Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

18 April 2012

Home Schooling atau Sekolah Rumah, sebagai Pilihan

Pagi itu, di halaman sekolah, saya terlibat bincang-bincang dengan seorang driver yang sedang asyik dengan kemocengnya. Ia seperti biasa akan mengambil alat pembersih kendaraan yang tersimpan di bagasi. Salah satu alat yang dia gunakan pagi itu adalah kemoceng. Ia memang penikmat kendaraan bersih. Artinya, ia slalu dan sangat care dengan kendaraan yang dibawanya dalam kondisi bersih. Seperti pagi itu, kemocengnya dia kibas-kibaskan untuk membersihkan kendaraannya dari debu.
  • Bagaimana kabarnya hari ini Pak? Sapa saya kepada driver itu.
  • Alhamdulillah selalu baik Pak. Wah Pak, sebentar lagi saya sudah tidak akan parkir di halaman sini setiap hari ya Pak. Katanya. Memang dia akan tidak lagi mengantar anak ke sekolah kami lagi terhitung bulan Juli nanti. Karena ananda yang dibawanya sudah lulus dan melanjutkan ke tingkat sekolah yang lebih tinggi.
  • Oh iya Pak. Kemana sekolah berikutnya Pak? Tanya saya.
  • Di Jakarta Selatan Pak. Tapi seperti tidak akan lama betah untuk terus sekolah. Lanjutnya dengan tambahan keterangan yang membuat saya sendiri sebagai teman bercengkerama sedikit tersentak atas penilaian yang diberikannya.
  • Mengapa tidak lama? Apakah akan ada rencana untuk pindah domisili? Desak saya untuk mencoba menelisik pernyataan 'tidak akan lama' sang driver tersebut.
  • Ya, seperti yang lain Pak. Kalau ngak enak akan cari tempat lain. Kalau tetap ngak enak juga, ya milih home schooling. Jelasnya apa adanya.
Sebagai Pilihan

Ini mungkin pendapat saya dengan beberapa referensi dalam bentuk pengalaman yang saya dapatkan dari para siswa yang telah melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, bahwa ada gejala anak-anak muda sekarang yang menjadikan home schooling sebagai pilihan. 

Sebagai pilihan untuk jalan keluar bukan karena si pemilihnya tidak menyepakati prinsip-prinsip sekolah formal yang ada dengan segala implikasinya, tetapi lebih sebagai pilihan paling memungkinkan atas tuntutan yang ada di sekolah formal yang ada. Misalnya saja karena tuntutan harus datang ke sekolah sejak pukul 06.30-14.45. Atau karena tuntutan pembelajaran yang terlalu mengarah kepada akademik. Atau karena kesulitan dalam menikuti irama sosial antar siswa.

Dan karena sebagai pilihan dengan dasar yang sebagaimana saya kemukakan tersebut di atas, maka lulus dengan sistem kejar paket menjadi solusi. Tentu dengan pilihan seperti itu, maka kegiatan untuk bangun siang,  atau tuntutan tugas belajar yang padat, tidak lagi menjadi rutinitas yang harus dihadapi. 

Walau tetap ada sebagain lain yang memilih home schooling karena prinsip-prinsip yang di pegang oleh pendidikan formal tidak lagi menarik dan tidak lagi menantang. Maka pemilih pada bagian inilah yang memang berkomitmen untuk terus mengeksplorasi lingkungan dan diri menjadi lebih optimal.

Dengan fenomena baru tersebutlah, maka saya sebagai teman diskusi anak-anak di sekolah itu memberikan sedikit pengetahuan kepada anak-anak kami yang akan lulus tahun pelajaran ini, untuk dan agar tetap memegang teguh komitmen untuk berprestadi dalam kondisi apapun. Dan semoga keinganan kami itu, menjadi pegangan baginya dalam menapaki jalan yang masih panjang dalam sukses hidupnya. Semoga.
Jakarta, 17-18 April 2012.

No comments: