Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

04 August 2014

Menolak Daur Ulang

Puluhan tahun yang lalu, saat saya datang ke sebuah lembaga pendidikan untuk kebutuhan interviu guna menjadi guru, ada semangat yang tersimpan di sanubari saya. Sebuah semangat yang sekaligus menjadi tekad saya sebagai guru yang 'berbeda' dari apa yang sudah saya jalani sebelas tahun sebelumnya. Maka ketika salah seorang yang menginterviu saya memberikan kesempatan untuk menyampaikan pertanyaan kepada saya, kesempatan itu saya gunakan untuk menyampaikan apa yang saya mimpikan.

Dan sepanjang kesempatan touring di seluruh sisi sekolah yang mereka berikan kepada saya, dan juga jawaban-jawaban atas pertanyaan tersebut, saya meyakini bahwa inilah jalan bagi profesi guru yang saya sedang impikan. Harapan saya kali itu tidak lain adalah mendapat kesempatan untuk bersama lembaga tersebut dalam menjalani pertumbuhan.

Daur Ulang

Yang saya maksudkan sebagai daur ulang disini, yang berkaitan dengan lahan kerja yang sesuai dengan profesi saya sebagai guru. Dimana pada tahun-tahun awal saya menjalani profesi ini, sebagai upaya dalam mengejar ketuntasan pemahaman anak didik saya terhadap materi pelajaran yang telah saya sampaikan, adalah dengan bertahap, berjenjang, dan rutin, memberikan latihan-latihan ulangan atau tes formatif. Tentu ini semua adalah istilah, pada saat itu. Saat saya sebagai guru di kelas di tingkat pendidikan sekolah dasar.

Dan karena kegiatan itu adalah kegiatan yang relatif rutin, maka ketersediaan soal untuk melakukan latihan dan ulangan menjadi bagian inheren dari kegiatan yang guru harus berikan di kelas. Bahkan termasuk diantaranya adalah untuk pekerjaan rumah siswa. 

Namun seiring berjalannya waktu, saya tersadar bahwa tidak semua soal yang telah saya kumpulkan,  bahan ajar yang telah saya sampaikan, bahkan juga RPP yang telah buat dan pergunakan pada saat ini, saya merasakan menjadi hambar ketika soal, bahan ajar, RPP, serta strategi pembelajarannya tersebut saya pergunakan lagi dengan persis sama. Itulah daur ulang yang saya maksudkan. Sebuah konsep yang pada akhirnya saya tinggalkan jauh-jauh.

Oleh karenanya, seluruh rakaian kegiatan yang telah terjadi itu, tetap saya simpan sebagai sejarah perjalanan saya. Yang menjadi bagian penting ketika saya akan melakukan hal yang sama, namun harus dengan semangat yang berbeda. Sehingga dengan seperti itu, selalu ada semangat baru buat saya untuk menjalani proses yang meski berulang, tetapi dengan semangat yang baru. Sejarah tetap menjadi bagian yang saya akan lihat, tetapi bukan untuk saya patuhi seluruh tahapannya dalam menjalani interaksi guru dengan siswa. 

Dan semangat menolak untuk melakukan kegiatan daur ulang itu begitu menggebu ketika saya bertemu dengan teman-teman dengan rasa ingin tahu yang berkobar-kobar. Teman-teman yang selalu memberikan atmosfer untuk tidak ada rasa puasnya dalam melakukan eksplorasi dan menjalani kehidupan yang sama dengan semangat dan warna yang selalu berbeda.

Dan ketika di lembaga yang berbeda, ternyata tidak mudah mengajak teman yang lain dengan menggunakan kaca mata yang sama dalam menjalani profesi yang sama itu. Dibutuhkan kesabaran dan keteguhan hati dalam mengjak teman lain untuk menjalani proses batin dalam pola menolak daur ulang tersebut. Ini karena diantara kami tertanam semangat tidak ingin repot dan selalu berpikir pragmatis dengan prinsip kerja; membuat, menyimpan, dan menggunakan kembali. 

Jakarta, 4 Agustus 2014.

No comments: