Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

13 June 2014

Pentas SD 2014

Buku Pentas yang alhamdulillah terus menuju perbaikan.
Untuk kesekian kalinya, saya menghadiri sebuah pementasan karya guru dengan pemeran 450 siswa di jenjang SD dimana saya berada di dalamnya. Dan selalu, dalam setiap pentas yang ada itu, kegembiraan dan kebahagiaan menyelimuti sanubari dan pikiran saya. Inilah sebuah pentas yang melibatkan seluruh potensi kepintaran dari para guru-guru dan seluruh siswanya.

Dan yang menjadi puncak tema dalam cerita pentas kali ini adalah kesedihan. Benar-benar kesedihan yang sesungguhnya. Karena itu, tidak malulah kalau saya harus mengeluarkan saputangan dan membuka kacamata, untuk mengusap sekering-keringnya airmata yang benar-benar mengucur karena sahdunya cerita yang ada di akhir tema itu.

Ini mungkin sebagai salah satu pembeda diantara cerita pentas yang selama ini guru-guru rancang dan para siswa suguhkan. Karena sebelum ini, cerita selalu berakhir dengan bahagia. Tetapi bukan berarti bahwa cerita dari pentas kali ini hanya berujung kepada kesedihan saja, tidak juga. Karena dari kesedihan yang berupa kematian ayahanda sang tokoh utama dalam cerita, Zen, justru pada titik dimana Zen sendiri sedang berada pada titik keberhasilan yang sangat membanggakan. Maka tidak salah jika saya menangis mengikuti cerita tersebut karena terharu.

Beginilah gambaran pentas yang saya ambil fotonya;
Sebuah atraksi peyambutan di pintu masuk utama gedung.
Acara pentas benar-benar baru dimulai. Tampak beberapa orangtua siswa sedang bersiap menyaksikan pertunjukkan.

Apa pelajaran buat saya sendiri dari sebuah kagiatan tahunan kali ini? Tidak lain adalah kebanggaan buat teman-teman saya yang masih berusia diantaranya 30an itu. Mereka begitu antusias menyingsong kegiatan tahunan ini dengan begitu semangat. Semangat untuk mengeksplorasi satu sama yang lainnya. Karena kegiatan ini selalu dilaksanakan dalam satu tim dan bukan dalam perorangan.

Saya belajar juga bagaimana teman-teman guru itu bernegosiasi untuk membuat alur sebuah cerita yang manarik dan berbeda. Menarik dengan memperhatikan prediksi pergerakan emosi penonton atas suguhan yang mereka tampilkan nantinya. Prediksi ini kadang menjadi masukan yang bagus sebuah penyusunan skenario.

Juga yang berbeda. Setidaknya berbeda dengan tema cerita yang sebelum-sebelumnya ada. Dan jika memungkinkan berbeda juga dengan alur berpikir kami sebagai penonton kebanyakan. Dan karena negosiasi, maka dalam komite itu akan tampak  karakter teman-teman secara vulgar. Dan ini juga menjadi wahana belajar luar biasa. Inilah kaderisasi kepemimpinan secara alami menurut saya. Dan semoga proses inilah yang menadikan kami selalu berpikir dan berjuang untuk selalu mendapatkan yang lebih baik secara terus menerus berkelanjutan.

Jakarta, 13.06.2014.

No comments: