Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

11 February 2013

Telur Asin Brebes

Pada setiap pulang kampung atau ketikia kembali ke Jakarta setelah usai mudik, jika melalui jalur utara, maka telur asin asli Brebes akan menjadi oleh-oleh wajib yang akan masuk daftar beli. Mengapa? Karena selain rasanya yang gurih, ketika telur itu  saya belah, maka tampak kuning telur yang masir, yang membangkitkan selera untuk melahapnya. Itulah alasan saya mengapa harus membeli telur asin Brebes ini sebagai oleh-oleh. Baik ketika ke Yogyakarta, yang berarti oleh-oleh bagi keluarga yang ada di kampung halaman, atau juga ketika kembali ke Jakarta.

Meski saya tidak pernah membeli telur asin Brebes itu di kota Brebesnya. Mengingat  rute perjalanan saya ketika keluar TOL Bakrie di Pejagan, saya selalu mengambil jalur ke kanan menuju Prupuk untuk kemudian lanjut ke Purwokerto, Banyumas. Sehingga lokasi telur asin yang saya akan sambangi adalah kios telur asing yang berada di pinggir jalan sepanjang darah Ketanggungan.

Normalnya, saya akan berada di daerah ini bertepatan dengan makan siang. Nah ketika keluarga sedang menyantap siang itulah, saya menyempatkan diri untuk pergi berbelanja telur asin itu.

Namun kebiasaan ini harus pupus manakala rombongan yang bersama saya saat mudik itu memilih jalur atau rute selatan, yang menurut anggota sebagai variasi, atau bahkan untuk menemukan nikmatnya nasi liwet campur ikan asin di rute ini. 

Kenangan Bersama Teman

Ada kenangan yang sedikit menarik untuk menjadi testimoni dalam catatan saya ini. Ini bertepatan dengan acara kantor kami yang kadang melakukan kegiatan trip ke luar kota. Dan salah satu destinasi adalah Purwokerto. Maka ketika perjalanan melalui daerah Ketangungan, Brebes ini, rombongan sepakat untuk behenti sejenak guna membeli oleh-oleh telur asin. Dan dari seluruh peserta, ada seorang yang merasa heran mengapa teman-teman anggota rombongan yang lain begitu semangat untuk turun dan membeli telur asin. Dipikirnya, telur asin yang akan mereka beli pasti tidak ada bedanya ketika ia membelinya di pasar tradisional di Jakarta. Oleh karenanya, ketika bus berhenti dan hampir semua rombongan membeli dengan satuan lebih dari 30 butir, ia merasa cukup membeli 10 butir. Sedang saya sendiri saat itu membeli lebih kurang 100 butir. Ini karena saya memiliki keluarga relatif besar di Jakarta. Maka dengan jumlah itu, saya pikir semua anggota keluarga saya akan ikut serta merasakan telur asin Brebes itu.

Dan ketika bus bergerak di jalan TOL menuju Cirebon, saya mengambil beberapa telur asin yang saya beli untuk saya berikan kepada bebera teman yang ingin mencobanya. Salah satu yang saya beri adalah sahabat saya yang hanya membeli 10 butir telur asin tersebut. Benar saja. Ketika ia mencoba telur asin itu, kontan ia berkomentar: "O..., enak sekali ya telurnya, aduh saya ngak tahu. Sayang ya, saya cuma membeli 10 butir!" Ujarnya dengan nada penuh kecewa.

Lusa harinya, ketika kami bertemu, saya bertanya dengannya tentang telur asin yang dibelinya:
"Bagaimana nasib telur asinmu?" Tanya saya.
"Ya karena saya hanya membeli 10 butir dan ternyata saya baru tahu kalau enak sekali, jadi semua untuk saya Pak. Saudara saya beri oleh-oleh yang lain." Katanya.

Jakarta, 11 Februari 2013.

No comments: