Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

06 May 2014

UN 2014 #4; Masuknya Jam Tujuh ya Pak?

Ujian Nasional untuk jenjang SMP yang berlangsung sejak kemarin, Senin, 5 Mei, hari ini memasuki hari kedua. Mata Pelajaran yang diujikan adalah Matematika. Sejak pagi saya datang ke sekolah, dan bertemu dengan panitia ujian serta pengawas di ruang pengawas, tidak ada kehebohan sebagaimana dengan apa yang terjadi kemarin sebelum UN Mapel Bahasa Indonesia berlangsung. Tidak ada pebicaraan berkenaan dengan apa yang menjadi bahan kebingungan kami semua sebagai pengawas atau panitia UN dengan adanya aturan anulir soal nomor 1-12 dan nomor 39-50 dengan lembaran soal baru yang TIDAK BERSAMPUL. Ini karena semua berjalan normal seperti tahun-tahun sebelumnya. Semua lancar tidak ada kendala.

Jauh sebelum pukul 07.00, di ruang bersama yang ada di dekat ruang ujian, anak-anak berkumpul untuk sekadar bercengkerama, mengulang materi pelajaran dengan bertanya jawab diantara anak-anak itu, atau mengambil air mineral, dengan ditemani oleh tiga orang teman kami yang kebetulan sebagai penjaga anak-anak pada saat UN kali ini. Pendek kata, sebelum bel pertama berbunyi sebagai tanda peserta UN masuk ruangan UN, semua berjalan relatif enak dan lancar.

Datang Terlambat

Namun ketika bel pertama berbunyi itulah justru kami mulai ada rasa was-was, karena terdapat tiga orang siswa kami  yang hingga seluruh peserta UN masuk, belum datang juga. Guru kami sibuk mencoba mencri tahu mengapa ada 3 orang siswanya belum sampai sekolah ketika peserta yang lain sudah memulai menuliskan identitas di LJUNnya masing-masing.

"Bagaimana dengan kompetenasi ketiga anak itu Pak?" tanya saya kepada Pak Guru yang masih sibuk mengecek keberadaan ketiga anak tersebut. Sudah berada dimana posisi mereka masing-masing.

"Dua anak masuk dalam rata-rata Pak. Yang satunya memang di atas rata-rata di kelas."

"Dimana posisi mereka sekarang. Dimana lokasi rumahnya Pak?"

"Masih OTW Pak. Rumahnya di Rawamangun juga Pak." Jawab teman saya itu dengan tidak memalingkan muka ke hadapan saya yang menjadi lawan bicaranya. Ia begitu serius membaca layar selulernya. Mungkin menunggu status pesan yang dikirimnya melalui whats app. 

Waktu terus berjalan, anak-anak di dalam kelas terus begitu serius dalam mengisi data-data dirinya di LJUN dengan pinsil tulis 2 B. Dan ketiga anak kami belum juga sampai. Saya sendiri hanya berkata kepada teman saya itu, agar menghubungi orangtuanya langsung. 

"Katakan bahwa sekarang hingga Kamis nanti adalah Ujian Nasional. Dan ananda diminta sampai sekolah sebelum pukul 7." Kata saya. Yang hanya dijawab oleh teman saya itu tidak begitu semangat.

"Iya Pak. Saya hubungi ibundanya di rumah. Bundanya malah bertanya; Masuknya Jam Tujuh ya Pak?"

Saya hanya tersenyum kecut atas laporan guru tersebut. Dalam hati berpkir kalau orangtua siswa saya benar-benar telah berhasil untuk tidak melhat hasil UN sebagai satu-satunya hasil belajar siswa. Oleh karenanya hingga anaknya terlambat masuk sekolah untuk mata pelajaran yang harus sudah dimulai pukul 07.30!

Jakarta, 6 Mei 2014.

No comments: