Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

21 April 2009

Politisi dan Rakyat

Politisi adalah mereka yang pada saat sekarang ini sibuk dengan hal ihwal pemilu. Mungkin sebagai pengurus partai politik, mungkin sebagai calon anggota legeslatif, mungkin juga sebagai pengurus partai sekaligus sebagai caleg, mungkin juga mereka yang berada dalam komunitas tim sukses atau tim pemenang pemilu. Sedangkan rakyat adalah mereka yang tidak termasuk dalam golongan yang ada di atas.

Politisi hari ini, tepatnya sebelas hari sesudah pemilu legeslatif, kita menyaksikan di tv dan atau mendengar di radio, berbagai pernyataan mereka berkenaan dengan hasil pemilu yang suaranya belum kelar dihitung oleh KPU. Ada yang menampilkan rasa yakin karena perolehan suaranya sudah mencukupi untuk duduk di bangku dewan. Ada yang masih ragu apakah perhitungan suaranya akan membawanya masuk ke Senayan. Ada yang sedang rajin-rajinnya menggalang koalisi. Bahkan ada juga yang membaca teks Proklamasi asal-asalan karena sedang stres. Ada juga yang sudah di alam baka terkena serangan jantung atau gantung diri.

Sedang rakyat hari ini sebagai penonton. Karena posisi sebagai penonton ada rakyat yang geli melihat politisi yang mencla-mencle. Ada rakyat yang ngenes melihat politisi yang tiba-tiba menjadi gila atau menjadi setengah gila. Ada juga yang geregetan karena panutan yang telah dicontrengnya terlanjur bicara mengancam, ada juga sebel karena caleg memamerkan diri dengan rasa percaya diri yang berlebihan ketika memperkenalkan bahwa dirinya sebagai caleg nomor sekian dari partai anu. 

Ada juga rakyat yang menyesali apa yang telah diperbuatnya. Mereka berpikir mengapa waktu pemilu legeslatif kemarin mereka datang ke TPS dan memberikan suaranya, ketika melihat para politisi setelah selesai pemilu bukannya menjadi baik dan santun namun justru menunjukkan perilaku kehausan yang luar biasa terhadap kursi kekuasaan.

Rakyat adalah mereka yang dibujuk untuk damai saat kampanye, melaksanakan pemilu dengan baik, dan kebingungan saat menghitung suara di TPS serta datang dan menyontrengkan pilihannya.

Politisi menyangka bahwa rakyat tidak akan pernah menonton ketololan sebagian dari tingkah polah mereka. Politisi berpikir bahwa rakyat tidak akan pernah mudeng atas arogansi sikap sosialnya. Politisi sebagaian diantaranya, adalah bodoh atas kebodohannya. Dan bedanya dengan rakyat adalah politisi mempertontonkan semua itu di kasanah publik karena mereka milik publik. Sedang rakyat hanya berperan sebatas sebagai sumber dukungan dan sumber suara. Sesudah itu mereka akan tenggelam tidak bersuara.

Melihat drama pemilu legeslatif kali ini, saya sebagai bagian dari rakyat berpikir; akankah era pemilu dengan sebagian para calegnya dengan model manusia dengan perilaku buruk kali ini akan berulang kembali di lima tahun mendatang? Atau jangan-jangan saya sendirian melihat fenomena ini? Masihkah saya nantinya mendatangi TPS atau mungkin sebagai bagian dari KPPS akan mencontreng? Allahua’lam bi shawab.

Jakarta Barat, 20 April 2009.

No comments: