Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

04 November 2012

Sebuah Obrolan di Pantai Kukup

Namanya Pak Heri, pemilik penginapan yang baru memiliki lima kamar yang disewakan.  Dua kamar dengan air pendingin udara dan tiga lainnya berkipas angin. Lokasi penginapan itu sendiri tergolomg strategis. Berada persis di pinggir jalan di depan halaman parkir obyek wisata Pantai Kukup, yang terletak di Gunung Kidul. Nama yang akhirnya saya dapatkan ketika hari sudah mulai gelap. Dimana beliau itu selain memiliki lima kamar yang relatif baru dan bersih di wilayah pantai itu, juga adalah pemiliki warung makan yang berada di salah satu deret warung makan yang ada di sepanjang halaman parkir. Juga ada gerai pakaian dan cinderamata serta makanan kecil.

Saya dan keluarga memilih tiga kamar dari lima kamar yang ada. Dan seperti tahun sebelumnya, karena penjaga  penginapan juga adalah pemiliknya, maka harga yang dipatokpun, tetap dipaksa untuk dinegosiasikan oleh rombongan saya.

Ada beberapa informasi yang akhirnya saya dapatkan dari sosok Pak Heri, yang semula adalah pedagang ulet yang datang dan asli dari Purbalingga, yang akhirnya ngetem dan terdampar di Gunung Kidul, persisnya Pantai Kukup. Dan dalam perjalanan waktu, selain sebagai ‘pengusaha’ di Pantai Kukup itu, juga adalah PNS dari Pemkab Gunung Kidul. Yang tugas utamanya adalah menarik retribusi bagi pengunjung yang akan masuk wilayah pantai yang ada di Gunung Kidul. Pos kerja beliau adalah pintu masuk utama yang ada di Pantai Wedi Ombo.

“Alhamdulillah Pak, perjalanan hidup saya sudah tertata di pantai ini.” Katanya kepada saya yang menemani baliau untuk menunggu warung yang tidak pernah tutup. Maksudnya, memang seluruh toko dan warung baik cinderamata atau makanan yang ada di wilayah Pantai Kukup tersebut, tidak pernah tutup. Seluruh dagangan tidak pernah dikemasi oleh penjualnya. Maka ketika penjaga toko dan warungnya terlelap tidur, maka dagangan itu tetap berada di meja atau tetap tergantung di gantungannya. Aman!

Icon yang ada di Pantai Kukup. Dok.Pribadi.
“Terbayang sebelumnya akan perjalanan Bapak di sini?” Saya bertanya. Udara pantai yang berbau khas, dan deburan ombak pantai selatan yang tiada jeda, serta kopi sasetan, menemani obrolan kami malam itu.

Tidak sama sekali Pak. Nasib sebagai PNS yang menempatkan saya untuk berjaga di  pintu masuk obyek wisata ini Pak. Yang semua saya ada di pintu masuk obyek wisata Baron. Dari situlah perjalanan saya mulai. Menikah, berusaha, dan akhirnya menetap.” Jelas Pak Heri. Obrolan kami terhenti karena listrik tiba-tiba anjlok. Pak Heri mengaku bahwa tidak biasanya listrik mati. Tapi ketika saya masuk kamar, istri memberitahukan bahwa listrik tidak kuat karena salah satu kamar dari rombongan saya ada yang menanak nasi!

Obrolan terpaksa tidak dapat berlanjut. Tapi saya bersyukur dapat berkenalan dan bertukar no hp dengan Pak Heri. PNS  yang juga adalah pemilik usaha degan istri dan keluarga besarnya di Pantai Kukup yang menentramkan itu.

Jakarta, 04 Nopember 2012.

No comments: