Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

15 April 2012

Siswa Saya, Ngambek

Untuk memudahkan, panggil saja Fulan, nama siswa saya yang ngambek di halaman sekolah kami yang multi fungsi. Saya mendapati dia telah tertelungkup di tepi lapangan futsal dimana saya sedang menjadi wasit pertandingan antara siswa kelas 9 A melawan kelas 9 B. Waktu sudah menunjukkan lebih kurang pukul 15.40, waktunya anak pulang sekolah. Namun seperti biasa, untuk menghilangkan kejenuhan, maka masih banyak anak-anak yang menunda kepulangannya dengan bermain futsal di lapangan multi fungsi itu. Dan sayalah yang menjadi wasit di sore yang lumayan terik itu. Jangan ditanyakan mengapa begitu seringnya saya menjadi wasit anak-anak itu. Itu karena saya ingin berlama-lama menemani keceriaan mereka. Karena saya menyadari sepenuhnya, ketika saya berada dengan mereka maka itu berarti saya sesungguhnya sedang menyerap ilmu yang mereka punya. Seperti sore itu.

Karena posisi saya yang ada di seberang lapangan, dan berjarak lebih kurang lima belas meter dengan penghalang badan anak-anak yang sibut memperebutkan dan mempermainkan bola, tidak terlihat sama sekali oleh saya apa yang menjadi penyebab Fulan menelungkupkan dirinya di tepi lapangan, dimana teman-temannya sedang sibuk dan asyik bermain. Saya meminta informasi dari teman yang kebetulan berada di dekatnya, tetapi tidak mengetahui juga apa yang sebelumnya terjadi pada diri Fulan. 

Juga bertanya kepada kakak Fulan yang kebetulan sedang bermain futsal, dan juga kepada sang adik yang juga saat itu sedang berada di dekat Fulan. Tidak ada yang dapat memberikan jawaban. Akhirnya, saya datang dimana Fulan berbaring. Saya berjongkok dan mendekatkan kepala saya untuk dapat berkomunikasi lebih baik dengannya. Saya sampaikan pertanyaan yang menurut saya paling mengena untuk memperoleh informasi. Tidak ada jawaban yang tegas darinya. Tetapi saya sempat menatap raut muka yang memerah dan sepasang matanya yang basah oleh air mata.

***
Fulan tetap bersikukuh tidak menjawab apa yang menjadi pertanyaan saya. Namun ia memberikan isyararat bahwa ia dalam keadaan baik-baik saja. Setidaknya ketika saya bertanya mungkin ada bagian badannya yang sakit karena tadi bermain futsal dengan temannya? Dia memastikan diri tidak merasakan apa-apa dengan gelengan dan anggukan. Dari komunikasi simbolis itulah maka saya berkomitmen untuk tetap berdiri di dekatnya dengan terus menjadi wasit pertandingan. Keberadaan saya untuk tetap berdiri di situ tidak lain adalah untuk melindungi Fulan agar tidak terkena bola futsal yang sedang dimainkan. Karena jika sampai itu yang terjadi, maka saya menduga bahwa proses recovery Fulan dari ngambeknya akan memakan waktu lebih lama lagi.
Di tengah lapangan, sang kakak berteriak kepada saya bahwa adiknya sedang melakukan komunikasi protes dengan tujuan untuk mencari perhatian. Lalu saya memanggil kakak untuk berhenti sejenak menjadi keeper dan menyampaikan apa yang ingin disampaikannya kepada saya. Setidaknya, saya sedang mengajak agar anak-anak tidak perlu menyampaikan pendapatnya dengan berteriak. Alhamdulillah berjalan dengan baik. Bahwa pendapat sang kakak tersebut, saya lihat sebagai masukan yang sangat besar kebenarannya.

Setidaknya, sang adik ingin segera kembali ke rumah dan beristirahat, karena sopir dan kendaraannya telah menunggu di halaman parkir sekolah, namun niat itu belum juga dapat direalisir hanya karena kakak dan adiknya masih ingin melepas energi yang masih tersisa banyak dengan bermain futsal. Dan karena tujuan itu belum juga dapat disetujui akak dan adiknya dengan segera, maka jalan ngambek itulah yang menjadi pilihannya.

Ini memang peristiwa kecil yang sering terjadi di sekolah atau bahkan di rumah kita dengan berbagai bentuk dan koordinat perilaku yang mirip. Namun dari peristiwa kecil itu, bagi saya adalah bagian yang membahagiakan dari hidup saya. Yaitu tentang bagaimana melihat setiap fenomena yang ada di sekolah sebagai bagian penting bagi saya untuk mendapatkan hikmah dan pelajaran.

Jadi, tidak terlalu berlebihan kalau saya sampaikan kepada siswa saya yang ngambek itu ucapan terima kasih bahwa ia telah membelajarkan saya tentang perhatian,

Jakarta, 11-15 April 2012.

No comments: