Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

23 April 2009

Belajar Berkarakter

Bahwa keberhasilan seseorang dalam kehidupannya 80 % ditentukan oleh faktor kecerdasan sosial, sedang kecerdasan intelektual hanya berkontribusi 20 % dalam kesuksesan hidup seseorang. Demikian kesimpulan Goleman.
Sekolah Islam Tugasku sebagai sekolah Islam nasional keagamaan, mencoba mengaplikasi teori ini mengingat teori ini adalah pengejawantahan dari apa yang telah Rasulullah SAW sampaikan dalam haditsnya: Aku diutus di dunia ini tidak lain adalah memperbaikn akhlak.

Artinya Sekolah Islam Tugasku melihat bahwa hasil belajar tidak hanya berupa hasil akademik semata tetapi juga karakter yang mampu membentuk siswa menjadi pribadi yang cerdas akademik dan memiliki integritas emosi dan sosial perilaku yang tinggi. 

Oleh karenanya, sejak empat tahun pelajaran yang lalu kami di sekolah bersama-sama membangun infrastruktur untuk melakukan pembelajaran karakter dalam bentuk intra kurikuler. Daya dan upaya itu telah menelorkan sebuah konsep pembelajaran karakter yang kami sebut sebagai life-skill development atau sering kami singkat menjadi LSD dengan 10 karakter dasar atau sepuluh pilar perilaku. 

Untuk menemukan kesepuluh karakter yang ada dalam LSD tersebut kami berkumpul dan mecoba merumuskan sikap dasar apa saja yang harus dimiliki oleh siswa kami setelah mereka menyelesaikan pembelajaran? Maka hasil curah gagasan dan diskusi serta voting tersebut, kami menentukan 10 karakter. Yaitu (1). tanggung jawab, (2). disiplin, (3). percaya diri, (4). mandiri, (5). kerja sama, (6). (7). Peduli, (8). sopan, (9). hormat dan (10). sabar. 

Tataran setelah infrastruktur terbangun adalah membuat tahapan realisasi. Jangan sampai konsep LSD tersebut hanya menjadi ilmu. Tetapi harus menjadi keyakinan dam amal saleh. Secara sederhana, tataran itu kita uraikan dalam bentuk bagaimana kemudian ke-10 karakter tersebut melekat pada ingatan, pemahaman, aplikasi dan paradigma.

  1. Pada aspek ingatan siswa; bahwa siswa dituntut untuk ingat 10 karakter yang ada. Solusinya adalah senam karakter yang dilakukan siswa setiap pagi saat ikrar bersama.
  2. Dipahamkan; bahwa siswa harus memamahi apa yang dimaksud dengan 10 karakter yang ada memalui pembelajaran.
  3. Diaplikasi dalam hidup; bahwa siswa sebelum mengapliklasi tentu harus tahu bagaimana bentuk aplikasi 10 karakter yang ada dalam hidup mereka dengan cara berdiskusi. Dan,
  4. Berpikir kritis berbasis karakter yang ada; dimana siswa melihat semua fenomena yang ada disekitarnya adalah bentuk pengejawantahan dari 10 karakter melalui diskusi dan analisa dalam setiap laporan kerja siswa.
    Dan kita sepakati bahwa, amanah membelajarakan ke-10 karakter itu adalah amanah bersama untuk semua guru serta komunitas sekolah. Jika ini mampu kita komitmenkan di sekolah, kemudian masyarakat memberikan support, kami yakin bahwa generasi yang lahir nantinya adalah genarasi jujur dan terhormat.
Jakarta Barat, 23 April 2009.

2 comments:

Ahmad Pranggono said...

yang menarik dari tulisan di atas adalah adanya senam karakter.. kira-kira seperti apa ya bentuknya? mungkin ketika tangan direntangkan mengucapkan 'jujur', kepala dianggukan sambil berucap 'tanggung jawab'. dst.. menarik juga kayaknya, ya? tolong dishare dong pak... gimana praktek real nya...
makasih..

Agus Listiyono said...

Terima kasih Pak Pranggono. Itu curhat. Kenangan yang tak mungkin dapat saya lupakan. Dan mengenang bagi saya, adalah yang indah...
Sukses Pak.