benar-benar telah sepuh namun dengan aktivitas fisik yang amat prima, merangsek keluar antrian yang tiba-tiba langsung menuju orinoir yang sedang di gunakan teman. Dalam hati saya berguman; "Wah-wah, meski dalam kafilah jamaah haji plus, tetap ada perilaku tidak santun."

Belakangan waktu, saya baru mengetahui bahwa teman saya yang sedang di urinoir dan yang di desak untuk menyingkir dari tempatnya hajat yang belum tuntas itu, seorang yang sabar dan santuy, yang adalah teman satu kamar saya. Sementara kakek yang menyodok antrian itu adalah Atuk, yang merupakan juragan kopra di daerak Komring, Sumatera Selatan, yang memang tidak mampu menahan hajat kecilnya.

Juga berkenalan dengan teman dalam satu rombongan haji adalah pada saat kami berada dalam perjalanan Jeddah menuju Madinah. Dimana pada saat itu saya memilih tempat duduk baris kiri paling depan di deck atas bus tingkat. Pada saat itu saya sudah mengenakan gelang haji yang saya pasang di pergelangan tangan kanan saya.

Saat di perjalanan di gerbang keluar kota Jeddah, pada saat saya sedang membetulkan posisi gelang yang belum sempurna erat melingkar, teman yang duduk di bangku sebelah kanan, membuka percakapan dan sekaligus menawarkan bantuan untuk 'mengunci' gelang haji saya. Saya memang kesulitan menguncinya mengingat kerasnya gelang yang terbuat dari logam tersebut.

Dari sinilah akhirnya saya mengenalkan diri dan sekaligus terbuka percakapan-percakapan yang mengalir dan enak. Kami saling berbagi kisah. Beliau berhaji bersama istrinya. Sementara kedua orangtuanya berhaji juga namun bersama travel yang lain. Beliau orang muda yang telah berhasil membangun usahanya dengan modal awal pinjaman dari ayahnya berupa 2 ekor sapi di Surabaya. Kisahnya menjadi inspirasi buat saya. Keren.

Sementara teman-teman awal saya yang lain adalah tiga orang berikutnya yang kebetulan merupakan teman satu kamar. Yang selalu dalam satu kamar selama kami berada di prosesi haji 2023 sepanjang 30 hari. teman yang sekarang ini saya merasakan sebagai sahabat sekaligus saudara.

Mereka adalah para pekerja keras. Yang dari Surabaya merupakan pengusaha mandiri yang mempunyai prinsip anti berhutang, yang juga merupakan orang yang disodok saat sedang melaksanakan hajat kecilnya di toilet Bandara Jeddah. Satunya juga sebagai pengusaha yang usianya belum ada 30 tahun asal Kota Bekasi, dan yang paling senior di kamar kami adalah sesepuh kami yang telah berusia 75 tahun, yang sudah malang melintang membuka usaha toko, yang sekarang toko-tokonya diteruskan oleh anak-anaknya.

Sementara sahabat lainnya yang saya temui adalah orang-orang baik yang memiliki cerita kehidupan yang menarik untuk saya simak dan jadikan inspirasi, petunjuk perjalanan hidup. Diantaranya adalah yang bernama Pak Haji Jon, yang sebenarnya dipanggil dengan ejaan baru menjadi Yon, yang asli Sumatera Barat, yang tinggal sendirian di daerah Cinere, Depok, Jawa Barat. Seorang gagah alumni akuntan. 

Tentu bukan itu saja yang sudah mampu saya kenal ketika keberadaan kami selama 10 hari periode atau siklus sepuluh hari di kota Madinah. Masih ada beberapa. Ini karena dalam rombongan kami terdapat 150 jamaah. Jadi tidak ada yang tidak saya syukuri atas nikmat yang telah Allah Swt anugerahkan kepada kami. Alhamdulillah.

Jakarta, 24 Februari 2024

No comments: