Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

03 May 2009

Pembelajaran Berpikir Kritis

Tulisan ini masih merupakan lanjutan dari tulisan sebelumnya yang berjudul Berpikir Analisis. Adalah sebuah ikhtiar guru dalam mengaplikasikan konsep Bloom-Anderson di dalam kelas. Tulisan ini mengadaptasi apa yang ditulis oleh Michael Pohl (Learning to Think, Thinking to Lear.2000).

Keuntungan dari konsep Berpikir Bloom-Anderson tersebut jika diterapkan di dalam pembelajaran antara lain adalah:
1.Enam aspek kognitifnya dapat disajikan dalam pembelajaran yang terintegrasi dalam
area kurikulum yang berbeda (working on the same topic with different abilities).
2.Dapat Mempromosikan/mengembangkan kemampuan siswa pada taraf higher-order thinking
process. Yaitu taraf berpikir pada aspek menganalisa, mengevaluasi, dan mencipta.
padahal dalam keseharian kita yang sering kita terjemahkan dalam pembelajaran
adalah lower-order thinking: mengingat, memahami dan mengaplikasi.
3.Memahami bahwa tingkat kebolehan siswa berbeda (artinya kita harus menyadarinya dan
berpikir bagaimana mengakomodasinya dalam pembelajaran).
4.Untuk dapat mengaplikasikan pada aspek-aspek kognitif higher-order thinking, maka
kita harus melihat kata operasionalnya pada setiap aspeknya. Dari kata operasional
itulah kita dapat mendisain pembelajaran atau assessment sesuai dengan tingkat
kognitif yang diinginkan.

Aspek-aspek yang terdapat dalam ranah Kognitif Bloom-Anderson, adalah hasil belajar dalam bentuk kecerdasan intelektual. Tetapi dengan memiliki keterampilan berpikir analitik-kritis, merupakan modal dasar bagi siswa untuk melakukan ‘penyaringan’ berdasarkan akal.

Eri Sudewo dalam sebuah artikelnya menulis: Karena hanya menghafal dan angka tahun, peristiwanya luput dimaknai. Karena tak tahu peristiwanya,benang merah misteri yang membalut peristiwa dari masa ke masa juga sulit disidik. Karena tak bisa disidik,kemana bergeraknya juga sulit diprediksi. Karena gagal memprediksi, itu tanda berpikir kritis tidak dilatih. (Erie Sudewo, Republika, 20 Februari 2008.

Higher-order thinking, yang terdiri dari C 4 (cognitive 4)-C6, merupakan aspek berpikir yang akan melatih siswa untuk berpikir kritis, terbuka, adil, obyektif dalam menanggapi apa yang datang dari luar berdasarkan kriteria atau parameter yang dipegangnya.

Untuk mencapai kompetensi siswa yang mampu berpikir dari aspek mengingat hingga aspek kritis-analitis dan eveluatif, maka di dalam kelas guru dapat menjadikan kerangka berpikir dalam aspek kognitif Bloom-Anderson dalam pembelajaran sehari-hari.
Berikut ini adalah sebuah rencana pembelajaran dengan Tema Semarang. Dimana siswa dituntut diakhir tema pembelajaran Semarang nantinya untuk dapat:
• Mengenal obyek wisata yang ada di kota Semarang dan sekitarnya
• Merencanakan berwisata dengan biaya yang dibutuhkan dengan mempertimbangkan obyek
dan alat transportasi yang berbeda-beda.
• Mendeskrisikan beberapa bentuk pertunjukkan/kesenian tradisional yang ada di
Semarang.
• Tahu mengenai fakta geografis Kota Semarang.

Aktivitas Belajar pada Aspek Mengingat:
• Dengan peta Semarang, siswa menyebutkan pembagian wilayah kota di Semarang dengan
menyebutkan batas wilayahnya.
• Mencatat semua data atau apa saja yang mereka anggap penting, seperti pakaian
tradisional, rumah adat, tradisi sunat, jenis pekerjaan, tempat rekreasi, monumen,
museum.
• Mencatat nama pahlawan, atlet, pengarang, sekolah terkenal, atau apa saja yang
berasal dari Semarang.
• Siswa dibagi dalam kelompok, setiap kelompok diminta untuk menentukan salah satu
bentuk pertunjukkan tradisional yang mereka kenal.
• Mereka juga diminta menciptakan atau membuat game dalam bentuk; kartu ingatan, kata
berkait, TTS.

Aktivitas Belajar pada Aspek Memahami:
• Melakukan penelitian untuk kemudian menuliskan laporannya dalam bentuk Semarang
tempo dulu.
• Memilih salah satu festival rakyat yang dalam bentuk pertunjukan tradisional
(wayang kulit atau barongsai) untuk dieksplorasi: kapan pertunjukkan tersebut di
gelar, apa tujuan penggelarannya, siapa, dll.
• Membuat menu makanan khas Semarang.
• Membuat proposal perjalanan wisata
• Membuat simbol pemerintahan Semarang dalam bentuk lukisan dan memberikan arti
simbol tersebut.

Aktivitas Belajar pada Aspek Mengaplikasi:
• Memprediksi tiga mal paling pupoler di Semarang, kemudian mengecek jawabannya
melalui survey pada teman sekelasnya.
• Menentukan topik diskusi tentang Semarang: polusi, macet, kerusuhan, tawuran,
narkoba, mal, air tanah, dll.
• Tulislah surat kepada salah satu teman atau kenalan atau saudara jauh tentang
Semarang agar mereka ingin datang.
• Buatlah brosur untuk sebuah tour di Semarang.

Aktivitas Belajar pada Aspek Menganalisa:
• Menghitung jarak sebanarnya dari peta antara satu tempat rekreasi dengan yang lain,
juga hitung jumlah biaya yang diperlukan untuk berwisata ke tempat-tempat tersebut
dengan kendaraan bermotor.
• Membuat survey pada komunitas sekolah mal atau tempat rekreasi yang paling sering
mereka kunjungi.
• Buatlah sebuah penelitian mengapa Semarang sering terjadi kemacetan atau tentang
anak jalanan.
• Membuat biografi salah satu tokoh (anak jalanan atau tukang jamu juga boleh) dari
Semarang.

Aktivitas Belajar pada Aspek Mengevaluasi:
• Buatlah rencana apa saja yang akan dilakukan jika menjadi Wali Kota.
• Menilai tokoh dari Semarang untuk kemudian mencari sebab-sebab mereka menjadi tokoh
dan ditokohkan.
• Menuliskan keuntungan atau kemudahan dan kerugian atau kesulitan tinggal di
Semarang.
• Lakukan perdebatan tentang ‘Terendamnya Dataran Semarang’ atau ‘Kesulitan Air
Tanah’.
• Ungkapkan perasaanmu jika kamu harus meninggalkan Semarang untuk tidak kembali
lagi.

Aktivitas Belajar pada Aspek Mencipta:
• Dalam kelompok mereka bermain peran dengan topik Semarang: pemilihan Wali Kota,
demontrasi, keluarga anak jalanan, untuk kemudian mendiskusikannya.
• Membuat poster tentang ajakan Semarang bersih, bebas macet, bebas polusi, menanam
pohon, dll.
• Mengarang jika aku menjadi gubernur atau tentang Semarang tahun 2050.

No comments: