Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

08 September 2014

Pengalaman dan Kepemimpinanannya tidak Selaras

Catatan saya ini berawal dari apa yang sedang teman saya alami di sebuah lembaga pendidikan yang selalu pusing dalam memilih puncak kepemimpinan tertinggi di lembaganya. Entah mengapa, pendek kata kandidat terpilih yag kkita kira akan menjadi solusi bagi kelancaran pengelolaan di lembaganya, selalu saja berujung kpada masalah baru. Meski, ketika kandidat tersebut dipilih, menampakkan latar belakang administratif dan pengalaman yang wah. Namun masih saja kandidat yang ada melahirkan masalah baru yang mengharuskan teman-teman saya yang berada di posisi Yayasan, harus turut serta menangani masalah operasionl. Sehingga keberadaan pemimpin tertinggi di lembaga tersebut seolah tidak ada karena tidak dapat berfungsi sebagamana mestinya.

Sebagaimana yangterjadi pada posisi terakhir, dimana teman-teman saya harus tidak mempertahankan kepemimpinan yang ada setelah kontrak awal selesai. Tidak mempertahankan berarti tidak memperpanjang kontrak. Dan tidak memperpanjang kontrak berarti harus mencari kandidat baru sebagai pengganti.

Pengalaman

Dan terhadap kepemimpinan yang terakhir itu, saya sendiri merasakan ada yang aneh. Bukan apa-apa. Karena dia adalah mantan pemimpin sekolah dengan siswa yang berjumlah hanya kurang sedikit dari seribu siswa untuk jenjang pendidikan di SMA. Bukan untuk dua sekolah dengan predikat RSBI, kala itu. Artinya, pengalaman itu cukup memberikan gambaran untuknya sebagai pribadi yang kokoh dan minimal tangguh. Dan dengan latar belakang seperti itulah maka teman-teman di Yayasan menentukannya sebagai pemegang tampuk lembaganya yang hanya mengelola siswa tidak lebih dari 400 siswa.

Namun dengan berjalannya waktu, masih ada beberapa masalah oparasional lembaga yang harus muntah dan menjadi urusan Yayasan untuk menyelesaikan. Sebuah problem yang harusnya tuntas di tingkat lembaga. Dan yang terakhir adalah penuntasan masalah konflik internal yang tidak berkesudahan. Dan lagi-lagi, kata teman saya, Yayasan menjadi bagian yang harus menyelesaikan.

"Mengapa permasalahan berbeda pendapat sesama guru harus menjadi urusan Yayasan?" Tanya saya suatu ketika.

"Karena pemimpin tertingi yang seharusnya menjadi solusi salah mengambil posisi. Dimana ia telah menentukan pihak tanpa terlebih dahulu mengelaborasi akar masalah yang ada di lapangan. Sehingga, pihak lain menentukan sikap untuk tidak ingin dan mau berislah."

Demikianlah kisah teman saya itu, yang tidak henti-hentinya menjadi penyelesai masalah-masalah taktis operasional di lembaga, meski keberadaannya ada dalam ranah Yayasan. Tidak salah memenang, tetapi menjadi tumpang tindih bilamana dilihat dari kacamata manajemen. 

Dan pengalamannya memilih orang yang hanya berpengalaman saja ternyata tidak memberikan jaminan baginya untuk mendapatkan pemimpin yang handal. Allahu a'lam bishawab.

Jakarta, 8 September 2014.

No comments: