Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

29 April 2012

UN SMP 2012 #2

Kamis, 26 April 2012, merupakan hari terakhir pelaksanaan Ujian Nasional untuk tingkat pendidikan SMP. Hari terakhir itu mata pelajaran yang diujikan adalah mata pelajaran IPA. Alhamdulillah, seperti apa yang barangkali juga sekolah Anda alami, anak didik kami semua hadir lengkap sejak hari pertama UN semua berjalan lancar. Bagaimana dengan hasilnya? Allahua'lam bi shawab. Harapan kami semua sebagai guru anak-anak itu, tentu mendapatkan hasil ujian yang maksimal dan optimal.

Ada beberapa alasan sehingga saya perlu membuat tulisan setelah prosesi nasional dalam bentuk evaluasi kognitif, yang antaralain diikuti oleh anak-anak didik kami pada tahun pelajaran 2011/2012 ini usai. Namun dari beberapa alassebut, untuk saat ini saya hanya akan menceritakan satu hal saja.

Satu hal tersebut adalah; bahwa kami masih dihantui oleh permainan drama yang berkisar tentang SMS kunci jawaban. Dimana drama ini pada tahun lalu membuat kami terpana. Bagaimana tidak, karena anak-anak pada waktu itu telah berada di sekolah sebelum pelaksanaan shalat dhuha kami mulai bersama. Dan saya sendiri melihat ada anak didik kami yang menulis dengan pensil di papan tatakan yang berwarna cokelat, yang nantinya menjadi alas untuk membulati LJUN. Namun karena kami tidak menyadari, maka hal itu tidak menjadi perhatian kami. Kami tidak menaruh curiga, karena kami yakin sebagaimana para pejabat meyakinkan kepada kami bahwa sulit untuk peserta ujian memperoleh kunci jawaban yang benar-benar benar. Mengingat ada lima jenis soal yang masing-masingnya berbeda. Juga posisi duduk anak yang setiap hari berubah.

Dengan melihat seperti itu, maka jika ada 'pemesanan' kunci jawaban, maka anak akan menerima lima kunci jawaban. Dan mereka harus dapat memastikan kunci jawaban yang mana yang sesuai dengan soal yang pada hari itu menjadi bagiannya? Artinya, meski anak didik kami pada waktu itu sudah mendapatkan kunci jawaban pun, ia masih dituntut untuk cerdas dalam membuat keputusan mana kunci jawaban yang cocok untuk soal yang dikerjakan. Hal terakhir yang saya kemukakan ini bukan berarti bahwa saya setuju dengan apa yang telah mereka dapatkan saat itu.

Sebagaimana yang telah pernah saya sampaikan dalam artikel saya sebelumnya, tentang bagaimana kami mempromosikan kepada anak didik kami bahwa hasil belajar dengan cara mencotek, seperti juga mendapat kunci jawaban melalui SMS, kalau kunci itu benar, maka hasil tersebut tidak akan membuat menjadi lebih berrtarbat pada diri kita. Dan bahkan akan membuat kita menjadi bahan tertawaan.

Logika itu, saya ulangi disini, misalnya pada saat pengumuman hasil UN di perpisahan siswa. Maka kepala sekolah akan memanggil para pemilik nilai UN yang tertinggi untuk naik ke atas panggung. Yang bisa jadi para orangtuanya diminta untuk menyertai. Nah, ketika dipanggil nama kita yang mendapatkan hasil UN tertinggi, padahal pada keseharian kita berada di peringkat tujuh dari bawah, maka akan seperti apakah muka yang akan kita pasang ketika kita menginjakkan kaki ke atas panggung? Bukankah semua mata teman kita dan para guru akan menatap kita sembari menutup mulutnya karena menahan geli? Begitulah gambaran ketidakberhargaan yang akan kita dapatkan jika hasil UN yang kita peroleh dengan cara yang haram.

Dengan berbekal pengalaman tahun lalu berkenaan dengan SMS kunci jawaban UN, sekali lagi saya mensyukuri, bahwa pada tahun ini kami tidak melihat indikasi itu terjadi. Kami, karena setelah UN berlangsung, saya dan teman-teman membuat kesimpulan bersama. Dan semoga itulah memang yang terjadi.

Jakarta, 29 April 2012.

No comments: