Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

23 April 2009

Manajemen Kelas ala Kondektur Bus


Adakah kaitannya profesi kondektur bus yang sehari-hari menghantarkan dan membawa kita di jalan raya dengan guru yang beraktifitas di sekolah? Nah dalam tulisan ini saya ingin menjelaskan bahwa ada satu kegiatan yang selalu dilakukan oleh kondektur bus kepada penumpangnya yang wajib diadopsi oleh guru di sekolah. Bahkan oleh manajemen di suatu tempat kepada para kolega dan bawahannya.

Cerita ini berawal ketika saya mendapatkan komplain dari salah seorang orangtua siswa tentang perilaku guru yang kurang mengingatkan siswanya terhadap tugas-tugas yang seharusnya dikumpulkan. 

Singkat cerita, ada guru yang setelah memberikan tugas kepada siswanya serta meminta siswanya untuk mencatat batas akhir tugas atau tenggat waktu tugas tersebut harus dikumpulkan, guru tidak akan pernah lagi mengingatkan siswa selain meminta siswa mengumpulkan tugas tersebut pada hari yang telah ditentukan. Alhasil, ketika hari pengumpulan tugas tiba banyak siswa yang tidak sanggup mengumpulkan tugas. 

Informasi demikian baru diketahui orangtua saat penerimaan rapot. Dan guru yang bersangkutan berkata; “Maaf bu, nilai Karim jelek karena ada dua tugasnya yang belum terkumpul”.

Fakta ini dapat kita baca bahwa;
(1). Guru melihat siswa sebagai pelari yang siap beradu cepat di lintasan lomba lari. Karena menganggap setiap siswa adalah pelari yang siap berpacu, maka tugas guru adalah pencatat skor. Guru bukan pelatih apalagi pembimbing.

(2). Guru melihat dirinya sebagai pemegang otoritas. Oleh karenanya semua diserahkan kepada siswa. Apakah siswa mau kumpulkan tugas atau tidak ini menjadi pilihannya. Jika siswa telah memiliki keterampilan untuk mandiri dan faham konsekuensi, sikap seperti ini bisa diterima. Tetapi jika belum lahir sikap tersebut, maka siapakah yang berkopenten membelajarkannya pada keterampilan tersebut di sekolah? 

Fakta ini menggambarkan dan mengindikasikan bahwa kita sebagai guru kurang memperlihatkan rasa peduli pada siswa. Selain itu, dapat juga dikatakan bahwa kita sebagai guru baru berada pada tataran pengajar dan belum pendidik.

Mari kita lihat bagaimana seorang kondektur bus kota akan meneriakkan nama tempat atau nama halte yang akan segera dilaluinya. Minimal 100 meter sebelum tempat atau halte dimaksud. Tujuannya jelas, agar penumpang bus mempersiapkan diri untuk turun. Kondektur sangat berkepentingan ketika bus berhenti maka penumpang tidak membuang waktu untuk segera turun. 

Nah dengan filosofi inilah semestinya guru menggunakannya untuk siswanya. Selain tugas yang harus dikumpulkan, mengingatkan siswa berkenaan dengan waktu juga menjadi bagian penting dalam manajemen kelas. ketika pelajaran sedang berlangsung, guru selalu mengingatkan waktu yang dimiliki siswa. Masih berapa menit waktu yang ada, tinggal berapa menit lagi waktu habis, dan lain sebagainya.

Pendek kata, dari seorang kondektur bus sekalipun, kita bisa mengambil pelajaran...

Slipi Palmerah Jakarta Barat, 23 April 2009.

2 comments:

Anonymous said...

yang parah terjadi, (pengalaman istriku yg jadi guru) udah diteriakin tiap pertemuan tuch murid tetep sambleng ga ngumpulin tugas :)

Anonymous said...

"setuju pak, cuma terkadang yang cukup rumit menyatukan cara pandang antara guru dengan murid bahwa yang kita lakukan karena rasa cinta kita kpd mereka.

Yuni Widyaningsih