Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

12 August 2019

Menebang Pohon Kelapa

Pohon kelapa yang ada disisi belakang sekolah, telah menjulang lumayan tinggi. Pucuk daun kelapa itu telah sampai di atap, yang menjadikan logo serta sign board sekolah tertutup. Tidak memungkinkan bagi kita untuk dapat melihat, jika kita berada di seberang sekolah. Kasihan bagi orang-orang yang sedang mencari alamat dan sulit menemukan sign board tersebut. Dan dengan alasan tersebut, saya meminta kepada tukang tanaman untuk menebang pohon tersebut dan rencana menggantikannya dengan pohon nangka.


Selain alasan tersebut, sebenarnya masih ada alasan lagi yang kadang membuat saya kurang happy. Ini masih terkait dengan penebangan pohon kelapa dimaksud. Yaitu bahwa beberapa kali saya menemukan buah kelapa yang hingga tua dan bahkan sampai kulit buahnya kering. Sebagai orang kampung, yang di kala mudanya adalah pemetik buah kelapa, maka saya meminta dan bahkan mewanti-wanti kepada para pegurus taman untuk mengawasi buah-buah kelapa, jangan sampai mengering yang membuat buah tersebut dapat jatuh dengan sendirinya.

Jangan sampai. Karena hal itu dapat membuat kami celaka jika yang berada di bawah adalah kendaraan yang sedang parkir atau diantara kami yang sedang berdiri. Namun anehnya, para pegawai taman sering kurang menjadikan hal itu sebagai prioritas.

Pernah suatu kali saya menceritakan bagaimana pegawai hotel harus membersihkan bunga-bunga kelapa yang ada di halaman atau taman hotel hingga pohon kelapa tersebut tidak berbuah. Dengan demikian maka pengawasan terhadap buah kelapa tidak menjadi pekerjaan berikutnya. Ini sudah menjadi budaya di hotel tersebut. Dan ketika itu akan menjadi terapan di lokasi kerja sendiri, maka teman-teman masih belum dapat melihatnya sebagai prioritas.

Jakarta, 12 Agustus 2019.

09 August 2019

Jeep Merapi

Awal Mei 2019 lalu, saya berkesempatan untuk naik Jeep di Merapi, Yogyakarta. Ini acara ketika saya berada bersama dengan anak-anak SMP yang melakukan kegiatan akhir tingkat, perpisahan. Dan salah satunya adalah trip untuk naik jeep. Maka yang menjadi salah satu rutenya adalah bermain air di Kali Gendol yang kala itu masih dalam kondisi kemarau.


Saya se-jeep bersama tiga guru lainnya untuk menempuh rute dengan tujuan beberapa tempat wisata di wilayah Cangkringan, Yogyakarta tersebut. Di beberapa lokasi yang dituju, semua rombongan merasakan kegembiraan bermain bersama sembari berfoto. Tidak terkecuali ketika rombongan berada di posisi kali tersebut. Meski airnya tidak berlimpah, namun memberikn kesempatan kepada anak-anak untuk membasahi kostumnya dengan cara meminta driver jeep menrjang air yang ada di kali tersebut.

Saya sendiri, puas dengan mengamati beberapa kegiatan yang menjadi favorit anak-anak tersebut, dari bibir kali yang berada di ketinggian.

Jakarta, 9 Agustus 2019.

08 August 2019

Perpisahan

Ini acara saya bersama lembaga di Jakarta, yang kemungkinkan menjadi acara saya terakhir. Sebagai acara jalan-jalan. Acara piknik dan wisata. Utamanya untuk acara luar ruang. Karena setelahnya saya masih diikutsertakan dengan acara lain dalam bentuk pelatihan.


Karena pada April 2019 lalu, saya memang telah meminta untuk mundur terlibat secara formal di lembaga tersebut. Satu tahun menjelang usia pensiun saya. Alhamdulillah, sebagai upaya bagi saya untuk dapat lebih fokus kepada topoksi utama saya sendiri dan juga menyisihkan waktu untk mamak saya yang ada di luar kota, kampung haaman saya.

Jakarta, 8.08.2019

Kopi Ambal

Di beberapa media, saya menemukan Kopi Ambal ini. Semula yang saya dapatkan adalah informasi berkenaan dengan si pemilik Yuam Coffee Roasted, yang bernama Mas Yudi Dullah. Namun setelah berita tersebut saya baca lengkap, maka penasaranlah kalau saya hanya membacanya. Maka saya mencoba untuk dapat memesannya dari Ambal, Kebumen, Jawa Tengah. Saya memesannya 8 paket sekaligus. Yang selain untuk sya sendiri sebagai pembuktian atas apa yang ada dalam berita juga untuk saya berikan kepada teman-teman saya yang hobi ngopi.


Maka jadilah kopi pesanan saya itu sampai. Dan segera saja saya kembali kirimkan kepada teman, saudara, juga kolega di kantor. 

"Kopinya enak sekali Pak Agus. Itu pasti kopi mahal." Kata teman saya setelah menyedunya sendiri. Semula menggunakan drip bambu ciptaan Mas Yuri. Tetapi dia mengaku tidak sabar untuk menum kopi yang disaring dengan drip bambu yang memakan waktu. Jadilah, ceritanya, ia menyedu kopinya dengan tubruk.

"Bukan mahal Mas. Itu kopi standar. Kopi tenan. Bukan kopi saset." Kata saya.

Jakarta, 8.08.2019

07 August 2019

Prigen

Pertama sekali mendapt kabar bahwa kami akan menginap di sebuah hotel bagus, di lokasi yang bagus juga, di daerah Prigen, Pasuruan, sebuah daerah yang bersuhu dingin dan alam yang indah, saya benar-benar merasa penasaran. Seumur-umur saya belum pernah pergi ke lokasi yang bernama Prigen. Meski dalam pelajaran geografi saya sudah mengenalnya, namun belum terbayang seperti apa daerahnya dan dimana lokasi persisnya.

Maka tidak salah jika saya mencoba menuliskan nama hotel di aplikasi peta di layar seluler saya. Dari sini saya mendapat gambaran secara geografis tentang posisi Prigen di wilayah Pasuruan, Jawa Timur. Termasuk juga tentang foto-foto hotelnya, tempat kami menginap nantinya, saya dapatkan di dalam google.



Dan ketika kami mendarat di Surabaya, persisnya di Sidoarjo, beberapa saat kemudian gambaran tentang enaknya suasana dan bangunan hotel, airnya yang asli pegunungan, serta lanskap pegununganya, serta jarak pandang yang memungkinkan kami melihat ke bawah ke arah kota dimana lampu-lampu tampak berbaris bila malam tiba dan juga gunung-gunung yang berkilau diterpa matahari pagi, saya benar-benar mengaguminya. Bersyukur atas kesempatan untuk dapat berada di Hotel Royal Senyiur yang ada di Prigen itu.

Jakarta, 7 Agustus 2019.

Selekta

Salah satu lokasi yang saya kunjungi ketika diajak ke Malang, adalah tempat wisata yang merupakan destinasi wisata sejak zaman beluela. Karena, dalam sejarahnya, Taman Bungan Selekta ini sudah ada dan eksis di zaman Pak Soekarno. Meski begitu, saya baru mengunjunginya kali itu ketika mengikuti rombongan sekolah tman yang sedang berkunjung. Jadi, sekali lagi, saya merasa beruntung sekali bisa datang dan mengunjunginya langsung. Dan kunjungan itu, menjadikan saya memiliki gambaran baru tentang Selekta, sekaligus merubah persepsi saya tentang destinasi wisata yang berupa taman.


Saya benar-benar takjub dengan kondisi dan lanskap taman yang ada di Selekta. Meski tidak semua spot yang ada di dalamnya saya datangi, juga wahana mainan yang saya jajal. Saya hanya mencoba masuk ke taman dengan tabian permukaannya saja untuk kemudian kembali ke arah pintu keluar.

Beberapa kali saya pergi ke Malang untuk tujuan wisata, sama sekali tidak terpikir oleh saya untuk mengunjungi Selekta. Ini karena, sekali lagi, karena persepsi yang telah terbangun di kepala saya tentang taman bunga. Namun setelah kunjungan kali itu, saya sepertinya harus mengajak handaitaulan untuk menemukan kesegaran sebuah taman bunga di Selekta.


Jakarta, 7 Agustus 2019

06 August 2019

Stasiun KTA

Banyak sekali yang telah berubah di Stasiun Kutoarjo, atau KTA, bila saya membandingkan stasiun ini kala saya masih lulus sekolah dengan apa yang saya alami baru-baru ini. Perubahan fisik, tentu saja. Karena hampir di semua stasiun kereta api jaringan Jakarta, Cirebon, Kroya, hingga Yogyakarta, saya melihatnya perubahan besar-besaran. Dan nampaknya, selain jalur ganda untuk Purwokerto menuju Kutoarjo, stasiunnya juga sedang sibuk diperluas dan diperbesar. Sepertinya KAI sangat siap menyambut perkembangan penumpang di masa-masa mendatang.


Dan tidak hanya pada sisi fisik saya kesiapan tersebut, setidaknya sepertyi yang saya saksikan beberapa kali ketika saya naik kereta, yang antara lain pada relasi PSE-KTA dan sebaliknya, atau GMR-YK dan sebaliknya.

Perubahan itu adalah apa yang dilakukan para porter stasiun. Yang tidak hanya menawarkan jasa kepada penumpang saja, mereka juga turut serta menjadi bagian dari kehidupan stasiun itu sendiri. Seperti dalam rangka menjaga kebersihan, atau juga dalam keikutsertaan mereka pada upacara penghormatan kepada kereta yang akan berangkat sebagaimana yang saya lihat dan saya dokumentasikan dalam video terlampir...

Jakarta, 6 Agustus 2019.

Glodogan

Semasa kanak di kampung, Bapak selalu memanfaatkan glugu-glugu, batang pohon kelapa, yang paling ujung atas dan tidak menjadi bagian dari bahan bangunan, untuk beliau belah dan kemudian dibuat menjadi glodogan. Glodogan ini nantinya akan dipajang di dekan kandang kambing atau belakang pawon, rumah bagian belakang yang berfungsi sebagai tempat memasak atau dapur, untuk kemudian tawon lebah akan menghuninya. Lebah-lebah ini akan kami panen madunya secara rutin per satu setengah bulannya.



Dan untuk megenang itulah, saya membuat glodogan juga di kantor dengan memanfaatkan glugu-glugu, batang pohon kelapa yang telah menjulang tinggi, yang kami tebang. Maka beginilah penamakannya...

Jakarta, 6 Agustus 2019

05 August 2019

Diajak ke Malang



Akhir Juni 2019, saya mendapatkan kabar dari teman yang berada di Samarinda, Kalimantan Tmur, untuk bersiap-siap ikut serta dalam rombongannya, yang akan piknik ke Malang. Pesan khususnya, agar saya membawa serta istri.

Jadi, saya mendapatkan kesempatan untuk piknik bersama istri ke Malang, gratis! Saya bersyukur sekali mendapat tawaran ini. Tawaran yang luar biasa buat perjalanan hidup saya. Maka saya haturkan banyak terimakasih atas kesempatan yang diberikan kepada saya. Terimakasih...

Meski saya baru menuliskannya di catatan harian saya ini, pada dua builan setelahnya.

Jakarta, 5 Agustus 2019.

Stasiun Wojo


Saya benar-benar dibuat penasarang dengan wajah baru dari Stasiun Wojo. Pembangunan dan difungsikannya kembali Stasiun Wojo sebagai lokasi pemberangkatan dan kedatangan kereta api baru saja diulai di bulan Mei 2019. Ini sebagai dampak dari adanya pembengunan Yogyakarta International Airport, yang lokasinya ada di Kecamatan Temon, Kulom Progo, sehingga sebagai alternatif angkutannya selain taksi adalah kereta api. Dan di Stasiun Wojo ada Kereta Banada yang beroperasi sekali perjalanan setiap harinya. 

Untuk itulah maka pada saatpulang kampung, saya benar-benar menyempatkan waktu untuk berkunjung ke stasiun guna melihat kembali kenangan sya ketika masih kecil dan berangkat ke Jogja bersama Mamak saya dengan membawa dagangan buah kepala dan daun pisang untuk di jual di Pasar Kranggan, Jogjakarta...

Jakarta, 5 Agustus 2019.

08 May 2019

Masih di Jogja!

Ini kegiatan saya berikutnya pada kunjungan saya ke Jogja di awal bulan Maret 2019 lalu, yang memang masih ada di Jogja dan bersama Abqari! Sekaligus sebagai hiburan dan pengisi kegiatan selama saya ada di Jogjakarta, serta memberikan pengalaman kepada Abqari tentang dunia binatang. Dan Gembiraloka menjadi destinasi  yang kami tuju.

Alhamdulillah, kami dapat mencapainya dan berkeliling di dalamnya dengan penuh suasana senang. Ini tidak saja karena cuaca yang begitu sejuk, serta pengunjung yang belum melimpah. Dengan situasi tersebut, kami dapat berjalan dan berkeliling guna melihat koleksi kebun binatang punya.

Jakarta, 8 Mei 2019

Jogja, Memang Istimewa!

Ketika menapaki jalan Malioboro bersama istri dan Abqari, saya menemukan beberapa hal yang khas, yang membuat trotoar sepanajnag Jalan Malioboro menjadi istimewa. Setidaknya trotoar dibangun dan dirancang tidak sekedar sebagai tempat berjalan kaki para pelancong agar lebih nyaman, tetapi juga khas dan membawa kenangan yang membuat kita harus senang untuk kembali. Dan fakta inilah yang mungkin membuat saya terus menerus ingin kembali ke Jogja, selain untuk bermain dengan Abqari.

Dalam video yang saya buat tersebut, saya menemukan beberapa hal yang berbeda dan untuk itu membuatnya khas serta unik, yang hanya ada, setidaknya selama ini yang saya ketahui, hanya ada di kota Jogjakarta. Dan keunikan inilah yang membuat saya berpikir kalau Jogja memang Istimewa!

Jakarta, 8 Mei 2019.

Dari Wijilan

Ini adalah salah satu perjalanan kami ketika bersama Abqari. Meski di penginapan sudah mendapatkan sarapan, maka kami ajak Abqari untuk naik becak motor yang ada di Jogjakarta ini, yang kondisinya berbeda dengan becak motornya orang Gorontalo. Tapi itulah yang tersedia dan kami anggap relatif nyaman untuk perjalanan yang tidak terlalu jauh namun juga tiodak terlalu dekat. Kami menyusuri Jalan Malioboro Jogjakarta untuk kemudian masuk ke gerbang atau benteng keraton di Jalan Wijilan. Dimana mejadi pusat makanan khas Jogja, gudeg.

Jakarta, 8 Mei 2019

Edisi Momong Abqari


Salah satu kegiatan ketika kami mengunjungi Abqari, yang kebetulan tinggal di luar kota, adalah mengajaknya berkeliling sejauh yang kami mampu melakukannya. Salah satu kegiatan yang saya lakukan adalah dengan mangajaknya menemukan dan mendapatkan pengalaman untuk naik sedan tradisional di Malioboro, yaitu dokar.

Dan inilah yag saya lakukan beberapa waktu lalu di awal Maret 2019.

Jakarta, 8 Mei 2019

23 November 2018

Dari Gorontalo

Rabu, 21 November 2018, pukul 15.00, kami kedatangan tamu dari manajemen Madrasah Ibtidaiyah dan Tsanawiyah Terpadu Al Islah, Gorontalo. Mereka datang ke Jakarta setelah sebelumnya selama satu pekan mengikuti perkemahan Pramuka di Bumi Perkemahan Cibubur, Jakarta Timur.
Ada 4 tamu yang dipimpin oleh Ustadzah Ulin Ibrahim, yang kedatangannya ke sekolah kami tidak lain adalah untuk menyambung persahabatan keguruan. Juga berdiskusi dan bertukar pengalaman serta berfoto.


Tidak lupa tamu saya membawakan oleh-oleh khas Gorontalo, dan yang saya pajang di halaman ini, adalah kopi mereka. Kopi Robustanya Gorontalo! Terimakasih saya untuk kedatangannya dan juga oleh-olehnya.

Jakarta, 23 November 2018

21 November 2018

Ke JIEP

Sabtu, 17 November 2018, saya mendapat kesempatan untuk datang dan berkunjung serta sekedar berfoto di Jakarta International Equestrian Park Pulomas. Ini adalah nama baru dari Pacuan Kuda Pulomas, Jakarta Timur. Yang kebetulan juga lokasintya tidak jauh dari tempat saya bekerja. Belum sampai 2 kilomater untuk perjalanan pergi dan pulang. Jadi nyaman untuk berjalan kaki selain juga dengan trotoar yang aman bagi pejalan kaki.



Lalu, apa keperluan saya datang ke Gedung JIEP yang menjadi venue Asian Games 2018 lalu itu? Tidak lain adalah menemani siswa saya yang masih duduk di kelompok B, TK. Mereka sedang ada kegiatan bermalam di sekolah yang pagi harinya sebelum kepulangan mereka, anak-anak anak-anak itu kita ajak keliling sekolah dan berolah raga pagi.




Jadi, kantor yang berdekatan dengan fasilitas olahraga yang wah, menjadi keberuntungan bagi saya. Juga trotoar yang dibangun baru dengan spek yang berbeda dengan trotoar sebelumnya, lebih membuat kami, saya dan teman-teman, menyukurinya. Kami gunakan untuk berjalan kaki tidak kurang 20 menit untuk sekedar mengeluarkan keringat dari badan.



Lalu, tidak ada kata yang tepat saya sampaikan disini selain berteimakasih atas diperbolehkannya kami sekali-sekali berkunjung untuk berjalan-jelan kaki ketika gedung itu sedang kosong dari event. Terimakasih.

Jakarta, 21 November 2018.

19 November 2018

Ada Happy Camp di TK


Jumat, 16 November 2018, ada yang berubah di tempat kerja saya. Hall dan lapangan sekolah yang biasa untuk lokasi anak-anak berolahraga atau bermain saat istirahat, pada hari itu menjadi lokasi bermain, outbond, dan berkemah. Lay out dan properti di lolasi itu menjadi seperti lokasi perkemahan. Tentu ini menjadi pemandangan aneh sekaligus menari untuk anak-anak ketika pagi hari mereka datang ke sekolah. Dan karena terdorong oleh rasa penasarannya, maka tidak sedikit anak-anak yang memasuki area dimana 'perkemahan' akan digelar.


Ini tidak lain karena siswa di TK melaksanakan kegiatan belajar luar kelas yang berupa HAPPY CAMP 2018. Acara dimulai dari pembukaan dengan berbalas pantun selayaknya upacara buka palang pintu di adat Jakarta. Kemudian berlanjut dengan kegiatan senam bersama di hall, dan masuk pada kegiatan inti berupa outbond, bermain angklung, dan yang tak kalah istimewanya adalah belajar memasak dari orangtua siswa.


Khusus untuk kegiatan anak-anak di kelompok TK B ada aktivitas anak TK yang berkolaborasi dengan anak-anak OSIS di SMP, dimana kakak-kakak OSIS menjadi mentor dalam belajar kemandirian kepada adik-adik TK. Anak TK dibagi dalam enam kelompok, anak-anak akan belajar secara bergantian tentang merapikan tempat tidur, membuat omelet dan roti panggang, melipat pakaian dan meletakkannya di lemari pakaian, membersihkan kaca jendela, menyeduh teh manis, serta bernyanyi. Ketika kegiatan merapikan tempat tidur kakak OSIS memandu adik-adiknya untuk; memasang sarung bantal, merapikan sprei, dan melipat selimut tidur. Juga ketika menyeduh teh manis, kakak OSIS memandu adik-adiknya untuk menuangkan air panas dan gula serta teh celup sebelum teh dihidangkan.
Kegiatan yang sederhana ini memungkinkan anak-anak di TK belajar berbagai hal kemandirian sehari-hari. Sementara untuk kakak OSIS SMP, aktivitas menjadi tutor bagi adik TK juga menjadi wahana bagi mereka belajar. Esok harinya masih ada kegiatan olah raga yang menggunakan lokasi parkir di Jakarta International Equestrian Park, Pulomas. Yaitu olahraga lari dan senam.

Jakarta, 19 November 2018.

16 November 2018

Membuat Wadah untuk Penumbuhan

Saya ingin menggunakan kosa kata yang pernah digunakan oleh Pak Anies Baswedan ketika beliau menjadi Menteri di Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan ketika berbicara tentang karakter. Yaitu menumbuhkan karakter baik dan bukan menanamkan. Jadi saya menggunakan kata penumbuhan dan bukan penanaman untuk sebuah sikap dan perilaku yang diinginkan dari seorang peserta didik. Lalu apa yang saya maksudkan dengan wadah? Yaitu tempat, lokasi, area. 



Maka ketika saya mengatakan betapa pentingnya sebuah wadah atau area bagi penumbuhan mental berprestasi, maksudnya tidak lain adalah perlunya kebutuhan sebuah lokasi dan arena bagi penumbuhan sebuah kebiasaan yang positif.



Inilah yang terjadi di sekolahan dimana saya berada pada sore ini, Jumat, 16 November 2018, dimana guru-guru merancang kegiatan kolaborasi antara Taman Kanak-kanak dengan siswa kelas VIII yang tergabung dalam Organisasi Intra Sekolah atau OSIS.



Jakarta, 16 November 2018.

Menilai Paparan Infografis Hasil Survey Siswa

Selama dua hari di pekan ini, Tepatnya pada Selasa, tanggal 13 dan Rabu, tanggal 14 November 2018, saya mendapat tugas tambahan dari Guru di SMP untuk mendampinginya memberikan panilaian kegiatan akhir dari LIVE in yang telah berlangsung pada Selasa, 30 Oktober hingga Kamis, 1 November 2018. Kegiatan penutupnya merupakan kegiatan presentasi hasil survey yang dilakukan anak-anak peserta LIVE in di Desa Pulosari, Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Ini mejadi tugas yang menantang dari guru. Dan setelah mendengarkan, menyimak, mempertanyakan, dan juga menanyakan kepada seluruh siswa yang mempresentasikan hasil survey mereka dalam kelompok melalui infografis yang dibuatnya, saya menjadi semakin kagum atas kompetensi yang mereka punyai. Sekaligus mensyukuri bahwa anak-anak rata-rata memiliki kemampuan berkomunikasi dan juga penyelesaian masalah. Dan untuk itulah, saya merasa senang sekaligus bangga.



Misalnya, ketika saya bertanya kepada salah satu anggota tentang cara membuat infografis hasil surveynya. Misalnya tentang aplikasi yang digunakan untuk membuat infografis mereka. Ada yang menggunakan program komputer yang memang sering kita pakai sehari-hari. Tetapi juga ada kelompok yang membuatnya dengan telepon selularnya. Dijelaskan bahwa mereka bertanya via google untuk membuat presentasi dalam bentuk grafik di smart phone-nya. Dengan bekal informasi tersebut, diunduhlah aplikasi yang dimaksud untuk kemudian digunakannya sebagai proses menyelesaikan tugas akhirnya. Hebat. 

Juga beberapa jawaban yang orisinil saya dengar dari mereka. Baik yang berupa kesan ketika hidup bersama orang di kampung di Desa Pulosari, atau juga filosofi bersyukur. Alhamdulillah.

Jakarta, 16 November 2018

Ingat Pantai Tanjung Karang


Ketika melihat foto ini, saya teringat ketika pada Kamis, 3 Juli 2008, dengan tidak membawa perlengkapan apapu untuk menerima tawaran snorkling di wilayah konservasi di pantai Tanjung Karang Donggala. Ini artinya setelah 10 tahun yang lalu.

Ketika dari Palu diajak untuk piknik menuju Donggala dengan kendaraan sewa yang benar-benar masih gres. Baru. dengan kilometer yang tertera di dashbord belum genap 1000 km. Dan karena kendala tertentu, maka justru saya yang ada di belakang kemudi membawa teman-teman yang akan mengantarkan saya piknik!

Saya berharap apa yang telah menimpa saudara-saudara yang tinggal di wilayah Donggala dan Palu pada gempa Palu beberapa waktu llalu, diberikan kekuatan untuk segera bangkit kembali, menapaki jalan yag lebih terang. Amin.

Jakarta, 16 November 2018