Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

19 May 2009

Jujur dan Terhormat

Bahwa keberhasilan seseorang dalam kehidupannya 80 % ditentukan oleh faktor kecerdasan sosial, sedang kecerdasan intelektual hanya berkontribusi 20 % dalam kesuksesan hidup seseorang. Demikian kesimpulan Goleman.

Apa yang disampaikan Goleman tersebut, sejalan dengan apa yang digagas oleh pendiri Sekolah Islam Tugasku, Ibu Rukmini Zaenal Abidin untuk menyelenggarakan lembaga pendidikan berbasis budi pekerti. Dan dipilihlah antara lain kata JUJUR dan TERHORMAT sebagai moto sekolah. Moto ini juga adalah bentuk aplikasi dari apa yang telah Rasulullah SAW sampaikan dalam haditsnya: Aku diutus di dunia ini tidak lain adalah untuk memperbaiki akhlak.

Artinya Sekolah Islam Tugasku, yang berdiri pada 29 Agustus 1984 lalu melihat bahwa hasil belajar tidak hanya berupa hasil akademik semata tetapi juga karakter yang mampu membentuk siswa menjadi pribadi yang cerdas akademik dan memiliki integritas emosi dan sosial perilaku yang tinggi.

Dalam perkembangan berikutnya, pada Juli 2004 manajemen dan Guru bersama-sama membangun infrastruktur untuk merealisasikan budi pekerti JUJUR dan TERHORMAT yang terdapat pada moto sekolah itu dalam bentuk intra kurikuler. Daya dan upaya itu telah menelorkan sebuah konsep pembelajaran budi pekerti atau Student Attitude dengan 10 karakter dasar.

Untuk menemukan kesepuluh karakter yang ada dalam Student Attitude tersebut kami berkumpul dan mecoba merumuskan sikap dasar apa saja yang harus dimiliki oleh siswa kami setelah mereka menyelesaikan pembelajaran? Maka hasil curah gagasan dan diskusi serta voting tersebut, kami menentukan 10 karakter. Yaitu :

1. Tanggung jawab/Responsibility,
2. Disiplin/ Discipline,
3. Jujur/ Honest,
4. Percaya diri/ Confidence,
5. Mandiri/ Independence,
6. Kerja sama/ Cooperation,
7. Peduli/ Compassion,
8. Sopan/ Courtesy,
9. Hormat/ Respect dan
10. Sabar/ Patience.

Tataran berikutnya setelah infrastruktur terbangun adalah membuat tahapan realisasi. Kita berharap jangan sampai konsep Student Attitude tersebut hanya menjadi ilmu. Tetapi harus menjadi keyakinan dan amal saleh. Secara sederhana, tataran itu kita uraikan dalam bentuk bagaimana kemudian ke-10 budi pekerti atau karakter tersebut melekat pada ingatan, pemahaman, aplikasi dan paradigma.

Pertama; aspek ingatan siswa; bahwa siswa dituntut untuk ingat 10 karakter yang ada. Solusinya adalah senam karakter yang dilakukan siswa setiap pagi saat ikrar bersama.

Kedua; aspek pemahaman; bahwa siswa harus memamahi apa yang dimaksud dengan 10 karakter yang ada memalui pembelajaran di dalam kelas.

Ketiga; aspek aplikasi dalam hidup; bahwa siswa sebelum mengapliklasi tentu harus tahu bagaimana bentuk aplikasi 10 karakter yang ada dalam hidup mereka dengan cara berdiskusi. Dan,

Keempat; Berpikir kritis berbasis karakter yang ada; dimana siswa melihat semua fenomena yang ada disekitarnya adalah bentuk aplikasi dari 10 karakter . hal ini antara lain dilakukan melalui diskusi kelas dan analisa dalam setiap laporan kerja siswa.

Dan kita sepakati bahwa, amanah membelajarkan Student Attitude itu adalah amanah bersama untuk semua guru serta komunitas sekolah dan keluarga dalam membina generasi jujur dan terhormat. Ya Allah bimbing kami untuk menjadi orang jujur dan terhormat. Amin.

Sekolah Islam TUGASKU
Direktur Pendidikan,
Agus Listiyono

1 comment:

Anonymous said...

Sri Sudaryantini: Suatu hari, Afaf alumni SMP Islam Tugasku datang ke sekolah. Dia bercerita bahwa teman2nya di SMA yang memiliki Nilai UN lebih tinggi ternyata kemampuannya ada di bawah dia. Dia memberikan contoh, ketika guru B Inggris menyuruh murid untuk membuat kalimat greeting 10 buah, belum sampai 10 menit dia sudah mengumpulkan. Semua teman2nya langsung bersorak, hebat Tugasku, kata mereka. Afaf bingung, kenapa mereka terpesona? Menurut Afaf itu soal yang mudah , tapi kenapa teman2nya memberikan applaus kepadanya. Yang lebih membuat dia bingung adalah semua teman2nya mempunyai nilai UN lebih tinggi dari dirinya. Afaf sendiri di terima di SMA 21 di gelombang kedua karena pada gelombang pertama dia gagal. Saya memberikan apresiasi kepadanya karena sudah mengharumkan nama Tugasku di lingkungan barunya. Dan saya berkata, nilai kamu memang lebih kecil dari mereka tapi kamu adalah orang yang jujur dan terhormat. Saya jadi teringat dengan Alenza dan Shilla angkatan pertama SMP Tugasku. Karena kemampuan mereka yang bagus dalam bahasa Inggris maka teman2nya berpendapat bahwa lulusan SMP Tugasku pasti bagus Bahasa Inggrisnya. Subhanallah. Glory be Allah
Terima kasih ya Allah. Semoga apresiasi yang kami dapatkan (walaupun tidak langsung) dapat meningkatkan rasa percaya diri dan komitmen kami dalam menjalankan tugas sehari-hari sebagai guru. Ditengah cibiran beberapa orang yang memandang sebelah mata kepada kami, pernyataan murid2 kami seperti hujan di tengah gurun pasir. Terasa begitu menyejukan..