Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

08 November 2012

Sarung, sebagai Identitas di Alahan Panjang

Mejeng di Aie Angek. Dok. Pribadi
Mendapat kesempatan untuk mengunjungi kota Solok, membuat saya bersuka cita. Maka untuk mengetahui lebih jauh tentang Solok dan mungkin lokasi-lokasi yang dapat kami jadikan destinasi wisata, saya meminta kepada seorang kawan yang kebetulan asli Solok untuk memberikan informasi. Termasuk udara. Apakah saya harus membawa jaket? Tidak cukupkah saya hanya membawa sarung? Maklum, dlam setiap kesempatan pergi ke daerah, saya tidak akan membawa barang yang akhirnya harus masuk kabin. Selain  saya merasa terlalu besar dan terlalu banyak yang harus saya bawa, saya tidak ingin kehilangan waktu untuk menunggu kabin tersebut ketika sampai di bandara.

Sesampai di Padang, sahabat saya menyampaikan informasi lebih detil bahwa lokasi yang akan menjadi tujuan kami bukanlah Solok, tetapi Cupak. Persisnya Cupak yang melalui jalan lama. Lokasinya berdekatan dengan pemandian air hangat atau di bahasa setempat disebut Aie Angek. Oleh karenanya sahabat saya merekomendasikan untuk pergi ke dua danau yang ada di wilayah Solok yang ada di kecamatan Alahan Panjang. Yaitu Danau di Atas dan Danau Di Bawah.

Alhamdulillah, kunjungan dadakan ke dua danau yang terkenal itu, akhirnya membuat saya lebih mengenal lagi Alahan Panjang. Saya katakan lebih, karena pada akhirnya perjalanan kami harus terhambat karena adanya sedikit hambatan pada roda depan kiri kendaraan yang mengantar kami. Persis sebelum masuk di kebun teh yang ada di Alahan Panjang. Waktu sudah lepas Ashar, bahkan menjelang Magrib.

Dengan peristiwa ini, maka kekagetan saya mulai. Yang pertama, adalah karena ternyata udara yang ada di Alahan Panjang berhawa sangat dingin untuk ukuran saya. Dingin yang amat sangat. Belum pernah saya merasakan udara yang sangat dingin di sebuah lahan yang bukan di sebuah puncak gunung.  Dan yang kedua, ternyata di dalam tas punggung saya, tidak tersedia satu lembar pakaian tebal atau pakaian hangat selembar pun. Maka, mulailah badan saya terasa gatal-gatal karena alergi dingin. 

Ditemani warga membuat perapian. Dok. Pribadi
Dua hal inilah yang membuat kesan berbeda saya terhadap Alahan Panjang. Kesan itu menjadi sungguh tidak terkira manakala Magrib segera pergi dan malam merambat pekat. Terutama akan kehadiran warga desa yang tadinya berada di Surau. Kaum laki-laki itu secara sukarela mengumpulkan kayu untuk kemudian membuat api unggun. Dan selama pertemuan yang penuh persaudaraan itulah saya bertambah pengetahuan tentang Alahan Panjang. Bahwa hampir seluruh kaum laki-laki ternyata bersarung.

"Siang atau malam, sarung adalah identias kami yang tinggal di Alahan Panjang." Kata seorang pengurus Surau selepas Shalat Isyak.


Itulah catatan saya akan pengalaman 'bermalam' di Alahan Panjang. 

Jakarta, 08 Nopember 2012.


No comments: