Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

14 February 2013

Memberinya Tantangan, Meski Saya Berkorban

Dalam setiap anak pulang sekolah, tidak semua anak-anak itu langsung mennggalkan sekolahnya. Terutama sekali di lapangan yang satu-satunya kami punya. Di tempat itulah mereka menunggu jemputan atau sekedar melepas beban sebelum mereka kembali ke rumah masing-masing. Akibatnya, beberapa penjemput yang telah siap untuk menjemputnya harus rela meunggu barang lima belas hingga tiga puluh menit.Dan waktu sebanyak itu, akan anak-anak gunakan dengan bermain futsal. 

Maka dapat dibayangkan ada berapa bola di lapangan itu. Masing-masing kelompok membawa bola dan memainkannya bersama-sama di lapangan yang tidak luas itu. Dan karena ada beberapa bola, maka sulit bagi saya yang kebetulan ada di lapangan itu untuk mengontrol arah bola. Mengapa saya peduli dengan arah bola yang sedang anak-anak perebutkan tersebut? Ini karena jika arah bola tidak terkontrol, maka sulit dihindari akan terjadinya anak atau orang yang sedang tidak bermain bola tersebut terkena benturan bola.

Untuk itulah, maka ketika saya berada di luar ruangan, selalui menggantungkan peluit bersamaan dengan kunci-kunci ruangan yang saya miliki. Dengan peluit itu, saya memanggil anak-anak atau sekedar meminta perhatian. Dan yang paling utama, dalam kondisi riuh di lapangan dengan anak-anak yang bermain futsal tersebut, peluit akan menjadi senjata bagi saya untuk mengajak mereka melakukan pertandingan antar kelompok yang ada. Dan itu artinya, saya akan menjadi wasitnya.

Dengan memberikan tantangan bermain futsal bagi kelompok-kelompok yang sedang bermain di lapangan tersebut, maka sesungguhnya saya sedang mengontrol arah bola. Bukankah itu berarti lapangan hanya dapat digunakan untuk sebuah permainan futsal? Dan bukankah itu berarti bahwabola yang akan diperebutkan cukup hanya satu bola? Strategi inilah yang akhirnya menjadi solusi saya untuk menghindari korban dari laju bola yang tidak terarah.

Tantangan itu, membuat mereka jauh lebh tertib dalam mengarahkan laju bola. Anak-anak juga akan menjadi lebih tertib dan bersaing. Juga akan mejadikan mereka untuk saling bergantian dalam menggunakan lapangan dengan labih bermanfaat. Dan bahkan, dengan seperti ini, yang masing-masing geam kami sepakati lebih kurang 15 menit, maka pada geam terakhir akan kami tantang lagi dengan tim-tim yang bagus untuk bertanding.

Selain itu, dan ini menurut saya paling penting, mereka akan mudah untuk di hentikan permainannya manakala waktu telah menunjukkan pukul 16.00. Jika pun masih menawar, maka toleransi yang dapat kami berikan adalah pukul 16.30.

Dimana pada waktu tersebut, sekolah akan benar-benar bersih dari peserta didik yang belum di jemput atau belum kembali ke rumah masing-masing. Dengan demikian, maka kami, yang memiliki tugas menjaga anak-anak tersebut dapat meninggalkan sekolah dengan hati plong.

Jakarta, 14 Februari 2013.

No comments: