Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

29 May 2014

Pilpres 2014 #4; Bolehkah Saya Memutuskan Pilihan Saya Sendiri?

Beberapa kali saya mendapatkan pesan, yang sepertinya berantai, dari teman-teman, melalui media sosial atau juga ponsel, berkenaan dengan profil, visi dan misi, ejekan, sarkatisme, yang berkaitan dengan dua calon presiden. Termasuk di dalamnya adalah ajakan dari tman-teman yang ada di sekitar saya secara lisan. Ya semacam dakwah yang mereka sampaikan kepada saya.

Bukan setuju atau tidak terhadap apa yang telah sampaikan kepada saya, yang kalau saya ukur apa yang disampaikan itu masih dalam taran penjelasan, persuasi, atau ada juga yang seperti rada-rada menghasut. Dan teman-teman itu, sejauh yang saya ketahui adalah mereka yang mendapat amanat dari tim sesnya juga tidak, tetapi begitu semangat dalam menyampaikan. Tetapi baguslah. Karena itu berarti sebagai kesadaran untuk berpolitik.

Dan saya, sebagai pemilik suara dalam pemilihan presiden tahun 2014 yang akan jatuh pada Rabu, tanggal 9 Juli nanti, tentunya tetap memerdekakan diri dalam ajakan, persuasi, atau bahkan bujukan yang mengarah-mengarahkan. Sepintar, secanggih apapun argumetasi dan retorika ajakan itu. Karena saya memang menjadi pemilik suara yang memilik hak mutlak dan merdeka untuk menentukan pilihan.

Justru sebaliknya, saya menjadikan apa yang mereka sampaikan itu sebagai bagian dari penilaian saya, atau setidaknya sebagai tambahan informasi bagi pengambilan keputusan saya. Dan ini yang saya persepsikan sebagai pilihan holistik pada akhirnya nanti. Semoga.

Dan ada satu hal besar dan mendasar bagi saya untuk menjadi bagian argumentasi saya dalam menentukan pilihan. Itu adalah suasa eforia yang justru dipertontonkan oleh mereka yang memang tidak menjadi bagian dari pemilih. Bukan karena menjadi golput, tetapi memang tidak memiliki hak pilih. Merekalah bangsa lain.

Artinya, menjadi penting sekali buat saya bila saya mendapatkan informasi bagaimana para penonton itu memberikan eforianya kepada salah satu dari kandidat yang ada. Karena logika saya berkata, bahwa ketika mereka yang sebagai penonton itu telah ikut-ikutan memberikan pendapat, angin inspirasinya, maka saya berkeyakinan bahwa ikhtiar mereka yang seolah mempengaruhi saya sebagai pemilih, tidak akan gratisan.

Artinya, para penonton itu mempunyai agenda yang disembunyikan, yang akan lahir nanti di kemudian hari. Atas dasar itulah saya harus waspada dengan adanya seluruh berita, seruan, persuasi, ajakan, atau bahkan bujukan, yang mengemuka pada akhir-akhir ini. Karena itulah dasar pertimbangan saya untuk memutuskan pilihan saya sendiri!

Jakarta, 24-29 Mei 2014.

No comments: