Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

17 May 2009

Keterbukaan dan Harga Diri

Ini adalah pengalaman lama. Menjadi salah satu dari lima anggota tim kecil yang merupakan wakil guru/karyawan, yang dipilih oleh teman-teman kami, dengan tugas menyusun pokok-pokok ketentuan sebuah lambaga kesejahteraan. Sebuah lembaga bersama yang dilahirkan dengan maksud untuk kesejahteraan guru/karyawan.

Kami, para wakil berkumpul dan menginap di suatu tempat guna menyelesaikan draf ketentuan. Dan untuk memudahkan serta mengefektifkan waktu yang kami miliki, satu dari kami telah membuat draf tersebut dalam bentuk soft copy. Sehingga sepanjang pertemuan yang kami rancang, adalah mendiskusikan pasal per pasal hingga ketentuan tersebut dapat dijadikan panduan. Dan tahap terakhir dari perjalanan draf itu adalah menyajikannya kepada para wakil unit-unit yang ada di lembaga kami, mendiskusikan kembali sekaligus membuat draf itu menjadi sebuah keputusan.

Dan pada tahap terakhir inilah pengalaman berharga yang mungkin dapat kita jadikan catatan perenungan. Dimana kata per kata yang terdapat dalam draf yang kami hasilkan saya sajikan kepada para wakil unit lembaga tersebut. Dan dalam forum ini para peserta masih dimungkinkan untuk andil dalam penyempurnaan dokumen. Bagian-bagian dari ketentuan itu yang menurut kami sebagai tim awal telah sempurna, dalam forum diskusi mendapat masukan, tambahan argumentasi dan koreksi. Saya sebagai moderator forum mengakomodasi apa yang terjadi dalam forum secara proporsional.

Namun apa yang saya peragakan sebagai ketua tim kecil dan sekaligus moderator sepanjang diskusi, tidak mendapat dukungan tulus dan penuh oleh salah satu teman saya yang juga anggota dari tim kecil. Pada sesi isoma, teman saya itu datang pada saya dan berkata: Pak Agus, Bapak jangan terlalu mengakomodir masukan mereka. Karena itu memperlihatkan bahwa seolah-oleh kita tidak bekerja maksimal. Terlihat bahwa kita tidak pintar (?). Jaga harga diri Pak. Jadi di sesi nanti Bapak jangan teralu akomodatif.

Saya kaget dengan masukannya itu. Saya terdiam. Tidak mengangguk dan juga tidak menggelang. Kaget saya terutama adalah pada pernyataannya bahwa jika kita sebagai tim kecil terlalu mengakomodir pendapat orang diluar tim menunjukkan bahwa kita tidak pintar. Dan itu berarti pula bahwa kita tidak memiliki harga diri.

Saya justru berpikir bahwa, dengan cara inilah kita melakukan sosialisasi hasil kerja kita dan sekaligus menyempurnakannya sebelum akhirnya menjadikan hasil kerja tersebut sebagai ketentuan yang mengikat.

Dan jika ketentuan tersebut hanya merupakan hasil dari tim kecil ini yang menjadi panduan, tanpa menghiraukan masukan dan koreksi dari tim yang lebih besar, karena gengsi dari tim kecil tersebut, bukankah itu berarti bahwa kita otoriter, one way, tertutup? Dan bukankah ini juga akan menjadikan harga diri kita rendah?

Saya menduga bahwa kita semua benci dengan sikap-sikap feodal itu, tetapi lupa bagaimanakah bentuk aplikasi dari sikap buruk itu ketika kita memegang kewenangan. Sekecil apapun wewenang yang diamanahkan kepada kita?

Jakarta Barat, 17 Mei 2009.

No comments: