Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

08 April 2012

Bermain Catur dengan Anak-Anak di Sekolah

Saya mungkin perlu sampaikan bahwa pengalaman bermain catur dengan anak didik saya sendiri di sekolah siang itu, sebagaimana yang akan saya sampaikan kali ini sungguh bukan merupakan pengalaman yang istimewa untuk Anda. Karena memang seperti itulah sesungguhnya hubungan saya sebagai guru dengan anak didik saya di sekolah di saat informal seperti ini. Namun saya melihatnya dengan berbeda. Ini karena latar belakang yang memotivasi kami untuk bermain catur. Dan juga proses dalam permainan itu sendiri yang sepertinya ada pelajaran yang dapat kita ambil bersama.

Permainan catur itu sendiri berlangsung di ruang serba guna sekolah dengan pengunjung yang terdiri dari siswa dan guru dari berbagai sekolah. Betul, karena kebetulan sekali hari itu adalah hari pelaksanaan Olimpiade Olah raga dan Seni atau O2SN di kecamatan kami, dan perlombaan catur dilaksanakan di sekolah kami. Maka sejak pagi hari, ada beberapa siswa dan guru yang telah datang di sekolah kami bersamaan kedatangannya dengan anak didik kami.

Sebelum lomba dimulai, saya terlebih dahulu mendapat kabar. Dan sekitar pukul sepuluh, saya mencoba untuk menyaksikan bagaimana perlombaan itu berlangsung. Rupanya beberapa siswa kami aktif membantu guru untuk memberikan pelayanan kepada para pemain yang duduk berjajar di meja dengan menghadap papan caturnya masing-masing. Saya melihat pada babak-babak menjelang perempat final, banyak papan catur yang kosong karena memang pemainnya yang tersisa tinggal sedikit. Maka duduklah saya diantara meja yang di depannya tergelar papan catur lengkap dengan anak catur yang telah disusun rapi oleh panitia. Tentu setela saya ikut menikmati beberapa permainan dalam pertandingan itu.

Saya menyanggupi untuk bermain ketika seorang anak mengajak saya untuk bermain menjadi musuhnya. Saya bermain. Grogi saya, karena merasa sudah lama tidak pernah mengasah otak dengan permainan ini. Tetapi tantangan itu saya jalani saja. Beberapa anak yang menjadi penonton berkomentar memberikan usulan jalan atau juga membujuk agar saya menjalankan anak catur. Beberapa usulan dan bujukan itu saya ikuti. Tetapi tidak selalu tepat. Karena ketika saya menjalankan salah satu anak catur, segera lawan saya mengambilnya. Karena memang saya lalai untuk tidak lebih teliti melihat posisi anak catur lawan. Alhasil, beberapa anak catur saya telah diambilnya.

Lalu datang lagi penonton yang lain dan melakukan hal yang sama kepada saya. Anehnya, para penonton yang terdiri dari siswa kelas 8 itu, fokus kepada papan catur saya. Tetapi, belajar dari masukan yang telah diberikan kepada saya terdahulu, maka usulan anak-anak itu saya coba untuk tidak langsung melakukan sebelum saya terlebih dahulu memikirkan dalam-dalam dan teliti atas implikasi dari perjalanan anak catur itu. Hingga akhirnya permainan selesai dengan kemenangan untuk saya.

Selesai dengan permainan itu, saya melihat pertandingan yang lain lagi. Semua tampak serius dan penuh pertimbangan ketika menghadapi papan caturnya. Dan ketika bertemu dengan seorang siswa, saya diajaknya kembali untuk bermain. Anak didik yang satu ini memiliki permainan dengan polesan teori yang tampaknya didapat dari orang-orang yang ada di sekitarnya. Mungkin keluarganya. Saya tambah semakin grogi setelah pada akhirnya permainan itu juga berkesudahan dengan kemenangan saya.

Saya menikmati sekali permainan-permainan bersama anak-anak itu. Bukan pada kemenangan yang saya dapatkan. Tetapi lebih kepada kesempatan untuk mau melakukan pertandingan bersama mereka. Dan inilah semangat yang mudah-mudahan membantu saya dalam mengenali mereka dan lingkungannya. Semoga.

Jakarta, 05-08 April 2012.

No comments: