Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

17 March 2011

Smart Phone dan Penggunanya

Pada saat saya terbangun sebelum subuh hari pada hari ini, saya sempatkan untuk menuliskan di dinding FB saya begini: Ketika dengan bencana yang menimpanya, Jepang menunjukkan bangsa yang tangguh, sebagian masyarakat kita (justru) masih hidup dalam gosip. Ada berita yang disebarkan via seluler dan smart phone bahwa FB akan tutup, terus ada lagi bahwa efek nuklir Jepang akan mengakibatkan hujan asam... Mau-maunya hidup dalam belenggu kebodohan. Kapan kita menjadi bangsa cerdas?
Dalam artikel ini, ada baiknya jika saya mencoba menjelaskan apa yang sedang dalam otak saya kala itu. Pertama, gosip. Betapa semaraknya gosip ini melanda kehidupan kita. Bahkan tidak saja melanda, tetapi sudah masuk dalam ranah budaya kita. Gosip berteman sangat akrab dengan kebohongan atau dengan ghibah. Sementara pada sisi yang berbeda, dimana menjadi mayoritas bangsa ini, kita memperoleh panduan sangat tegas bekenaan dengan informasi di dalam Al Qur'an surat Al Hujurat (QS 49). Yaitu perintah untuk memegang prinsip tabayun bila menerima berita yang meragukan kebenarannya.

Hal tersebut, membelajarkan kita untuk menjadi orang yang tidak mudah terbakar gosip dan kepentingan politik tengil.

Kedua, Smart phone. Inilah mode baru masyarakat kita. Lihatkan di mal, tv, transjakarta, kereta, dan nyaris dimanapun tempat, orang ber-smart phone menjadi pandangan yag lumrah. Smart phone sebagai generasi seluler memang benar-benar lebih smart dari generasi sebelumnya. Namun ini belum menjadikan para penggunanya sebagai generasi yang smart. Setidaknya inilah yang oleh teman saya tulis sebagai komentar di dinding saya. Teman saya menuliskan apa yang didengarnya dari radio. Ia menulis: Quote dari acara Farhan 'in the Morning' pagi ini di Delta FM, orang2 yang menyebarkan berita hoak seperti itu melalui bbm means; their phone are smart, but they are not...

Ketiga, bodoh. Harus diakui bahwa kita masih 'bodoh'. Istilah ini jangan pernah kita hubungkan dengan nilai rapot dan ijazah yang kita peroleh. Karena harus yakin bahwa, kita adalah orang-orang yang pandai di saat sekolah. Ini dapat dengan jelas dibuktikan dengan dokumen yang otentik. Juga ijazah, kita adalah generasi yang sebagian besar adalah pemilik ijazah sarjana. Sangat pati bahwa pemegang smart phone adalah mereka yang minimal lulus SMA.

Namun demikian, dapatkan kita menjadi pribadi yang 'pintar' dalam arti yang sesunggunya? Yaitu pribadi yang tidak mudah diperalat oleh hoax untuk menjadi kontributor dan menjadi bagian dari penyebar berita bohong?

Satu kasus berita yang masuk di telepon saya, berbunyi: URGENT, PLEASE disebar secepatnya: Sebuah pembangkit listrik tenaga nuklir di Fukumi, Jepang meledak di 04:30 hari ini. Jika besok hujan atau lambat, jangan pergi keluar. Jika Anda berada di luar, pastikan bahwa Anda memiliki pelindung hujan. Ini hujan asam. Jangan biarkan menyentuh Anda. Anda dapat membakar kulit Anda, kehilangan rambut Anda atau kanker. Mohon forward, tetap aman dan mengingatkan semua orang yang Anda kenal.

Versi inggris : BBC FLASHNEWS: Japan govt confirms radiation leak at Fukushima nuclear plants. Asian countries should take necessary precautions. If rain comes, remain indoors first 24hrs. Close doors & windows. Swab neck skin with betadine where thyroid area is, radiation hits thyroid first. Take extra precautions. Radiation may hit Phil at startng 4pm today. Pls send to your loved ones. www.bbc.co

Sedikitpun saya tidak percaya dengan berita ini. Sebab, bagaimana saya percaya? Dengan menggunakan sedikit akal cetek saja berita itu sudah konyol? Di tv bisa kita lihat bagaimana orang Tokyo sudah masuk kantor untuk bekerja? Kalau mau ribut, mungkin bangsa Jepang yng akan lebih dulu heboh?

Namun kasus seperti inilah yang memungkinkan sebagian kita masih sangat mudah 'dibakar'. Dan ini, menunjukkan, sekali lagi, sebuah generasi yang mengingkari prinsip tabayun sebgaimana yang tertuang dalam kitab yang kita imani...

Jakarta, 17 Maret 2011.

No comments: