Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

03 May 2009

Berpikir Analisis

Di sebuah kelas di bangku sekolah dasar. Ada siswa yang mempertanyakan keputusan pak guru yang telah menyalahkan jawaban soalnya. Siswa berpendapat bahwa jawaban di kertas ulangannya benar. Tetapi pak guru menyalahkannya.
•Mengapa kamu tidak menjawab dengan jawaban menjenguk seperti jawaban teman-temanmu?
•Iya Pak. Tetapi jawaban berdoa kan juga benar Pak.
•Mengapa kamu berpendapat benar? Kata pak guru.
•Begini pak, saudara saya waktu itu sakitnya sakit cacar. Jadi ayah dan ibuku
melarang menjenguk takut nanti saya tertular penyakit cacarnya.

Pak Guru akhirnya menyadari bahwa jawaban berdoa untuk soal ulangan hariannya yang berbunyi: Apa yang kamu lakukan jika ada teman atau saudaramu sakit? Tentu setelah mendapat penjelasan lebih lanjut dari siswanya. Cerdas! Pikir pak guru sambil memberikan koreksi dan membenarkan jawaban soal siswanya di kertas ulangan itu.

Ilustrasi itu memberikan gambaran kepada kita bahwa siswa berpikir dari tingkat yang paling dekat dengan dirinya. Meski saat latihan di buku cetak dijelaskan bahwa sikap baik jika ada teman atau saudara kita menderita sakit adalah menjenguk. Tetapi karena ia memiliki pengalaman langsung terhadap penyakit cacar air yang pernah dialami oleh saudaranya, maka jawaban yang terpikir olehnya adalah berdoa dan bukan menjenguk.

Selain itu, siswa tersebut juga telah memiliki kompetensi mengingat, bahwa penyakit cacar adalah menular. Dan salah satu cara penularannya adalah melalui kontak langsung atau bertemu. Maka ketika tidak menjenguknya, itu adalah bagaian dari upaya untuk tidak tertular. Oleh karenanya siswa tersebut sesungguhnya menjawab soal latihan ulangan dalam aspek analisa. Artinya, setidaknya dari ilustrasi diatas, sejak usia dinipun siswa telah memungkinkan untuk berpikir pada tataran aspek menganalisa. Aspek berpikir tingkat tinggi dalam ranah Taksonomi Bloom.

Taksonomi Bloom terdiri tiga domain atau ranah: kognitif, afektif dan psiomotorik. Pada domain atau ranah kognitif terdapat enam aspek yaitu aspek ingatan, aspek pemahaman, aspek aplikasi, aspek sintesa, aspek analisa dan aspek evaluasi. Sedang dalam ranah afektif terdiri dari: receiving; responding; valuing; organising; characterising. Dan domain yang ketiga dari Talsonomi Bloom adalah psikomotorik.

Benjamin Bloom mengemukakannya taksonomi ini tahun 1950an. Dalam perjalanannya, ranah kognitif dalam taksonomi ini direvisi oleh Lorin Anderson tahun 1990.

Secara singkat dapat kita jelaskan bahwa ranah kognitif Bloom-Anderson dibagi dalam enam aspek. Yaitu: (1). Remembering. Pengetahuan berdasar ingatan tentang fakta dan data; (2). Understanding. Memahami fakta dan data dalam bahasa sendiri; (3). Applying. Mengalikasikan pengetahuannya pada situasi yang berbeda; (4). Analyzing. Membuat analisa terhadap bagian/partikel, menemukan hubungan dan prinsip organisasinya dalam sebuah situasi; (5). Evaluating. Membuat penilaian, ferifikasi, dan rekmendasi berdasarkan kriteria yang ada; (6). Creating. Menciptakan sesuatu yang baru dari yang sudah ada.

No comments: