Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

04 April 2013

Cerita tentang Para Relawan dari sebuah Kunjungan

Hari itu, saya mendengar bagaimana sigap, terampil, ramah, tulus, dan uletnya para perkerja pendamping atau penghubung yag bertugas sebagai relawan bagi komunitas marginal yag dikunjungi oleh anak-anak didik di sekolah kami yang kebetulan selama satu pekan sedang belajar dengan tema care and share. Tetapi tidak saja cerita yang saya dengar dari teman-teman guru yang menjadi pemandu anak-anak itu untuk mendatangi komunitas yang berada di berbagai tempat tersebut, namun juga adalah rekaman dalam bentuk gambar, film, dan bahkan ada satu acara yang diliput media tv, sekaligus disiarkan pada dua jam sesudah kunjungan itu berakhir!

Itulah bagian yang menjadi catatan saya kali ini. Sebentuk keirian hati saya kepada para pejuang investasi akherat. Yang dengan ketulusan, keuletan, dan mungkin kesabarannya mendampingi kehidupan yang ada di tempat-tempat marjinal itu, untuk kemudian memandunya. Dan hasil panduannya itulah yang saya dapatkan dari cerita testimonial teman-teman guru setelah kunjungan itu berlalu. 

Misalnya, karena anak-anak didik yang akan ajak untuk berkunjung ke tempat marjinal tersebut adalah usia sekolah dasar, maka komunitas yang kami pilihpun adalah komunitas marjinal yang para anggotanya antara lain adalah anak-anak seusia mereka. Dan anak-anak tersebut memang hidup besama keluarganya di lokasi-lokasi yang benar-benar mencengangkan. Misalnya, kelas 1 SD yang berkunjung ke komunitas marginal di lokasi pembuangan sampah di wilayah Jakarta Timur. Dimana anak-anak tersebut beribu dan berayah dengan profesi sebagai pemulung. Juga, contoh lainnya, adalah kelas 4 SD yang berkunjung ke komunitas kaum marjinal yang bertempat tinggal di bantaran kali Ciliwung, dengan atap tempat tinggalnya adalah beton kokoh jembatan.

Dari kunjungan-kunjungan tersebut, dan dari testimoni yang para guru sampaikan kepada saya, saya menjadi takjub sekaligus iri kepada para orangtua dan para pendamping dari komunitas kaum marjinal tersebut. Karena dari testimoni tersebut, saya menangkap kesan yang sangat kuat bahwa anak-anak dari kaum marjinal tersebut  memiliki sikap santun dan jujur.

Seperti misalnya pada saat anak-anak datang di lokasi tersebut dan bertukar performance, maka anak-anak didik kami akan menyerahkan bantuan kepada mereka. Lalu datang seorang anak dari komunitas tersebut yang berkata: "Aku sudah dikasih tadi Kak."

Kalimat itu cukup bagi kita untuk mengukur bagaimana anak tersebut dididik oleh pendamping-pendamping komunitasnya, dan juga visi orangtuanya, dalam setiap edukasi yang diberikan. Itulah bekas dari interaksi yang menjadi sebuah pola diri yang luhur. 

Maka pada titik itulah saya benar-benar merasa iri hati. Karena para pendamping itu bekerja dengan ketulusan hatinya. Meski tanpa ada sertifikat yang mengikat pekerjaan yang dijalaninya. Luar biasa!

Jakarta, 4 April 2013.

No comments: